Berpikir positif memang baik. Tapi itu
masih belum cukup sebagai modal untuk menghadapi dinamika kehidupan.
Lebih lengkap lagi bila berpikir positif kita diiringi oleh keikhlasan
hati.
Bila terlalu berpikir positif tanpa keikhlasan, bisa-bisa membuat kita terjatuh menyakitkan oleh kecewa yang mendalam.
Misalkan dalam sebuah perlombaan kita sudah memenuhi seluruh pikiran dengan positif akan menjadi pemenang. Kita berjuang dan merasa yakin kemenangan sudah dalam genggaman. Piala kemenangan sudah di depan mata.
Apa yang terjadi? Ternyata kekalahan
yang terjadi. Seketika kekecewaan mendera. Tak percaya dengan
kekalahan yang harus diterima. Semangat langsung turun drastis.
Pada keadaan ini, maka keikhlasan
hati untuk dapat menerima kekalahan sangat dibutuhkan. Keikhlasan
dibutuhkan, agar tidak mengalami kekalahan yang sesungguhnya.
Sama halnya ketika kita berdoa.
Tentu selalu disertai pikiran yang positif, berharap segala keingininan
yang kita panjatkan dalam doa terwujud.
Mungkin sekali dua kali doa kita tak
terwujud masih bisa diterima. Bagaimana sudah berkali-kali sampai
puluhan kali apa yang diharapkan dalam doa hanya sia-sia belaka. Bisa
jadi kemudian menjadi kesal dan kecewa berat. Padahal kita sangat
percaya apa yang kita harapkan akan menjadi kenyataan.
Namun bila dalam apa yang kita lakukan dengan segala pikiran positif disertai pula keikhlasan. Tentu yang namanya kekecewaan dapat dihindari. Pikiran positif berasal dari otak, sedangkan keikhlasan adanya di hati. Bila pikiran dan hati dapat bekerja sama secara baik, maka ada keharmonian bagi kehidupan. (Sumber)
Tidak ada komentar:
Write komentar