Kaligrafi Tiongkok menempati posisi
terhormat di bidang kesenian tradisional. Kaligrafi bukan sekedar alat
komunikasi, tetapi juga sarana untuk mengekspresikan dunia batin
seseorang dalam bentuk estetika.
Masyarakat kuno sangat menghargai kaligrafi. Kaligrafi telah menjadi bagian penting dari budaya dan warisan Tiongkok.
Di istana kekaisaran, pejabat dipilih
berdasarkan keahlian mereka dalam kaligrafi. Anak-anak pejabat tinggi
harus mahir dalam kaligrafi, dan bahkan kaisar sendiri sangat ahli dalam
bidang ini. Kaisar Qianlong dari Dinasti Qing (1644- 1911), pelindung
besar seni, meninggalkan banyak contoh tulisan tangannya pada prasasti
di kuil-kuil dan istana.
Empat peralatan yang diperlukan
seseorang ketika berlatih kaligrafi: kuas tulis, tinta, kertas, dan
papan tinta. Ia juga membutuhkan konsentrasi besar ketika menoreh-kan
kuas lembutnya yang telah dicelupkan ke dalam cairan tinta, karena tinta
berdifusi dengan cepat setelah menyentuh kertas.
Apabila kelangsungan
gerakan kuas sedikit saja putus, tanda hitam langsung tercipta, merusak
karya. Sehingga kecepatan, kekuatan, dan kelincah-an adalah kunci dalam
menghasilkan karya seni yang halus.
Ketika menulis, kebanyakan ahli
kaligrafi akan melupakan kekhawatiran mereka sehari-hari, dan bahkan
dirinya sendiri, memfokuskan semua pikiran mereka ke dalam penciptaan
seni mereka. Seni dapat dibandingkan dengan Tai Chi dan Chikung, yang
membutuhkan pikiran yang santai dan fokus, dan hasilnya dapat
meningkatkan kebahagiaan seseorang.
Seperti cermin, kaligrafi adalah
refleksi keheningan jiwa. Karya besar yang dibuat para pakar kaligrafi
diam-diam merefleksikan pengalaman hidup, kepribadian, tingkat
perbaikan, dan individualitas mereka.
Di Tiongkok kuno, dalam Majelis
Pemeriksaan (sebuah sistem untuk memilih sarjana paling berbakat untuk
menjadi pejabat negara), kaligrafi adalah kesan pertama terpenting bagi
para juri dalam memilih kandidat potensial.
Tidak seperti teknik seni rupa lainnya,
semua goresan kaligrafi adalah permanen dan berani, menuntut perencanaan
menyeluruh dan percaya diri. Kesemuanya itu adalah keterampilan yang
wajib dimiliki seorang pejabat atau petinggi.
Sementara seseorang
harus menyesuaikan dengan struktur kata-kata yang ditetapkan, ekspresi
bisa menjadi sangat kreatif. Kemampuan untuk melatih imajinasi dan
sentuhan pribadi, tanpa meng-abaikan hukum dan peraturan negara, adalah
suatu kebajikan yang dihargai oleh masyarakat.
Kaligrafi Tiongkok, atau tulisan
kaligrafi itu sendiri dimulai dengan hieroglif. Selama berabad-abad
evolusi, kaligrafi ini telah berkembang menjadi banyak gaya dan metode.
Bentuk tulisan kaligrafi Tiongkok biasanya dipisahkan menjadi 5 jenis
terpisah.
Yang pertama adalah Zhuan, atau “karakter segel”. Yang kedua
adalah tulisan asli yang dikenal sebagai Li. Jenis ketiga adalah tulisan
biasa disebut Kai. Keempat, ada “tangan berjalan” yang dikenal sebagai
Xing. Jenis kelima adalah tulisan kursif yang disebut Cao.
Kaligrafi dianggap sebagai cara yang
aktif untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh seseorang, karena
latihannya memang santai dan menghibur diri. Secara historis, banyak
seniman kaligrafi baik di Tiongkok dan Jepang yang dikenal karena umur
panjangnya.
Empat peralatan yang diperlukan
seseorang ketika berlatih kaligrafi yaitu kuas tulis, tinta, kertas, dan
papan tinta. Juga kecepatan, kekuatan, dan kelincahan adalah kunci
dalam menghasilkan karya seni yang halus. (Sumber)
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat
kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk
mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar