Eugene O'Kelly awalnya adalah presiden
merangkap CEO dari perusahaan akuntan terkenal dunia. Bulan Mei 2005, ia
menderita penyakit lumpuh pada pipi kanan (cheeks paralysis), saat
pergi periksa ke rumah sakit, dokter mendiagnosanya sebagai tumor otak
tingkat akhir, usianya tinggal 3 hingga 6 bulan.
Meskipun berada di tengah bayangan redup
kematian, Kelly tidaklah menunggu kematian dengan duduk tepekur dengan
sedih, sebaliknya dengan aktif melakukan pencatatan 100 hari lebih pasca
diagnosa sampai dengan kematiannya, telah menyelesaikan buku berjudul
"Mengejar Sinar Mentari".
Dalam buku tesebut dipenuhi dengan gelora
kehidupan dan terjual laris di seluruh dunia. Membaca buku itu, membuat
saya sering kali merenung.
Apabila Anda hanya bisa menikmati 100
hari lebih, bagaimana Anda melewatinya? Pekerjaan apakah yang hendak
Anda manfaatkan untuk hari-hari terakhir? Terhadap orang terkasih,
akankah mengatakan perkataan yang biasanya tidak berpeluang
me-ngatakannya?
Terinspirasi oleh buku tersebut, saya
menelpon adik perempuan saya, memuji kelebihannya yang tidak suka
mendendam. Tidak mendendam, betul-betul bukan hal yang mudah, terhadap
orang-orang tertentu saya sendiri kadangkala masih bisa merasa sakit
hati.
Saya pernah membaca sebuah berita tentang Sri Paus Yohanes ke 23. Beliau pernah mengingatkan diri sendiri di dalam catatan hariannya, harus menghindari mengkomplain dan menyalahkan orang lain. Dari situ bisa terlihat beliau hendak menjadi seorang yang berlapang dada dan tidak suka melihat kekurangan orang lain, juga dibutuhkan koreksi diri yang terus menerus dan kesadaran.
Itulah sebabnya, di dalam Golden Rule
(aturan emas) Carnagie tentang hubungan interpersonal, nomor satu ialah,
"Tidak mengkritik, tidak menyalahkan, tidak mengeluh."
Coba bayangkan, apabila ke dalam sebuah botol yang sudah terisi penuh dengan kerikil, tak peduli bagaimana seringnya Anda menuangkan air ke dalamnya, pasti botol itu hanya mampu memuat sedikit air saja, hanya apabila Anda mengosongkan botol tersebut, baru bisa menuangkan air ke dalamnya.
Coba bayangkan, apabila ke dalam sebuah botol yang sudah terisi penuh dengan kerikil, tak peduli bagaimana seringnya Anda menuangkan air ke dalamnya, pasti botol itu hanya mampu memuat sedikit air saja, hanya apabila Anda mengosongkan botol tersebut, baru bisa menuangkan air ke dalamnya.
Hubungan interpersonal juga memiliki
logika yang sama, apabila terhadap orang lain Anda dipenuhi dengan
kritikan, teguran dan keluhan, maka antara dia dan Anda tak akan mampu
"teraliri" niat baik dan kehangatan, sangat sulit menegakkan komunikasi
yang baik dan interaktif.
Oleh karena itu, Carnegie menorehkan "3
tidak" ini sebagai rule nomor 1 dari Golden Rule, sesungguhnya memiliki
makna pengertian yang sangat mendalam.
Pada dasarnya, "Tidak mengritik, tidak
menyalahkan orang, tidak mengeluh" justru adalah semacam "perombakan
batin" yang mengubah kita dari sikap yang sebelumnya negatif, runcing
tajam, suka mengritik, berubah menjadi proaktif dan positif. Kemudian,
tanpa diduga Anda akan menemukan, ketika Anda sudah berubah, seiring
dengan itu hubungan Anda dengan orang lain juga akan berubah.
Teringat sewaktu saya baru saja datang
ke Amerika untuk mengikuti workshop Carnegie, sudah berusia 40 tahun
lebih, telah mengumpulkan sedikit pengalaman hidup, demi nama besarnya
menempuh ribuan km, tak dinyana pelajaran pertama adalah "Tidak
mengkritik, tidak menyalahkan orang, tidak mengeluh", reaksi pertama
saya adalah: "Hanya ini saja?! Bukankah terlalu sederhana?" Untuk
sesaat, betul-betul merasa agak kecewa.
Pelajaran waktu itu harus ditempuh
selama 14 minggu, sesudah 14 minggu, saya sekonyong-konyong menemukan,
telah terjadi perubahan gaib pada diri sendiri, "3 tidak" yang
digarisbawahi oleh Carnegie, dilihat sekilas nampak sangat mudah, akan
tetapi prinsip termudah kadangkala adalah yang termujarab.
Sewaktu di AS saya berkenalan dengan
seorang asisten khusus dari presiden direktur sebuah perusahaan besar,
wajahnya cantik, namun pergaulannya tidak mulus, sering kali cekcok
dengan teman sejawat, dia sendiri juga merasa tidak enak di hati, maka
itu suasana hatinya sangat gundah.
Suatu hari, presdir perusahaan berkata
kepadanya, "Idealnya Anda cari cara untuk menyelesaikan persoalan
interpersonal, jika semua kepala bagian setiap departemen masih saja
tidak mampu bekerja sama dengan Anda, maka sayapun tak kuasa me-lindungi
Anda lagi."
Karena itu, wanita tersebut lantas
menerima training Carnegie dan mempelajari "3 tidak". Kemudian, saya
menjumpai presdir tersebut, ia memberitahu saya, "Sesudah beberapa
minggu, saya seolah tidak berani mempercayai mata saya, saya melihat
dengan mata kepala sendiri perubahan pada diri wanita tersebut."
Karena mempertahankan prinsip 3 tidak,
dia tidak lagi sebagai landak yang perlu di-hindari oleh orang-orang,
hubungan interpersonalnya telah memperoleh perubahan sangat baik.
Setiap orang bisa saja memiliki duri
tajam yang tidak saja melukai orang lain, pada akhirnya ia juga bisa
melukai diri sendiri. Bagaimana dari berduri tajam berubah menjadi batu
yang bulat mulus, yaitu harus menjalankan tidak mengkritik, tidak
menyalahkan orang, tidak mengeluh.
Prinsipnya sedikitpun tak sulit
dipahami. Ketika Anda mengritik dan menyalahkan orang lain, justru
seperti menempuh sebuah marabahaya, sangat mungkin melukai kehormatan
orang tersebut.
Meskipun kritikan dan teguran Anda
bermaksud baik, tapi begitu martabat pihak lain terusik, meski ia tahu
dirinya keliru, bisa saja mati-matian membela diri, itulah sebabnya
kritik dan teguran serta keluhan, kadangkala hanyalah semacam
pelampiasan emosi, yang tak mampu menyelesaikan masalah, malah membuat
jarak interpersonal semakin menjauh.
Meskipun hubungan yang paling akrab pun, mungkin saja karena kritik dan teguran serta keluhan lantas menjadi renggang.
Sewaktu kecil, saya sering mangkal di
depan gereja menonton misa. Ada seorang pastor bule warganegara Kanada
acap kali mengingatkan jemaatnya, hal yang paling mengandung daya
perusakan terhadap hubungan keluarga ialah kritik. Banyak orang sebagai
suami, atau istri, setiap hari mengomel, senantiasa menunjukkan
kekurangan dan kejelekan pihak lain, alhasil perkawinan mereka menjadi
hancur.
Kala itu, kami merasakan yang
dikhotbahkan sang pastor tidak terlalu masuk akal, akan tetapi, sesudah
melalui perjalanan hidup selama ini, menyaksikan banyak perkawinan yang
semestinya bisa harmonis toh akhirnya berantakan, mau tak mau mengakui
bahwa sang pastor telah melihat bahwa kritikan, teguran dan keluhan,
betul-betul adalah pisau tajam bagi kelangsungan hubungan akrab.
Marilah kita simak kisah murid Carnegie, pasutri Li Limei dan Qiu Jiquan.
Limei dan Jiquan yang telah lama
menikah, tiba-tiba perkawinannya mengalami gelombang surut. Jiquan yang
mengajar selain sibuk di kantor, juga setiap urusan selalu mendahulukan
teman-temannya pada posisi utama. Sudah berjanji hendak piknik
sekeluarga, namun begitu teman-nya menelpon mengajak main majong (red.:
sejenis permainan judi khas Tiongkok), Jiquan dengan segera mendampingi
temannya bermain majong.
Sebetulnya ia juga tidak suka main,
hanya saja tidak ingin mengecewakan mereka. Juga pernah suatu kali,
karena teman ada urusan hendak ke luar negeri selama 2 minggu, Jiquan
dengan suka rela setiap hari tepat waktu memberi makan anjingnya, namun
mendampingi keluarga makan di luar pun malah tak rela.
Limei merasa dirinya dicampakkan, wajar
saja kalau mengajukan protes. Karena cara penyampaian yang tanpa tedeng
aling-aling, Jiquan juga tak mau kalah membalas beberapa patah kata.
Kedua orang itu larut dalam saling melempar kata-kata tajam bak pedang.
Akhirnya lagi-lagi perang dingin selama beberapa hari.
Akhirnya Limei memberanikan diri, mengikuti workshop Carnegie di Tai Dung, Taiwan, dan ia berkesimpulan:
Daripada harus mengubah suami, mendingan
mengubah dahulu sikapnya terhadap sang suami. Ketika Jiquan sekali lagi
pulang larut malam, Limei membatalkan sikapnya yang pada awalnya hendak
siap perang, diubahnya dengan proaktif menyajikan secangkir kopi kepada
suami, Jiquan merasa terkejut, pasangan itu mulai berdialog dengan hati
tenang dan nada menyejukkan.
Oleh karena Limei tidak lagi dipenuhi
dengan keluhan, hubungan pernikahan tersebut mengalami kemajuan,
kemudian Jiquan mengikuti workshop Carnegie, menjadi adik seperguruan
dari istri dan putrinya, ia memutuskan mengubah sikap acuhnya selama
bertahun-tahun terhadap keluarganya, mengharapkan mereka menjadi manusia
paling berbahagia di seluruh dunia.
Sekarang, Limei dan Jiquan mengelola
penginapan di Tai Dung. Pepohonan dan perdu di taman semuanya dikerjakan
Jiquan. Di saat ada tamu berkunjung, penyajian teh ataupun kopi juga
dilayani olehnya, total bagaikan seorang lelaki baik-baik yang lagi
kasmaran.
Segala perubahan ini, semuanya bermuara dari "3 tidak"nya. Marilah kita menggunakan "3 tidak" pada berbagai hubungan interpersonal, maka Anda akan menemukan, efeknya begitu menakjubkan.
Segala perubahan ini, semuanya bermuara dari "3 tidak"nya. Marilah kita menggunakan "3 tidak" pada berbagai hubungan interpersonal, maka Anda akan menemukan, efeknya begitu menakjubkan.
Belakangan ini, para politisi sedang
gemar "Bicara ceplas-ceplos", saling menyerang dengan perkataan yang
menusuk tajam, sama sekali tidak ada dialog, hanya saling menyemprotkan
air liur.
Saya percaya, jikalau para politisi bisa
menyadari makna sesungguhnya dari "tidak mengkritik, tidak menyalahkan
orang, tidak mengeluh", mengurangi konfrontasi yang negatif itu,
masyarakat kita pasti bisa berubah harmonis dan jauh lebih indah.
Kembali ke buku "Mengejar Sinar
Mentari", dibandingkan dengan Eugene O' Kelly, kita sungguh-sungguh jauh
lebih beruntung, namun jangan dilupakan, kehidupan itu ada batasnya,
apabila kita menganggap setiap hari sebagai hari terakhir dari kehidupan
kita, maka akan menemukan, memboroskan waktu untuk kritik, celaan dan
keluhan, adalah hal yang sangat tidak bernilai. (Disadur dari Kalkulasi
Kehidupan, Hei You Long/whs)
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat
kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk
mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar