KEBAJIKAN ( De 德 ) - Darimanakah kekayaan seseorang itu berasal? Menanggapi pertanyaan seperti ini, tentu banyak di antara kita yang akan menjawab, tentu saja mengandalkan kecerdasan dan kerja keras. Faktanya, di tengah realita, tidak sedikit orang yang telah berusaha keras namun tidak membuahkan hasil, sehingga mau tidak mau harus diberi label gagal.
Dilansir dari efochtimes, Di Taipei ada seorang kontraktor, yang cukup dikenal di kalangan konstruksi sejak masa muda dengan kepintarannya. Pengusaha ini sangat berbakat dalam bisnis, serta sangat menguasai pekerjaannya. Baik kecerdasan, kegigihan, maupun perencanaannya, tidak kalah dengan orang lain. Namun setelah sekian tahun berjuang, ia harus mengalami kebangkrutan.
Suatu hari, di tengah keputusasaan, ia membeli koran dan membolak balik halaman koran itu tanpa tujuan yang jelas, sebuah kalimat di koran membuatnya memutuskan untuk kembali ke ajang bisnis dengan hanya bermodalkan 10.000 dollar Taiwan (Rp 4 juta).
Hal yang tak disangka pun terjadi silih berganti, usahanya maju pesat, mulai dari toko peracangan hingga pabrik semen, mulai dari kepala mandor sampai kontraktor, sepanjang perjalanan usahanya terus berkembang, rekan seprofesi terus berebut bekerja sama dengannya. Kekayaannya bergulir seperti bola salju yang kian membesar menjadi puluhan miliar hanya dalam beberapa tahun saja, prestasi kerja yang cemerlang menjadikannya legenda bisnis yang membuat kagum banyak orang. Saat ada reporter bertanya akan rahasia suksesnya, ia hanya menjawab, “Hanya mengambil 60%.”
Dari modal 10.000 dollar Taiwan menjadi kekayaan 10 miliar dollar Taiwan (4 triliun rupiah), kesenjangan perbedaan dari kedua angka ini, jika bukan karena kiat manajemen yang baik, tidak akan mungkin bisa membuka jalan mencapai perbedaan yang begitu mencolok. Bagaimana pengusaha konstruksi ini melakukannya? Seluruh rahasianya terdapat pada kliping koran yang disimpannya itu, yakni pemberitaan mengenai Richard Li, putra dari taipan Hongkong, Li Ka-Shing.
Di koran itu ia membaca, wartawan bertanya pada Richard Li, bagaimana ayahnya Li Ka-Shing mengajarnya berbisnis. Richard menjawab, ayahnya tidak pernah mengajarkannya rahasia atau kiat mencari uang, hanya mengajarkan kepadanya prinsip untuk menjadi seorang manusia yang benar. Sang ayah Li Ka-Shing selalu mengingatkan dirinya, saat bekerjasama dengan orang lain, seandainya kau bisa mengambil keuntungan 70%, ataupun 80%, maka sebaiknya kita keluarga Li cukup mengambil 60% saja.
Artikel inilah yang telah menyadarkan pengusaha konstruksi ini, penyebab kegagalannya adalah karena kecerdikannya sendiri, yang selalu berusaha mencari cara untuk mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dari pihak lain, dan mengira banyak keuntungan yang telah berhasil diraih, pada akhirnya keuntungan jangka pendek yang diraih telah menyebabkan kekalahannya di masa mendatang.
Sejak saat itu ia memahami suatu prinsip, “Tingkat tertinggi menjadi seorang manusia adalah kemurahan hati, jadi tingkat tertinggi dari suatu kecerdasan juga kemurahan hati”. Bersedia merelakan orang lain lebih dulu mendapatkan keuntungan, akan membuat semakin banyak orang bersedia bekerjasama dengan Anda, karena bekerja-sama dengan Anda bisa mendapatkan keuntungan lebih banyak.
Ini adalah suatu contoh yang sangat realistis, yang membuktikan bahwa aset puluhan miliar itu bersumber dari prinsip hanya menerima 60% yang diyakininya dengan teguh. Ini bisa menjawab pertanyaan paling awal, darimanakah kekayaan itu berasal? Kekayaan terus menerus timbul dari kemurahan hati yang selalu diyakininya.
Kelihaian dengan ketulusan, dua kata yang dahulu oleh masyarakat dianggap tidak mungkin berdampingan, ternyata di dalam ajang bisnis riil, juga dapat menjadi mitra paling serasi yang dapat saling mengisi satu sama lain.
Seberapa besar dan seberapa dalam akar kekayaan seseorang dapat diraih, sepenuhnya tergantung pada prinsip yang dijalankan oleh seseorang. Contoh konkrit dalam berbisnis sebelum dan sesudah kebangkrutan kontraktor di Taipei ini, memberitahu kita, akar dari kekayaan triliunan rupiah itu bersumber dari kemurahan hati untuk hanya mengambil 60% saja. Salam kebajikan
Tidak ada komentar:
Write komentar