Kebajikan ( De 德 ) - Alkisah pada suatu waktu raja Hsuan dari negeri Chu bertanya pada para menterinya," Aku mendengar bahwa rakyat di daerah utara takut pada Chao Hsi Su, benarkah demikian?"
Para menteri tidak ada satupun yang berani menjawabnya, tetapi Chiang Yi memberikan sebuah cerita perumpamaan kepada sang raja, tentang Rubah Yang Meminjam Keperkasaan Sang Macan.
Pada suatu ketika, ada seekor macan yang berhasil menangkap seekor rubah di hutan. Pada saat ia hendak memakan rubah, sang rubah dengan gagah berkata,” Tunggu sebentar! Kamu tidak boleh memakanku! Saya adalah utusan langit. Saya diutus untuk memerintah dunia binatang. Kau musti tahu bahwa dengan memakanku, kau akan melanggar perintah Dewa. Jika kau tidak percaya, ikuti saja aku dan kau akan lihat betapa takutnya binatang-binatang yang lain kepadaku!”
Sang macan bingung mendengarnya,.”Baru kali ini ada rubah begitu sombongnya,”pikirnya “Hm, mungkin dia bicara benar. Tapi lebih baik lihat dulu apakah perkataannya benar. Aku akan ikuti dia. Bila benar semua bintang takut padanya, aku tidak akan menganggunya. Tapi bila tidak, akan kumangsa dia saat itu juga.”
Sang macan lalu memutuskan untuk mengikutinya menuju ke dalam hutan. Tentu saja semua binatang semua lari ketakutan melihat mereka. Mereka sebenarnya takut kepada sang macan, bukan kepada rubah. Tetapi macan berpikir bahwa binatang-binatang tersebut takut kepada rubah. Jadi, ia memutuskan untuk membiarkan sang rubah itu pergi.
Jadi cerita ini sama halnya dengan yang mulia tanyakan tadi. Baginda memiliki daerah kekuasaan seluas lima ribu li persegi dan sebuah angkatan bersenjata yang terdiri dari sejuta prajurit dan baginda telah memberikan kekuasaan penuh kepada Chao Hsi Su.
Oleh karena itu maka rakyat di daerah utara takut pada kekuasaannya, sementara sebenarnya mereka takut pada armada raja, sebagaimana hewan-hewan itu yang takut pada harimau dengan memanfaatkan keperkasaan orang lain untuk menutup kekurangannya sendiri.
Manusia yang buruk berbicara tentang apa yang ia makan dan minum, sedangkan manusia yang baik berbicara tentang apa yang ia lihat dan ia dengar. Maka, seseorang yang diumpamakan sebagai seekor rubah adalah manusia licik tapi sekaligus picik.
Itulah kisah asal mula adanya Ungkapan Pepatah Cina, “Hu Jia Hu Wei (狐假虎威)" yang berarti Bagaikan rubah yang meminjam pengaruh atau keperkasaan macan. Jika diuraikan maka akan seperti ini.
狐(hú) singkatan dari 狐狸 húli = Rubah
假(jiǎ) singkatan dari 假装 jiǎzhuāng = Ber-pura-pura
虎(hǔ ) singkatan dari 老虎 lǎohǔ = Harimau/Macan
威(wēi ) singkatan dari 威风wēifēng = Keperkasaan.
Hal ini sudah lazim digunakan orang di seluruh dunia, untuk menunjukkan seseorang yang menggunakan pengaruh orang lain untuk menakuti atau menggertak seseorang. Pepatah Cina, “Hu jia Hu wei” ini juga bisa berarti positif atau negatif.
Semua tergantung pada orang yang menggunakannya. Bila dia memanfaatkannya untuk kepentingan umum atau untuk kebaikan, why not? Tapi bila ia memanfaatkannya secara membabi buta dan menganggu kepentingan orang lain, jadinya ya negatif. Salam kebajikan.
Tidak ada komentar:
Write komentar