Bagaimana kita memperlakukan orang lain itu merupakan wujud taraf
moralitas kita! Hal ini tidak ada hubungan langsung dengan orang lain
itu.
Menghormati, memperlakukan orang lain dengan baik, menyayangi orang lain sama dengan menghormati, memperlakukan dengan baik, serta menyayangi diri kita sendiri.
Balasan kebaikan dan kejahatan lekat bagaikan bayangan
Pada 1883, negara bagian Texas, Amerika Serikat, tinggal seorang penipu bernama Klin. Dia pernah mencampakkan seorang gadis yang telah dipermainkannya. Gadis itu tidak bisa menahan kepedihan hatinya dan nekad mengakhiri hidupnya. Adik lelakinya bersumpah akan membalaskan dendam kakaknya.
Ketika adiknya mengangkat pistol dan membidikkannya pada Klin, peluru itu hanya berhasil menggores kulit wajahnya, kemudian tertancap masuk ke dalam batang pohon. Klin sangat ketakutan sekali seiring dengan suara letupan senjata api dia jatuh ke tanah. Dia sangat bersyukur mendapatkan balasan baik atas perbuatannya yang jahat, mengalami bencana besar dan selamat.
30 tahun kemudian, pada 1913, Klin berkeinginan menggergaji dan menumbangkan pohon besar yang sering kali membangkitkan rasa takutnya itu. Namun pohon yang besar itu sangat sulit untuk ditumbangkan, sehingga membuat dia sangat gusar sekali. Klin memutuskan menggunakan bahan peledak untuk meledakkan pohon itu.
Ketika suara bom berdentum, peluru yang berada di dalam pohon melesat keluar, tepat mengenai kepala Klin. Dendam gadis itu akhirnya terbalas.
Kebaikan atau kejahatan pada akhirnya ada balasannya. Balasan yang dekat adalah pada diri kita sendiri, balasan yang jauh adalah pada anak cucu kita.
Sering kali perkataan-perkataan semacam ini dianggap sebagai ucapan dari masyarakat kecil yang ditindas oleh orang jahat dan tidak mampu berbuat apa-apa, lalu mereka mengucapkan perkataan semacam itu.
Sepertinya perkataan yang menghibur diri sendiri, akan tetapi hal ini merupakan kesimpulan dalam memandang suatu permasalahan yang ditinjau dari sudut atheisme.
Di dalam buku Kisah perjalanan ke Barat terdapat syair yang mengatakan, "Ketika hati manusia timbul pikiran sekilas, seluruh alam semesta akan tahu. Kebaikan atau kejahatan jika tidak ada balasannya, alam semesta ini pasti mempunyai ego."
Jangan lupa "perhitungan Langit yang luas dan tidak terbatas hanyalah Dewa yang tahu!" Jika benar perkataan "tiga kaki di atas kepala ada dewa", bagaimana manusia bisa menaksir balasan kebaikan atau kejahatan itu kapan akan terjadi, dan terjadi dengan cara apa.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Menghormati, memperlakukan orang lain dengan baik, menyayangi orang lain sama dengan menghormati, memperlakukan dengan baik, serta menyayangi diri kita sendiri.
Balasan kebaikan dan kejahatan lekat bagaikan bayangan
Pada 1883, negara bagian Texas, Amerika Serikat, tinggal seorang penipu bernama Klin. Dia pernah mencampakkan seorang gadis yang telah dipermainkannya. Gadis itu tidak bisa menahan kepedihan hatinya dan nekad mengakhiri hidupnya. Adik lelakinya bersumpah akan membalaskan dendam kakaknya.
Ketika adiknya mengangkat pistol dan membidikkannya pada Klin, peluru itu hanya berhasil menggores kulit wajahnya, kemudian tertancap masuk ke dalam batang pohon. Klin sangat ketakutan sekali seiring dengan suara letupan senjata api dia jatuh ke tanah. Dia sangat bersyukur mendapatkan balasan baik atas perbuatannya yang jahat, mengalami bencana besar dan selamat.
30 tahun kemudian, pada 1913, Klin berkeinginan menggergaji dan menumbangkan pohon besar yang sering kali membangkitkan rasa takutnya itu. Namun pohon yang besar itu sangat sulit untuk ditumbangkan, sehingga membuat dia sangat gusar sekali. Klin memutuskan menggunakan bahan peledak untuk meledakkan pohon itu.
Ketika suara bom berdentum, peluru yang berada di dalam pohon melesat keluar, tepat mengenai kepala Klin. Dendam gadis itu akhirnya terbalas.
Kebaikan atau kejahatan pada akhirnya ada balasannya. Balasan yang dekat adalah pada diri kita sendiri, balasan yang jauh adalah pada anak cucu kita.
Sering kali perkataan-perkataan semacam ini dianggap sebagai ucapan dari masyarakat kecil yang ditindas oleh orang jahat dan tidak mampu berbuat apa-apa, lalu mereka mengucapkan perkataan semacam itu.
Sepertinya perkataan yang menghibur diri sendiri, akan tetapi hal ini merupakan kesimpulan dalam memandang suatu permasalahan yang ditinjau dari sudut atheisme.
Di dalam buku Kisah perjalanan ke Barat terdapat syair yang mengatakan, "Ketika hati manusia timbul pikiran sekilas, seluruh alam semesta akan tahu. Kebaikan atau kejahatan jika tidak ada balasannya, alam semesta ini pasti mempunyai ego."
Jangan lupa "perhitungan Langit yang luas dan tidak terbatas hanyalah Dewa yang tahu!" Jika benar perkataan "tiga kaki di atas kepala ada dewa", bagaimana manusia bisa menaksir balasan kebaikan atau kejahatan itu kapan akan terjadi, dan terjadi dengan cara apa.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar