Kebajikan ( De 德 ) - Pertunjukan tarian lampu naga juga disebut tarian naga Asalnya dari zaman kuno sekali. Konon dalam sendra tari besar yang disebut Tanduk Jernih (清角), sudah ada citra kepala naga berbadan burung yang diperankan oleh manusia.
Naga sebagai hewan ajaib khayalan, sudah diciptakan oleh leluhur kita pada 5000 tahun yang lalu. Apakah naga itu? Dalam karyanya Pengelompokan Tumbuh-tumbuhan (本草纲目), Li Shizhen (李时珍) menulis, “Naga, bentuknya ada sembilan, badannya seperti ular, wajahnya seperti kuda, tanduknya seperti rusa, matanya seperti kelinci, telinganya seperti sapi, perutnya seperti rumah, sisiknya seperti ikan mas, cakarnya seperti elang, telapaknya seperti harimau.”
Naga, sebetulnya adalah hewan ajaib dalam legenda. Tetapi dalam hati orang kuno, naga berkuasa mendatangkan angin dan hujan, menjauhkan bencana dan penyakit. Posisi naga begitu penting dalam kebudayaan Tionghoa, oleh karena itu pada umumnya orang Tionghoa mengaku sebagai keturunan Naga.
Sejak zaman dahulu, leluhur kita menganggap naga sebagai salah satu dari “empat roh penolong” (四灵), memohon keselamatan dan panen raya dengan cara mengadakan tari naga, sudah menjadi kebiasaan dengan sendirinya.
Dalam Serba Serbi Chunqiu (春秋繁露) zaman Han terdapat catatan tentang tari naga. Sampai pada zaman Tang (唐) dan Song (宋), tari naga lebih ramai lagi. Sastrawan zaman Tang (唐) Zhang Yue (张说) pernah menulis, “Jalan terang oleh naga, pohon terang oleh lampu, ribuan lampu bersinar”; penyair patriot zaman Song Selatan (南宋) Xin Qiji (辛弃疾)
juga menulis, “Gemuruh ibarat angin ribut, tubuh bersinar indah
berputar meliuk, semalam suntuk naga warna warni beraksi.”
Semua ini menggambarkan betapa khidmat dan ramainya pada waktu tarian naga diadakan. Dalam Catatan Impian Liang (梦梁录) karya Wu Zimu (吴自牧) pada zaman Song (宋) terdapat catatan tentang tari naga, pada malam Capgome, “mengikat rumput menjadi naga, di atasnya ditutupi kain hijau, ribuan lampu berderet rapat, sinar lampu kelihatan meliuk, seperti sepasang naga sedang terbang.
Semua ini menggambarkan betapa khidmat dan ramainya pada waktu tarian naga diadakan. Dalam Catatan Impian Liang (梦梁录) karya Wu Zimu (吴自牧) pada zaman Song (宋) terdapat catatan tentang tari naga, pada malam Capgome, “mengikat rumput menjadi naga, di atasnya ditutupi kain hijau, ribuan lampu berderet rapat, sinar lampu kelihatan meliuk, seperti sepasang naga sedang terbang.
Sampai pada zaman Qing (清), teknik dan seni pembuatan naga lebih ditingkatkan lagi, arena tari naga juga diperluas. Menurut Catatan Tahunan Hucheng (沪城岁事),
bentuk naga Capgome ialah, “Melingkar bambu tipis menjadi kerangka
naga, dibungkus kain sutra, ditambah gambar sisik, ada kepala ada ekor,
dipasang tongkat kayu untuk memainkannya. Ketika dimainkan di sepanjang
jalan atau gang, pasti didahului papan bertuliskan “Palawija panen raya,
pejabat bersih rakyat sejahtera.”
Naga yang dimainkan sampai hari ini, yang sering tampil ada naga
kertas, naga rumput, naga sutra, naga bambu. Ada naga sambung yang
terbuat dari menyambungkan berbuku-buku kerangka kayu atau besi, ada
naga yang dimainkan satu orang atau dua orang.
Sedangkan naga panjang biasanya dimainkan 11 atau 13 orang, ada lagi naga yang super panjang pemainnya berjumlah 100 orang. Biasanya di depan naga ada seorang membawa bola sulam bertongkat, memikat naga untuk mempermainkan atau merebutnya.
Gerakan tari yang utama meniru gerakan khayalan naga merebut mutiara, tiba-tiba kiri tiba-tiba kanan, tiba-tiba rendah, atau menggeleng-gelengkan kepala, atau mengibas- ngibas ekor, atau melingkar, atau melompat, sesuai ukuran gelanggang pertunjukan, ditampilkan variasi gerakan yang berbeda. Saat pertunjukan, suara genderang dan simbal atau gong membimbing langkah dan gerakan.
Sedangkan naga panjang biasanya dimainkan 11 atau 13 orang, ada lagi naga yang super panjang pemainnya berjumlah 100 orang. Biasanya di depan naga ada seorang membawa bola sulam bertongkat, memikat naga untuk mempermainkan atau merebutnya.
Gerakan tari yang utama meniru gerakan khayalan naga merebut mutiara, tiba-tiba kiri tiba-tiba kanan, tiba-tiba rendah, atau menggeleng-gelengkan kepala, atau mengibas- ngibas ekor, atau melingkar, atau melompat, sesuai ukuran gelanggang pertunjukan, ditampilkan variasi gerakan yang berbeda. Saat pertunjukan, suara genderang dan simbal atau gong membimbing langkah dan gerakan.
Sebab musabab tari naga juga disebut tari lampu naga ialah tari naga dan lampu hias tidak dapat dipisahkan. Di beberapa daerah, di kepala naga terpasang sebuah lampu; di banyak daerah lain, di sekeliling naga beraksi, terdapat banyak lampu hias memeriahkan suasana. Kalau pada malam hari, selain lampu di sekelilingnya terang benderang, juga harus “melepas kembang”.
Yang dimaksud dengan “melepas kembang” ialah membakar kembang api dalam pipa bambu atau besi dari segala arah ditujukan kepada naga yang sedang beraksi. Penari naga mengelak tembakan kembang api dari segala arah dengan gerakan cekatan, misalnya meliuk atau melingkar, sekaligus memamerkan ketrampilannya yang tinggi. Jika gerakan sang penari tidak singkron atau ketrampilannya kurang, atau timingnya kurang tepat, akibatnya kulit naga akan terbakar berbolong-bolong, akhirnya tinggal kerangkanya yang tersisa.
Sementara itu, penarinya masih bersemangat beraksi, karena dianggap sebagai pahlawan oleh penonton. Oleh karena itu, di beberapa daerah disebut naga api atau membakar lampu naga.
Membakar lampu naga yang paling seru dan mendebarkan ialah “melepas
besi cair”, yaitu besi dilumerkan, seseorang menyendok sedikit, lalu
dituangkan dari atas, di bawah ada yang menepuknya dengan papan,
sehingga tetesan besi cair merah itu menjadi kabut besi merah yang
panas, seperti wanita langit menyebar bunga, turun dari atas.
Jika ada beberapa orang menyebarkan kabut besi merah panas dari arah yang berbeda dan ditujukan kepada naga yang sedang beraksi, maka naga itu akan diselubungi lautan api, sangat seru, mendebarkan penonton. Namun penari naga yang meyakini ketrampilannya sediri, malah tanpa baju atas, memainkan naganya dengan bugil dada, menunjukkan semangat kepahlawanannya. Salam kebajikan (Sumber)
Jika ada beberapa orang menyebarkan kabut besi merah panas dari arah yang berbeda dan ditujukan kepada naga yang sedang beraksi, maka naga itu akan diselubungi lautan api, sangat seru, mendebarkan penonton. Namun penari naga yang meyakini ketrampilannya sediri, malah tanpa baju atas, memainkan naganya dengan bugil dada, menunjukkan semangat kepahlawanannya. Salam kebajikan (Sumber)
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini; Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar