Kebajikan ( De 德 ) - Menjadi seorang pembela kebenaran sudah tertanam sejak kecil di benak perempuan Tionghoa bernama Chang Mei Zhiang. Zhiang yang punya nama lain Yolla Bernada ini akhirnya memutuskan untuk menjadi anggota Polri pada 2004.
Chang Mei Zhiang, wanita yang telah menerima penghargaan dari MURI sebagai Polwan pertama beretnis Tionghoa di Indonesia.
Tetapi jalan yang dipilih Zhang penuh dengan kerikil. Apalagi bagi seorang warga Tionghoa seperti Yolla, pilihan ini memicu banyak konflik. Hubungan Yolla dan ayahnya sempat memburuk saat ayahnya tahu Yolla telah berstatus sebagai polisi.
"Papa ngamuk katanya 'Kenapa orang chinese masuk polisi, madesu (masa depan suram) buat apa jadi polisi'. Ya sudah saya diam, saya takut lawan papa," kenang perempuan yang telah berpangkat Brigadir ini kepada merdeka.com di Pospol Taman Sari, Jakarta Barat, Kamis (30/1).
Bukan tanpa sebab ayah Yolla murka seperti itu. Memang saat mendaftar masuk Secaba, Yolla sempat tidak mendapat restu dari ayahnya. Alhasil dengan alasan ikut pelatihan Resimen Mahasiswa, Yolla diam-diam ikut Secaba Polri tanpa sepengetahuan ayahnya.
Saat itu hanya ibu dan adik Yolla yang mengetahui hal ini. Tetapi walau ditutupi akhirnya tetap tercium juga. Ayah Yolla yang curiga karena anaknya tak kunjung pulang, langsung mendatangi sekolah Yolla.
"'Anak Bapak ikut Menwa tapi pas pendidikan enggak ikut Pak' kata teman saya. Bapak ngamuk-ngamuk kata adik cerita. katanya saya mau diaporin polisi gara-gara hilang. Ya sudah bilangin Papa saja ada pendidikan polisi," sesal wanita beranak tiga ini.
Alhasil sang ayah ngambek saat Yolla kembali dari pendidikan Secaba. Yolla pun menyesal tetapi dia tetap teguh ingin mempertahankan status polwan dia.
"Tiga bulan kan sempet pulang. Saya enggak dikasih makan, enggak disapa, enggak ditanya kabarnya. Diam saja, saya ya makan sendiri suap sendiri, pas pulang dia cuek saja, ibu sih santai," cerita wanita berambut pendek ini.
Aksi ngambek ayah Yolla tidak berlangsung lama. Hati ayah Yolla luluh saat ayah Yolla butuh anaknya untuk mencari barang hilang.
"Ada masalah KTP hilang minta tolong buat laporan, kata saya, ayah waktu saya lulus jadi polisi dicuekin saja setelah jadi polisi, minta tolong saya," ujar Brigadir Yolla bangga.
Tak hanya satu kali, saat ayah Yolla bertengkar dengan tetangganya, Yolla lagi-lagi jadi penengah dan pemberi saran hukum bagi ayahnya.
Kini ayahnya tidak lagi protes dengan jalan yang dipilih anaknya. Bahkan ayah Yolla mendukung anaknya untuk mencapai pangkat perwira.
"Papi suruh sekolah lagi suruh ambil perwira tapi pangkat belum mendukung kemarin. Musti Bripka. Ssaya masih Brigadir belum bisa. Kata papi apa pilihan lu adalah tanggung jawab lu," tutup Yolla sambil berkaca-kaca.
Kini setelah 4 tahun di Reskrim Narkoba, Yolla terus memperlebar kariernya. Bahkan wanita yang jago bela diri ini ingin mencoba masuk ke pasukan pengamanan PBB atau setidaknya menjadi bagian dari penyidik cyber crime.
Mimpi Yolla masih panjang, terakhir di tahun baru China ini dia berharap agar kepolisian memberinya ruang untuk berkembang dan naik jabatan.
"Saya mau sekolah lagi menjadi perwira tinggi, dulu saya kejar Brigadir karena mau sekolah tetapi naik lagi syaratnya jadi Bripka. Mudah-mudahan polisi lebih baik, pimpinan punya aturan jelas karena kadang ganti pimpinan ganti peraturan," keluh dia.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini; Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar