Pada akhir dinasti Song Utara, sekitar tahun 1119 Masehi, di daerah sekitar Shan Dong, He Bei, He Nan, dan Jiang Su bagian utara, terjadi pemberontakan kaum petani yang dipimpin oleh 108 pendekar yang berasal dari berbagai latar belakang.
Karena mereka tidak puas dengan pemerintahan yang ada, yang mereka anggap sebagai pemerintah yang lalim. Sedangkan pemimpin tertinggi mereka adalah seorang yang bernama Song Jiang.
Lin Chong (林冲) adalah salah satu dari ke 108 pendekar tersebut. Nama lainnya adalah si kepala harimau. Lin Chong mempunyai ilmu silat yang sangat tinggi. Dia menjadi pelatih bagi pasukan istana, dan dia menbawahi 180.000 prajurit. Lin Chong mempunyai seorang istri yang cantik, dan dia sangat mencintai istrinya.
Suatu hari, istri Lin Chong diperkosa oleh anak angkat Gao Qiu, seorang pejabat tinggi yang juga menjadi sahabat raja. Jabatan Lin Chong sebagai pelatih tentara, tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kedudukan Gao Qiu. Karena itu, Lin Chong tidak bisa berbuat apa-apa terhadap tindakan anak angkat Gao Qiu terhadap istrinya.
Teman-teman Lin Chong yang merasa tidak terima dengan keadaan itu, menculik anak angkat Gao Qiu, dan mengkebiri dia. Karenanya Gao Qiu menjadi marah karena dia adalah anak satu-satunya. Gao Qiu kemudian mencari cara untuk membalas dendam dan mencelakakan Lin Chong.
Suatu hari, Lin Chong membeli sebilah pedang baru yang sangat bagus. Gao Qiu menyuruh orang untuk mengatakan kepada Lin Chong, bahwa ia ingin melihat pedang baru tersebut, dan menyuruh Lin Chong untuk membawanya ke rumah Gao Qiu. Tetapi itu hanyalah siasat Gao Qiu untuk menjebak Lin Chong.
Lin Chong terpaksa datang ke rumah Gao Qiu. Sesampai Lin Chong di rumah Gao Qiu, ternyata rumah itu sepi sekali, tidak terlihat seorangpun. Lin Chong yang penasaran, langsung masuk ke ruang tamu. Di ruang tamu, dia langsung disergap oleh orang-orang Gao Qiu yang memang sebelumya telah diatur oleh Gao Qiu.
Lin Chong dituduh datang untuk membunuh Gao Qiu. Karena memasuki rumah Gao Qiu tanpa izin dan dengan membawa pedang. Sehingga Lin Chong dimasukan dalam penjara. Di dalam penjara, dia disiksa agar dia mau mengakui “perbuatannya.” Karena tidak tahan oleh siksaan, akhirnya dia mau menandatangani surat pengakuan. Akhirnya, dia dihukum dalam pembuangan karena “kejahatannya.”
Istri Lin Chong yang sedih karena berpisah dari suaminya akhirnya bunuh diri dengan mengantung diri. Kemudian ayah mertua Lin Chong menjadi gila, dan mengunci diri sampai mati di dalam rumah mereka. Keluarga Lin Chong yang bahagia menjadi hancur.
Di tengah perjalanan menuju ke tempat pembuangan, Lin Chong berhasil melarikan diri. Dia mengikuti kumpulan pemberontak yang melawan kerajaan, yang dipimpin oleh Song Jiang, dan mengabungkan diri dengan mereka. Lin Chong berharap, suatu saat, dia bisa membalas dendam kepada Gao Qiu yang telah menghancurkan hidupnya dan keluarganya.
10 tahun telah berlalu. Akhirnya terjadi peperangan yang hebat antara kaum pemberontak pimpinan Song Jiang dengan kerajaan. Tentara kerajaan kalah. Gao Qiu yang waktu itu juga ikut berperang tertangkap oleh orang-orang Song Jiang, kemudian dibawa ke markas untuk menghadap kepada Song Jiang.
Lin Chong yang mendengar bahwa Gao Qiu tertangkap, merasa senang sekali. Ia berpikir, inilah kesempatan untuk membalas dendam yang telah lama dia nanti-nantikan. Dia ingin segera membunuh Gao Qiu.
Lin Chong segera menuju tempat Gao Qiu ditahan. Begitu melihat Gao Qui, dia tidak bisa lagi menahan emosinya. Dengan marah dia bertanya kepada Gao Qiu, “Apa kamu masih ingat aku?”
“Siapa kamu?” Jawab Gao Qiu.
Dengan bertambah marah Lin Chong menjawab bahwa dia dan keluarganya telah dihancurkan oleh Gao Qiu 10 tahun lalu. Dan sekarang ingin membalas dendam. Pada saat Lin Chong hendak membunuh Gao Qiu, tiba-tiba Song Jiang datang dan mencegahnya.
Song Jiang yang memang berencana untuk berdamai dengan pihak istana, berniat melepaskan Gao Qiu. Lin Chong amat marah dengan keputusan Song Jiang melepaskan Gao Qiu.
Kesempatannya untuk membalas dendam yang sudah dinantinya selama bertahun-tahun, yang sekarang sudah ada di depan mata hilang begitu saja. Tetapi apa boleh buat, dia tidak bisa melawan keputusan Song Jiang sebagai pemimpin tertinggi.
Saat melihat Gao Qiu melangkah pergi untuk kembali ke istana. Lin Chong menjadi begitu marah dan sedih. Dia tidak bisa lagi mengendalikan dirinya, dan akhirnya dia jatuh ke tanah dan mati. Sementara Gao Qiu bisa kembali ke istana dengan selamat.
Orang yang menyimpan dendam dan sakit hati pada akhirnya akan merugikan dirinya sendiri. Ketika kita dikuasai oleh dendam dan sakit hati, kita mengira bahwa kita bisa menyakiti musuh kita, tetapi sebenarnya yang sedang kita sakiti adalah diri kita sendiri.
Mungkin orang yang telah menyakiti kita sedang bersenang-senang karena dia telah melupakan perbuatannya atau bahkan dia merasa senang telah bisa menyakiti kita. Sementara kita yang telah disakiti, kita kembali menyakiti diri sendiri dengan tidak melepaskan pengampunan dan melupakan apa yang orang lain telah perbuat terhadap kita.
Terkadang sebenarnya dengan menyimpan dendam, maka kita telah membiarkan musuh kita untuk mengendalikan diri kita sendiri dan membuat “ketergantungan” kebahagiaan kepadanya. Kita memberinya “kuasa” untuk membuat diri kita tidak bahagia.
Nelson Mandela pernah berkata,”Orang yang menyimpan dendam adalah seperti seseorang yang sedang meminum racun, dan berharap orang lain yang akan mati.” Karena orang yang menyimpan dendam akan membuka celah untuk menghancurkan kehidupan orang tersebut.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar