Sebuah desa di pinggiran kota telah
kedatangan pendatang baru. Warga desa tersebut memanggilnya Dewa Sabar
karena kesabarannya yang luar biasa. Tidak ada seorangpun yang tahu nama
sebenarnya, karena dia hampir tidak pernah bercakap dengan siapapun,
kecuali senyumnya yang menghiasi wajahnya setiap bertemu dengan
penduduk.
Pendudukpun sangat sungkan untuk bertanya atau menyapanya, seolah
terpesona sehingga terpaku oleh kesabaran dan kebajikannya.
Di ujung desa tersebut, ada beberapa
gelandangan yang secara teratur bertemu untuk berjudi. Suatu hari salah
satu dari mereka mulai memuji kebajikan Dewa Sabar, "Dewa Sabar tidak pernah kehilangan
emosinya dalam keadaan apapun. Bukankah sifat ini luar biasa? ", tanya
salah seorang gelandangan kepada teman-temannya.
"Aku akan membuat Dewa Sabar marah, dan
membuktikan bahwa dia tidak berbeda dari orang lain.", kata Sam, salah
satu gelandangan, dengan gusar dan menantang temannya bahwa dia bisa
membuktikan ucapannya.
Keesokan paginya, Dewa Sabar pergi untuk
mandi di sungai yang agak jauh dari desanya, karena selain airnya
jernih juga jarang orang yang datang kesana. Sam berdiri menunggu Dewa
Sabar muncul dengan duduk diatas sebuah batu besar.
Saat dia melihat
Dewa Sabar muncul dari sungai, Sam lalu meludah padanya. Tanpa
kehilangan ketenangannya, Dewa Sabar berjalan kembali ke sungai untuk
mencuci tubuhnya yang terkena air ludah. Sam terkejut, namun ketika Dewa
Sabar kembali dari sungai, Sam kembali meludahinya untuk kedua kalinya.
Setiap kali gelandangan meludahinya,
Dewa Sabar kembali lagi ke sungai untuk berenang tanpa kehilangan
ketenangannya. Tapi gelandangan itu tetap gigih dalam usahanya untuk
membuat Dewa Sabar marah, dan dia terus meludah padanya sepanjang hari.
Sampai senja sudah mulai turun, entah sudah berapa kali dia meludah dan
berapa kali pula Dewa Sabar bolak-balik ke sungai untuk mandi lagi.
Akhirnya gelandangan tersebut merasa bosan meludah, dia bingung dengan
kesabaran yang dimiliki Dewa Sabar, sementara mulutnya sakit karena
telah meludah berulang-ulang.
Merasa bersalah dan malu, Sam bergegas
turun dan menjatuhkan diri di kaki Dewa Sabar. Dia memberanikan diri
bertanya, "Dewa Sabar, bagaimana mungkin Anda bisa begitu sabar seperti
ini? "
Dengan penuh belas kasih Dewa Sabar
menjawab, "Selama ini aku dalam perjalanan untuk beribadah kepada Tuhan.
Kotoran air ludah di tubuhku dapat dengan mudah dibersihkan dengan
berenang di sungai, tetapi jika aku membiarkan kemarahan memasuki hati
dan pikiranku, itu akan mengotori hati dan pikiranku, dan berapa kalipun
aku mandi di sungai tidak akan bisa membersihkan kotoran didalam hati
dan pikiranku." (Sumber)
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar