KEBAJIKAN ( De 德 ) - Ada banyak orang demi menjaga image di tempat publik menahan gejala-gejala: menguap, kencing atau kentut. Realitanya, gejala tersebut merupakan respon fisiologis dari tubuh manusia dan dalam jangka panjang “jurus” menahan ini dapat berdampak merugikan kesehatan, yang lebih serius lagi dapat menyebabkan kanker, seperti dilansir dari efochtimes.
Apa saja 4 jenis perilaku tidak boleh menahan itu?
1. Menahan Menguap: Peningkatan karbon dioksida dalam darah
Menguap adalah reaksi normal dari sistem pertahanan tubuh, melalui menguap, tubuh dapat membuat kandungan oksigen dalam darah meningkat, dengan demikian dapat lebih baik mengeluarkan karbon dioksida (CO2) dalam tubuh, setelah menguap orang akan lebih segar dan bersemangat. Gerakan menguap juga membantu meningkatkan aktivitas-aktivitas: pernafasan, otot pada tubuh, kepala dan dada.
Ketika sistem saraf manusia menghabiskan lebih banyak energi, maka akan menghasilkan banyak CO2. Ketika CO2 tersebut di dalam darah lebih tinggi dari tingkat normal, tubuh secara otomatis akan merangsang pusat pernafasan dan menyebabkan menguap.
Setelah bangun pagi terkadang dapat menguap secara beruntun, itu dapat mendorong berbagai area fungsional dari korteks serebral di otak dari kondisi terhambat menjadi tereksitasi, sehingga lapisan korteks serebral mulai memasuki kerja normal.
Jika memaksa menahan kuap, hal ini kemungkinan dapat merugikan tubuh. Karena pada saat itu tubuh menghasilkan sejumlah besar CO2, pernafasan tenang dan datar tidak dapat melepaskan CO2 dengan segera, jika kita berniat menekan kantuk, hal itu akan menyebabkan akumulasi berlebihan CO2 yang menyebabkan dada sesak dan berbagai organ tubuh semakin lelah, sehingga tubuh tidak responsif.
2. Menahan kentut: Waspadai peradangan usus
Seperti kata pepatah: “Gas dari makanan (karbohidrat), dikeluarkan dari atas berupa sendawa (bahasa Jawa: gelegekan), dikeluarkan dari bawah berupa kentut”. Kentut muncul karena makanan yang kita makan, bagian yang tidak terurai ini - serat dan karbohidrat - akan menjadi makanan bakteri coliform yang setelah kenyang akan membuang gas, gas ini terakumulasi dalam tubuh dan menimbulkan lonjakan tekanan gas. Ketika tekanan terlalu besar, maka itu akan terekskresi keluar dari tubuh yang berupa kentut.
Kuantitas kentut berhubungan dengan pola makan. Ada orang suka makan bawang bombay, jahe, bawang putih, umbi-umbian, jajanan manis, kacang-kacangan dan pasta, makanan seperti ini mengandung banyak substrat hidrogen, karbon dioksida, hidrogen sulfida dan gas lainnya, itu sebabnya setelah makan, gas buang tersebut cenderung bertambah banyak dan terus-terusan kentut.
Jumlah kentut juga terkait dengan kekuatan /lemahnya fungsi pencernaan manusia. Ketika terjadi gangguan pencernaan, fermentasi bakteri usus berjalan cepat, maka mudah untuk menghasilkan gas yang terekskresi melalui kentut. Ada ilmuwan menemukan bahwa setiap orang kentut sekitar 14 kali sehari. Setiap hari, setiap orang melepaskan gas buang sekitar 500 ml (½ liter).
Kentut adalah kebutuhan fisiologis yang normal, yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Sesorang sepanjang hari tidak kentut, kemungkinan besar ada masalah pencernaan. Dan orang yang sering menahan kentut, motilitas (pergerakan) normal usus jika ditekan mungkin dapat menyebabkan gangguan motilitas usus, dan barangkali dapat menyebabkan berbagai penyakit pencernaan. Ketika motilitas usus benar-benar dihambat, akan terjadi obstruksi usus, selain dapat menyebabkan kembung juga bisa sakit perut, muntah dan manifestasi berat lainnya, perlu berobat ke rumah sakit.
3. Menahan kencing: Waspadai uremia
Menahan kencing nampaknya hal yang kecil, tetapi ternyata banyak bahayanya. Urin disimpan dalam kandung kemih terlalu lama kemungkinan akan menyebabkan bakteri berkembangbiak, mudah menyebabkan sistitis (radang kandung kemih), uretritis (radang saluran kencing) dan sekaligus dapat meningkat menghasilkan risiko terkena kencing batu. Dalam jangka lama menahan kencing juga dapat menyebabkan cairan urin membalik sehingga terkena pielonefritis, kasus yang parah dapat memengaruhi fungsi ginjal; setelah menahan urin juga dapat terjadi kencingnya mampat, atau menyebabkan penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular.
Menurut laporan penelitian, bagi orang yang suka berkebiasaan menahan kencing, kemungkinan terjangkit kanker kandung kemih lebih besar daripada rata-rata orang.
4. Menahan BAB (buang air besar): Waspadai kanker usus besar
Feses (tinja) merupakan ampas yang tidak dapat dicerna dan diserap, limbah ini tidak kondusif bagi tubuh, begitu tertinggal di dalam tubuh, cairannya akan terserap kering dan menyebabkan gejala tinja kering. Mereka yang sering menahan BAB, akan muncul dubur merekah (fisura anal), juga lantaran fisura anal, akan mengalami sakit sewaktu BAB, sehingga tidak berani buang air besar, dari waktu ke waktu akan berkembang menjadi sembelit. Ketika anal berulang kali mengalami perdarahan akan menyebabkan anemia hemoragik (kekurangan darah akibat pendarahan). Selain itu sembelit juga dapat menyebabkan segmen usus bagian bawah membengkak.
Disamping itu, jika tinja dalam waktu terlalu lama mengendon dalam saluran usus, itu akan meningkatkan reabsorpsi racun yang dapat menyebabkan kanker usus besar. Dari pengalaman klinis, pasien penderita kanker usus kebanyakan memiliki sejarah sembelit. Salam kebajikan
Tidak ada komentar:
Write komentar