Di sebuah desa, seorang ibu
sedang menunggu kedatangan puterinya yang bekerja. Ibu itu adalah seorang
wanita yang telah kehilangan suaminya bertahun-tahun yang lalu.
Pendapatan keluarga hanya didapat dari putrinya yang bekerja di kota yang pulang setiap akhir pekan. Sekalipun puterinya bekerja, kehidupan ekonomi mereka tak kunjung membaik.
Saat malam menjelang, puterinya tiba di rumah dengan wajah yang lelah dan tampak gusar. Melihat wajah yang tidak biasa itu, sang ibu menanyakan kepada puterinya.
"Anakku, ada apa? Mengapa wajahmu tampak sedih dan gusar?" tanya si ibu.
Anak perempuan itu menghela napas panjang lalu mengatakan, "Ibu, aku lelah sekali. Aku tidak habis pikir mengapa hidupku sangat malang. Aku selalu bekerja keras, selalu menunjukkan apa yang aku bisa, aku bahkan selalu mengorbankan banyak hal untuk pekerjaanku. Tetapi tidak ada yang memuji pekerjaanku, mereka bahkan sering mengejek dan mengatakan aku tidak akan bisa mencapai hasil terbaik dalam pekerjaanku," dua tetes air mata mengalir di pipi putrinya itu.
Sang ibu mengusap rambut anak perempuannya dengan sayang. "Anakku, jangan pernah mengharap orang lain untuk selalu memuji apa yang engkau kerjakan,"
"Maksud ibu?" tanya sang anak tak mengerti.
"Coba kau lihat bunga sepatu yang tumbuh di halaman belakang rumah kita. Dulu, saat kau masih kecil, tidak ada yang menanam pohon bunga sepatu di sana, dia tiba-tiba tumbuh dan semua orang membiarkannya tumbuh tanpa memberi pupuk atau menyiram." ujar si ibu.
Anak perempuannya hanya mendengarkan.
"Tidak ada yang peduli pada bunga sepatu itu, hingga pada masa dia berbunga, semua orang akan mengagumi betapa indah kelopak-kelopaknya. Bahkan tidak sedikit yan berebut untuk memetiknya," lanjut si ibu sambil tersenyum.
Pendapatan keluarga hanya didapat dari putrinya yang bekerja di kota yang pulang setiap akhir pekan. Sekalipun puterinya bekerja, kehidupan ekonomi mereka tak kunjung membaik.
Saat malam menjelang, puterinya tiba di rumah dengan wajah yang lelah dan tampak gusar. Melihat wajah yang tidak biasa itu, sang ibu menanyakan kepada puterinya.
"Anakku, ada apa? Mengapa wajahmu tampak sedih dan gusar?" tanya si ibu.
Anak perempuan itu menghela napas panjang lalu mengatakan, "Ibu, aku lelah sekali. Aku tidak habis pikir mengapa hidupku sangat malang. Aku selalu bekerja keras, selalu menunjukkan apa yang aku bisa, aku bahkan selalu mengorbankan banyak hal untuk pekerjaanku. Tetapi tidak ada yang memuji pekerjaanku, mereka bahkan sering mengejek dan mengatakan aku tidak akan bisa mencapai hasil terbaik dalam pekerjaanku," dua tetes air mata mengalir di pipi putrinya itu.
Sang ibu mengusap rambut anak perempuannya dengan sayang. "Anakku, jangan pernah mengharap orang lain untuk selalu memuji apa yang engkau kerjakan,"
"Maksud ibu?" tanya sang anak tak mengerti.
"Coba kau lihat bunga sepatu yang tumbuh di halaman belakang rumah kita. Dulu, saat kau masih kecil, tidak ada yang menanam pohon bunga sepatu di sana, dia tiba-tiba tumbuh dan semua orang membiarkannya tumbuh tanpa memberi pupuk atau menyiram." ujar si ibu.
Anak perempuannya hanya mendengarkan.
"Tidak ada yang peduli pada bunga sepatu itu, hingga pada masa dia berbunga, semua orang akan mengagumi betapa indah kelopak-kelopaknya. Bahkan tidak sedikit yan berebut untuk memetiknya," lanjut si ibu sambil tersenyum.
"Anakku, orang lain mungkin tidak peduli dengan apa yang kamu kerjakan sekarang, tetapi jangan menyerah dan selalu berikan yang terbaik, seperti yang dilakukan bunga sepatu. Dia selalu bersabar dan memberikan yang terbaik sekalipun orang-orang tidak peduli padanya."
Salam kebajikan dan semoga bermanfaat. (Sumber / Amoy)
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat
kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk
mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar