Kesombongan adalah sifat yang paling
dijauhi Tuhan. Dalam agama Katolik disebutkan tujuh dosa manusia, yaitu
meliputi; sombong, iri hati, amarah, malas, serakah, rakus dan nafsu
birahi. Semua dosa manusia berasal dari tujuh dosa ini dan sombong
adalah dosa yang pertama.
Disebutkan
bahwa Malaikat yang jatuh tingkat dan menjadi manusia, diakibatkan
karena hilangnya kerendahan hati, menjadi puas diri dan sombong, sulit
diatur dan tidak taat kepada Tuhan.
Dalam
kitab aliran Buddha Avatamsaka Sutra juga berbicara tentang tiga
penghalang besar untuk mencapai kesempurnaan, yaitu; sombong, iri hati
dan serakah. Sementara arogan dan 'megalomania' (nafsu terhadap
kekuasaan dan kebesaran diri) adalah kendala terbesar seorang manusia
tidak dapat mencapai kesempurnaan.
Sombong
dianggap sumber dari segala kejahatan. Teolog Agustinus menyatakan,
"Kesombongan adalah motivasi paling mendasar dari manusia untuk berbuat
jahat."
Seorang sastrawan kristiani Inggris, C.S. Lewis (1898-1963) menyatakan, "Sombong adalah dosa manusia paling mendasar dan kejahatan terbesar. Kejahatan seperti amarah, keserakahan, alkoholisme masih tidak sebanding dengan sombong.
Itulah sebabnya mengapa iblis berubah menjadi iblis, penyebabnya adalah sombong. Sombong menyebabkan dosa-dosa lain, adalah sejenis kondisi psikologis yang benar-benar berlawanan dengan Allah."
Sombong
adalah sifat keiblisan. Setan sebelumnya adalah malaikat bersayap enam
yang berada di hadapan tahta Tuhan, yang bertanggung jawab atas godaan
di dunia, dan akhirnya ia malah berubah menjadi iblis.
Sebelum
setan jatuh menjadi Iblis, ia adalah malaikat tertinggi, yang disebut
sebagai Lucifer (bermakna 'Planet Venus' di saat terbit pagi hari) dan
putra fajar. Ia dikelilingi oleh benda-benda indah di surga dan
memiliki kehormatan tertinggi.
Setan
jatuh karena kesombongan, karena merasa dirinya indah lantas menjadi
tinggi hati. Karena aura kebijakannya ia lantas menjadi sombong. Karena
narsisme ekstrim ia malah memberontak kepada Yehowa. Dari malaikat, ia
terjatuh menjadi iblis.
Terlihat, salah satu pembatas antara Tuhan dengan iblis, surga dengan neraka, adalah kesombongan.
Sombong
merupakan penyebab dari kebodohan dan kegagalan. Orang sombong
biasanya sangat egosentris, merasa diri sendiri benar, merasa diri
sendiri sangat hebat, hasilnya adalah jiwa yang terbutakan dan pikiran
terkacaukan.
Penampilan yang bodoh
dan kasar menjadi bahan tertawaan orang. Meremehkan musuh di medan
perang menghalanginya untuk mengenali diri sendiri dan lawan, sehingga
mudah kehilangan kecerdasan, kehilangan kemampuan untuk membedakan
benar dan salah, kehilangan pendorong motivasi untuk bergerak maju.
Pasukan
yang congkak pasti kalah. Itulah alasan mengapa Xiang Yu kehilangan
tahtanya (項羽, dibaca syang yü), tahun 232-202 SM. Panglima perang yang
berhasil meruntuhkan Dinasti Qin dalam Perang Julu. Ia mengangkat
dirinya menjadi raja di Chu Barat yang menguasai wilayah hilir Sungai
Kuning dan Sungai Yangtse.
Dalam
Perang Chu Han ia dikalahkan oleh sang rival Liu Bang, bertempur sampai
titik darah penghabisan ketika akhirnya terpojok di tepi Sungai Wu.
Guan
Yu (dibaca: kwan yü), tahun 162-220, jenderal legendaris dari kerajaan
Shu-Han, kehilangan Provinsi Jingzhou dalam Perang Fancheng, salah satu
pertempuran penting di zaman Samkok. Dalam pertempuran itu, Guan Yu
ditangkap oleh pihak Dongwu dan dihukum mati karena pantang menyerah.
Sombong
adalah produk kebodohan. Ketika memandang remeh orang, bagai gajah di
pelupuk mata tak tampak. Mata tidak bisa melihat langit yang luas dan
laut yang dalam. Pikiran tidak dapat memahami sepandai-pandainya diri
sendiri masih ada orang lain yang lebih pandai, dan setinggi-tingginya
langit masih ada yang lebih tinggi.
Kesombongan
tidak dapat merasakan bahwa di alam semesta ini diri sendiri hanyalah
setetes air di lautan. Orang yang sombong sangat egois, narsistis,
dibutakan oleh sedikit kecerdasan diri sendiri dan dibutakan oleh
sedikit prestasi.
Sebenarnya orang
sombong seperti katak dalam tempurung, sehingga berpuas diri. Membohongi
diri sendiri, menipu orang lain yang akhirnya mencelakakan diri
sendiri. Nampaknya, dari surga ke
neraka, setiap pelanggaran terkait dengan kesombongan.
Selama ada sedikit saja kesombongan, akan melahirkan banyak perilaku negatif seperti: congkak, kasar, tidak tahu berterima kasih, nafsu serakah, kebencian dan prasangka akan timbul. Oleh sebab itu orang tidak boleh menjadi sombong. Sombong adalah iblis yang dapat menyebabkan jiwa menjadi cacat, adalah iblis yang meruntuhkan jiwa.
Selama ada sedikit saja kesombongan, akan melahirkan banyak perilaku negatif seperti: congkak, kasar, tidak tahu berterima kasih, nafsu serakah, kebencian dan prasangka akan timbul. Oleh sebab itu orang tidak boleh menjadi sombong. Sombong adalah iblis yang dapat menyebabkan jiwa menjadi cacat, adalah iblis yang meruntuhkan jiwa.
Devadatta
adalah orang klan Sakya, sepupu Buddha Sakyamuni, yang memiliki sifat
arogan. Pada awal menjadi biarawan, ia masih serius berkultivasi, namun
karena iri hati pada Buddha maka timbul hati memberontak.
Devadatta
meminta Buddha mengajarinya kekuatan supranatural dan setelah ditolak,
ia pergi ke tempat lain untuk belajar supranatural. Devadatta semakin
sombong dan ingin menggantikan posisi Buddha. Setelah ditolak oleh
Buddha, ia membuat keributan besar, bhiksuni Uppalavannā dipukuli
hingga mati. Dengan demikian ia telah melakukan kejahatan besar karena
membunuh Arhat.
Devadatta kembali
berulah dengan menyewa seorang pendekar untuk melakukan percobaan
pembunuhan terhadap Buddha. Namun Buddha berusaha membuatnya sadar dan
menjadikannya sebagai murid.
Belum
puas, Ia melepaskan gajah gila di jalanan, merencanakan kawanan gajah
menginjak-injak Buddha sampai mati. Ia juga nekad menggelindingkan
batu besar menuruni bukit agar menindih mati Buddha, tapi hanya kaki
Buddha yang berdarah terkena pecahan batu kecil.
Walaupun
Devadatta telah menjadi biarawan dan menjadi pengikut Buddha selama 12
tahun, namun karena tidak dapat menghapus kesombongan dan kekejaman
dalam hatinya, telah menyebabkan kerusakan di Sangha (perkumpulan
orang-orang suci yang berlatih kultivasi).
Devadatta
juga telah banyak mencelakakan Buddha dan melakukan karma buruk
lainnya. Akhirnya, selain tidak mendapatkan buah status (hasil kultivasi
yang terakumulasi selama hidup), Devadatta bahkan terjatuh ke neraka.
Terlihat,
sekali bibit api sombong menyala di dalam hati, melakukan tindakan
yang membahayakan Buddha dan mengacaukan komunitas, merusak Sangha,
malah membuat diri sendiri terbakar musnah. Buddha dalam bahasa Sansekerta, berarti orang yang telah mencapai kesadaran sempurna. (Sumber)
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat
kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk
mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar