|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Selasa, 31 Desember 2013

Pahlawan Pendidikan Gratis Sejati, Wu Xun (武训)

 

 
Zǐ bù xué, fēi suǒ yí; yòu bù xué, lǎo hé wéi (子不學, 非所宜l 幼不學, 老何為) yang maknanya, Seorang anak yang tidak belajar adalah hal yang tidak pantas; Jika tidak belajar saat muda, apa yang hendak diperbuat kala tua / dewasa ?  Kisah tentang semangat Wu Xun yang pantas untuk kita teladani.

Di jaman akhir dinasti Qing (1838-1896), hiduplah seseorang yang bernama Wu Xun (武训)
di daerah Shandong, kabupaten Tangyi (sekarang kabupaten guan).

Wu Xun adalah contoh orang yang hidup dalam kemiskinan dan lembah penghinaan . Tetapi dia berbalik membalikkan keadaan untuk membeli tanah.  Bukan itu saja, kepeduliannya terhadap pendidikan mendorong dirinya untuk mendirikan sekolah-sekolah. Jasa-jasa Wu Xun dalam mempelopori pendidikan gratis menyebabkan namanya harum sepanjang masa. 

Kisah hidupnya kemudian secara resmi dicatat dalam sejarah resmi negara Qing.Wu kecil kemungkinan juga tidak memiliki nama. Sejak umur 7 tahun ia telah menjadi seorang yatim piatu. 

Hidupnya dari mengemis belas kasihan orang lain, bekerja serabutan, memohon belas kasihan orang lain untuk makan, dan walau sudah memohon untuk belajar di sekolah, tidak diterima karena tidak punya uang. Karena hidup melarat sebagai pengemis dan pekerja serabutan, dia juga sering ditindas orang lain.

Karea buta huruf, Wu kemudian ditipu dengan pembukuan palsu yang menyebutkan bahwa gajinya selama 3 tahun sudah dibayar. Wu yang berupaya untuk menyangkal hal ini dan ini menyebabkan Wu dituduh sebagai tukang tipu. 

Dia kemudian dipukuli, diludahi, sampai dia tidak bisa bangun, tidak bisa makan-minum selama 3 hari. Hidup menderita karena tidak sekolah dan buta huruf, membuat Wu kemudian bertekad dalam hati untuk membangun sekolah di mana semua orang bisa belajar tanpa perlu membayar.

Sejak umur 21 tahun dia kemudian berkeliling mengemis memohon bantuan dari orang lain sambil bernyanyi tentang tujuannya mengemis untuk membangun sekolah gratis. Sambil juga kerja serabutan, juga di malam hari membuat tali dari bahan bekas untuk dijual kembali. 

Uang yang diperoleh dari usahanya dia simpan dan tidak dipakai untuk berfoya-foya. Dia tetap berpakain yang sama yang sudah lusuh, makan minum juga banyak mengais dari sisa-sisa makanan orang lain. Karena kegiatannya ini, Wu Xun sama sekali tidak punya waktu untuk berkeluarga sampai akhir hayatnya.

Beberapa tahun kemudian setelah sudah berhasil mengumpulkan sejumlah uang, Wu membeli tanah yang kemudian disewakan sebagai sawah dan pemukiman. Uang dari tanah ini lalu dipakai untuk membangun sekolah. 

Sekolah Wu yang buka ini tidak memungut bayaran apa pun, semua biayanya didapat dari hasil penyewaan tanah. Wu kemudian dijuluki orang dengan nama 武訓 Wu Xun (Pengajaran/pendidikan) karena kegiatannya dalam mengusahakan pendidikan bagi semua orang.

Wu Xun kemudian mengundang para sarjana untuk mengajar di sekolahnya. Caranya mengundang mengundang banyak simpati karena Wu Xun akan berlutut memohon para sarjana itu untuk mengajar sambil menceritakan visi misinya tentang sekolah gratis yang ditujukan untuk mendidik anak-anak dari keluarga tidak mampu. 

Setiap ada kesempatan, Wu Xun akan berkunjung ke sekolahnya. Apabila guru yang sedang mengajar, mengajar dengan sepenuh hati, disiplin dan tegas maka Wu Xun akan berlutut berterima kasih kepada si guru. 

Bila si guru malas-malasan mengajar, Wu Xun akan berlutut memohon agar si guru untuk mengajar dengan benar demi masa depan para murid. 

Bila ada murid yang tidak tekun belajar dan hanya bermain-main, Wu Xun akan berlutut di hadapan murid tersebut dan sambil menangis memohon agar si murid tidak menyia-nyiakan waktu dan agar belajar dengan benar.

Walaupun bisa dibilang sudah memiliki harta dari penyewaan tanah, Wu Xun tetap hidup layaknya pengemis dan makan-minum seadanya. Dia juga tetap berkeliling memohon bantuan dana, yang semuanya dipakai untuk kembali memperluas tanah sekolah. 

Dari dana-dana dan hasil penyewaan tanah ini, Wu Xun kemudian kembali mendirikan 2 sekolah lainnya yang bersifat sama. Tidak memungut biaya apapun dari murid, dan yang diutamakan adalah anak-anak dari keluarga tidak mampu.

Jasa-jasanya ini dihargai oleh pemerintah Qing. Gubernur Shandong kemudian memberikan pembebasan pajak untuk 3 sekolah Wu Xun, berikut tanah sekolah yang disewakan sebagai sawah dan pemukiman. 

Juga memberikan bantuan dana berupa perak 200 liang, serta memberikan anugerah papan kaligrafi dari kaisar periode Guang Xu yang bertuliskan “樂善好施” Le shan hao shi, yang artinya kurang lebih, “Memberikan sumbangsih / welas asih.” Wu Xun juga menerima gelar “義學正” Yi  Xue Zheng, artinya “Pahlawan pendidikan gratis sejati”, dan mendapatkan anugerah pakaian pejabat.

Wu Xun akhirnya meninggal dunia di usia 59 tahun, ketika dia sedang melafalkan bahan pelajaran. Kematiannya disambut dengan penuh duka dari para murid, guru sekolah, masyarakat dan juga pemerintah Qing. Pemerintah dan masyarakat kemudian mendirikan sebuah kuil untuk menghormati Wu Xun, mendirikan monumen di kuil itu, dan juga mendirikan altar leluhur Wu. Jasad Wu Xun kemudian dimakamkan di kuil itu.

Sejak itu banyak sekolah-sekolah serupa yang mengusung semangat Wu Xun dan diberi nama sekolah Wu Xun. Namanya juga sempat dijadikan nama kabupaten di jaman republik.
Walaupun begitu, pada jaman revolusi kebudayaan, kuil dan makam Wu Xun dirusak oleh tentara merah karena Wu Xun dianggap simbolisme jaman lalu yang perlu dibasmi. 

Mayatnya digali dari kuburannya lalu diarak keliling kota dan dibakar. Setelah masa Deng Xiaoping dan situasi kembali kondusif, pemerintah merehabilitasi nama baik Wu Xun, memperbaiki kuil dan makamnya, dan sekolah-sekolah kembali memakai nama Wu Xun.

Wu Xun dalam sejarah Tiongkok akan selalu dicatat sebagai pelopor pendidikan gratis bagi mereka yang tidak mampu.  (Sumber)


Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.

Tidak ada komentar:
Write komentar