Hujan badai berlanjut hingga sehari semalam, suara air hujan memukul-mukul kaca jendela terus tak pernah putus.
Suami saya keluar rumah tanpa mempedulikan hujan untuk menyelesaikan pekerjaan, hingga sore hari masih belum pulang.
Saya tahu situasi perjalanan tidak menunjang, air hujan yang turun deras dapat mempengaruhi pandangan, sehingga mobil harus dikemudikan dengan perlahan-lahan. Namun sudah tahu begitu, saya masih saja mengkhawatirkan dirinya. Semakin terus melihat jam, semakin waktu berjalan lambat.
Ketika suami membuka pintu dan masuk rumah, saya bergegas menyambut kedatangannya, menanyakan apakah segalanya berjalan lancar.
Dengan wajah penuh senyum, seperti tidak terjadi apapun, suami bertanya kepada saya, “Mengapa kamu begitu gugup?”
Saya balik bertanya, “Bagaimana bisa kamu begitu tenang?”
Suami balik bertanya lagi, “Untuk apa saya merasa tidak tenang?”
Saya mengerti bahwa masalah sepele telah saya besar-besarkan. Karena itu saya menjelaskan kepadanya, bahwa saya menguatirkan dirinya selama dalam perjalanan pulang bagaimana jika mobil tidak bisa dikemudikan dengan baik, sehingga bisa timbul kesulitan.
Suami tertawa terbahak seraya mengatakan, “Tidak ada sesuatu yang perlu disedihkan, perasaanku masih bergembira!” Ketika saya bertanya mengapa, dia memberikan penjelasan, semula mobil kita sudah kotor, sudah waktunya untuk dicuci. Alhasil setelah diterjang oleh air hujan, mobil tidak perlu lagi dicuci.
Masih ada lagi, di sepanjang perjalanan ada sebagian ruas jalan yang tergenang dengan air karena sistem pembuangan air kurang bagus. Di atas ban mobil yang asalnya tertempel selapis debu yang tebal, setelah melewati ruas jalan yang tergenang air, juga sudah hampir tercuci bersih.
Mendengarkan penjelasan dari suami, dalam hati serasa ingin tertawa. Nyata-nyata itu adalah pekerjaan sulit yang membuat orang menjadi risau, terjadi di atas dirinya semuanya menjadi suatu hal yang baik.
Suami
melanjutkan bergurau dengan mengatakan, “Bagus sekali genangan air itu,
jika tidak memikirkan bisa mengganggu kelancaran lalu lintas. Saya
sebenarnya masih ingin membalikkan mobil untuk berjalan beberapa kali
lagi di atas genangan air itu, dengan demikian ban mobil akan tercuci
lebih bersih lagi…”
Demikianlah, hal yang semula menguatirkan dan tidak menyenangkan, di dalam gurauan suami pada saya, semuanya telah ditukar menjadi kegembiraan. Semangat suami yang bersenang-senang dalam kesengsaraan sungguh membuat orang menjadi kagum.
Memang benar, persis seperti dia bergerak maju dengan susah payah dalam badai hujan dan angin. Dalam kehidupan ini ada banyak sekali masalah yang tidak sesuai dengan keinginan, kita juga tidak bisa mengubahnya. Daripada murung tidak ada salahnya jika diubah menjadi sikap riang dan penuh harapan, bergerak maju dengan langkah mantap.
Memiliki sikap bersenang-senang dalam kesengsaraan, tidak hanya membawa suasana hati yang baik bagi diri kita, juga membantu menanggulangi kesengsaraan dengan teguh, masih bisa menyisakan keterharuan dan kesan yang indah bagi orang-orang yang berada di samping kita.
Boleh dikatakan, bersenang-senang dalam kesengsaraan, benar-benar adalah resep obat manjur yang menguntungkan diri kita juga orang lain. (Qing Song)
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Suami saya keluar rumah tanpa mempedulikan hujan untuk menyelesaikan pekerjaan, hingga sore hari masih belum pulang.
Saya tahu situasi perjalanan tidak menunjang, air hujan yang turun deras dapat mempengaruhi pandangan, sehingga mobil harus dikemudikan dengan perlahan-lahan. Namun sudah tahu begitu, saya masih saja mengkhawatirkan dirinya. Semakin terus melihat jam, semakin waktu berjalan lambat.
Ketika suami membuka pintu dan masuk rumah, saya bergegas menyambut kedatangannya, menanyakan apakah segalanya berjalan lancar.
Dengan wajah penuh senyum, seperti tidak terjadi apapun, suami bertanya kepada saya, “Mengapa kamu begitu gugup?”
Saya balik bertanya, “Bagaimana bisa kamu begitu tenang?”
Suami balik bertanya lagi, “Untuk apa saya merasa tidak tenang?”
Saya mengerti bahwa masalah sepele telah saya besar-besarkan. Karena itu saya menjelaskan kepadanya, bahwa saya menguatirkan dirinya selama dalam perjalanan pulang bagaimana jika mobil tidak bisa dikemudikan dengan baik, sehingga bisa timbul kesulitan.
Suami tertawa terbahak seraya mengatakan, “Tidak ada sesuatu yang perlu disedihkan, perasaanku masih bergembira!” Ketika saya bertanya mengapa, dia memberikan penjelasan, semula mobil kita sudah kotor, sudah waktunya untuk dicuci. Alhasil setelah diterjang oleh air hujan, mobil tidak perlu lagi dicuci.
Masih ada lagi, di sepanjang perjalanan ada sebagian ruas jalan yang tergenang dengan air karena sistem pembuangan air kurang bagus. Di atas ban mobil yang asalnya tertempel selapis debu yang tebal, setelah melewati ruas jalan yang tergenang air, juga sudah hampir tercuci bersih.
Mendengarkan penjelasan dari suami, dalam hati serasa ingin tertawa. Nyata-nyata itu adalah pekerjaan sulit yang membuat orang menjadi risau, terjadi di atas dirinya semuanya menjadi suatu hal yang baik.
Demikianlah, hal yang semula menguatirkan dan tidak menyenangkan, di dalam gurauan suami pada saya, semuanya telah ditukar menjadi kegembiraan. Semangat suami yang bersenang-senang dalam kesengsaraan sungguh membuat orang menjadi kagum.
Memang benar, persis seperti dia bergerak maju dengan susah payah dalam badai hujan dan angin. Dalam kehidupan ini ada banyak sekali masalah yang tidak sesuai dengan keinginan, kita juga tidak bisa mengubahnya. Daripada murung tidak ada salahnya jika diubah menjadi sikap riang dan penuh harapan, bergerak maju dengan langkah mantap.
Memiliki sikap bersenang-senang dalam kesengsaraan, tidak hanya membawa suasana hati yang baik bagi diri kita, juga membantu menanggulangi kesengsaraan dengan teguh, masih bisa menyisakan keterharuan dan kesan yang indah bagi orang-orang yang berada di samping kita.
Boleh dikatakan, bersenang-senang dalam kesengsaraan, benar-benar adalah resep obat manjur yang menguntungkan diri kita juga orang lain. (Qing Song)
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar