KEBAJIKAN ( De 德 ) - .Menurut kepercayaan orang Tionghoa, Naga melambangkan kebahagiaan dan keberuntungan, sehingga dalam setiap perayaan terutama perayaan Imlek, banyak kita jumpai pertunjukan Tarian naga.
Pertunjukan Tari Naga (wǔ lóng / 舞龍) sendiri memiliki kisah yang berkaitan dengan Yu Huang Da Di. Pada suatu ketika, suatu wilayah di Tiongkok mengalami kekeringan yang berkepanjangan. Para petani menderita gagal panen dan persediaan makanan rakyat semakin menipis.
Pemimpin wilayah tersebut merupakan seseorang yang berbudi dan dicintai rakyatnya. Suatu hari seorang petani menemukan seekor ular raksasa di sawahnya kemudian menunjukkan kepada sang pemimpin. Ia kemudian membawa pulang ular tersebut dalam kurungan dengan maksud memeliharanya. Anehnya ular tersebut tidak mau makan tikus yang diberikan kepadanya sebagai makanan, melainkan malah mengonsumsi sayur-sayuran.
Suatu malam sang pemimpin bermimpi bertemu seekor naga. Naga tersebut mengatakan bahwa dirinya adalah ular raksasa yang dipelihara di rumahnya. Ia melakukan suatu kesalahan sehingga dihukum Kaisar Langit menjadi seekor ular. Naga tersebut mengatakan kepadanya bahwa Langit menghukum wilayah tersebut karena rakyatnya mempersembahkan daging kepada para Dewa.
Sang pemimpin lalu mengumpulkan dan mengajak seluruh rakyatnya untuk mengadakan ritual persembahan untuk memohon pengampunan kepada Kaisar Langit dan tidak pernah mempersembahkan produk daging lagi kepada mereka, atau sang naga akan kembali memperoleh hukuman.
Pada hari perayaan tersebut berlangsung, hujan mulai turun dari langit dengan deras. Rakyat bersuka cita. Namun ada seorang penduduk yang mempersembahkan produk daging di rumahnya, karena selama ini mereka selalu mempersembahkan tiga produk daging (hewan udara diwakilkan ayam, hewan darat diwakilkan babi, dan hewan laut diwakilkan ikan) kepada para Dewata.
Hujan yang semula berupa air biasa tiba-tiba berubah berwarna merah dan potongan tubuh naga berjatuhan dari langit. Sang pemimpin segera menyadari bahwa ada di antara rakyatnya yang mempersembahkan produk daging dalam ritual tersebut. Untuk menunjukkan penyesalannya, semenjak saat itu masyarakat mengadakan pertunjukan Liang Liong untuk menyambut hari Tahun Baru Imlek.
Tari Naga (wǔ lóng / 舞龍) ini berasal dari zaman Dinasti Han (tahun 180-230 SM) dan dimulai oleh orang-orang Tionghoa yang memiliki kepercayaan dan rasa hormat yang besar terhadap naga.
Dipercaya bahwa pada mulanya tarian ini adalah bagian dari kebudayaan pertanian dan masa panen, disamping juga sebagai salah satu metode untuk menyembuhkan dan menghindari penyakit.
Tarian ini sudah menjadi acara populer di zaman Dinasti Sung (960-1279 M) dimana acara ini telah menjadi sebuah kebudayaan rakyat seperti barongsai, yang sering tampil di perayaan-perayaan yang meriah.
Sejak semula naga-nagaan dalam Tari Naga ini dibuat dengan menggabungkan gambaran-gambaran dari berbagai hewan yang lumrah ditemui. Kemudian naga kaum Tionghoa ini berkembang menjadi sebuah makhluk dunia dongeng yang dipuja dalam kebudayaan Tionghoa.
Bentuk fisiknya merupakan gabungan dari bagian fisik berbagai hewan, diantaranya tanduk dari rusa jantan, telinga dari banteng, mata dari kelinci, cakar dari harimau dan sisik dari ikan semuanya melengkapi tubuhnya yang mirip dengan tubuh ular raksasa.
Dengan ciri-ciri ini, naga dipercaya sebagai makhluk amfibi dengan kemampuan untuk bergerak di tanah, terbang di udara dan berenang di laut yang memberikan mereka peranan sebagai penguasa langit dan hujan.
Para kaisar di Tiongkok kuno menganggap diri mereka sendiri sebagai naga. Oleh karenanya naga dijadikan sebagai lambang dari kekuasaan kekaisaran. Ia melambangkan kekuatan magis, kebaikan, kesuburan, kewaspadaan dan harga diri.
Tari Naga saat ini adalah sebuah karya penting dalam kebudayaan dan tradisi Tionghoa. Tarian ini telah tersebar di seluruh Tiongkok dan dunia. Karya ini menjadi sebuah pertunjukan seni khusus Tionghoa, yang melambangkan kedatangan keberuntungan dan kemakmuran dalam tahun yang akan datang bagi semua manusia di bumi.
Berdasarkan catatan sejarah, berlatih seni ilmu bela diri Tiongkok sangatlah populer dalam periode Chun Chiu. Di waktu-waktu kosong, Tari Naga ini juga diajarkan kepada para pelajar ilmu bela diri untuk menambah semangat.
Di zaman Dinasti Ching, kelompok Tari Naga dari propinsi Foochow pernah diundang untuk tampil di istana kaisar di Beijing. Kaisar Ching memuji dan kagum akan keterampilan mereka, sehingga langsung memberikan ketenaran yang luar biasa bagi kelompok Tari Naga ini. Salam kebajikan
Pemimpin wilayah tersebut merupakan seseorang yang berbudi dan dicintai rakyatnya. Suatu hari seorang petani menemukan seekor ular raksasa di sawahnya kemudian menunjukkan kepada sang pemimpin. Ia kemudian membawa pulang ular tersebut dalam kurungan dengan maksud memeliharanya. Anehnya ular tersebut tidak mau makan tikus yang diberikan kepadanya sebagai makanan, melainkan malah mengonsumsi sayur-sayuran.
Suatu malam sang pemimpin bermimpi bertemu seekor naga. Naga tersebut mengatakan bahwa dirinya adalah ular raksasa yang dipelihara di rumahnya. Ia melakukan suatu kesalahan sehingga dihukum Kaisar Langit menjadi seekor ular. Naga tersebut mengatakan kepadanya bahwa Langit menghukum wilayah tersebut karena rakyatnya mempersembahkan daging kepada para Dewa.
Sang pemimpin lalu mengumpulkan dan mengajak seluruh rakyatnya untuk mengadakan ritual persembahan untuk memohon pengampunan kepada Kaisar Langit dan tidak pernah mempersembahkan produk daging lagi kepada mereka, atau sang naga akan kembali memperoleh hukuman.
Pada hari perayaan tersebut berlangsung, hujan mulai turun dari langit dengan deras. Rakyat bersuka cita. Namun ada seorang penduduk yang mempersembahkan produk daging di rumahnya, karena selama ini mereka selalu mempersembahkan tiga produk daging (hewan udara diwakilkan ayam, hewan darat diwakilkan babi, dan hewan laut diwakilkan ikan) kepada para Dewata.
Hujan yang semula berupa air biasa tiba-tiba berubah berwarna merah dan potongan tubuh naga berjatuhan dari langit. Sang pemimpin segera menyadari bahwa ada di antara rakyatnya yang mempersembahkan produk daging dalam ritual tersebut. Untuk menunjukkan penyesalannya, semenjak saat itu masyarakat mengadakan pertunjukan Liang Liong untuk menyambut hari Tahun Baru Imlek.
Tari Naga (wǔ lóng / 舞龍) ini berasal dari zaman Dinasti Han (tahun 180-230 SM) dan dimulai oleh orang-orang Tionghoa yang memiliki kepercayaan dan rasa hormat yang besar terhadap naga.
Dipercaya bahwa pada mulanya tarian ini adalah bagian dari kebudayaan pertanian dan masa panen, disamping juga sebagai salah satu metode untuk menyembuhkan dan menghindari penyakit.
Tarian ini sudah menjadi acara populer di zaman Dinasti Sung (960-1279 M) dimana acara ini telah menjadi sebuah kebudayaan rakyat seperti barongsai, yang sering tampil di perayaan-perayaan yang meriah.
Sejak semula naga-nagaan dalam Tari Naga ini dibuat dengan menggabungkan gambaran-gambaran dari berbagai hewan yang lumrah ditemui. Kemudian naga kaum Tionghoa ini berkembang menjadi sebuah makhluk dunia dongeng yang dipuja dalam kebudayaan Tionghoa.
Bentuk fisiknya merupakan gabungan dari bagian fisik berbagai hewan, diantaranya tanduk dari rusa jantan, telinga dari banteng, mata dari kelinci, cakar dari harimau dan sisik dari ikan semuanya melengkapi tubuhnya yang mirip dengan tubuh ular raksasa.
Dengan ciri-ciri ini, naga dipercaya sebagai makhluk amfibi dengan kemampuan untuk bergerak di tanah, terbang di udara dan berenang di laut yang memberikan mereka peranan sebagai penguasa langit dan hujan.
Para kaisar di Tiongkok kuno menganggap diri mereka sendiri sebagai naga. Oleh karenanya naga dijadikan sebagai lambang dari kekuasaan kekaisaran. Ia melambangkan kekuatan magis, kebaikan, kesuburan, kewaspadaan dan harga diri.
Tari Naga saat ini adalah sebuah karya penting dalam kebudayaan dan tradisi Tionghoa. Tarian ini telah tersebar di seluruh Tiongkok dan dunia. Karya ini menjadi sebuah pertunjukan seni khusus Tionghoa, yang melambangkan kedatangan keberuntungan dan kemakmuran dalam tahun yang akan datang bagi semua manusia di bumi.
Berdasarkan catatan sejarah, berlatih seni ilmu bela diri Tiongkok sangatlah populer dalam periode Chun Chiu. Di waktu-waktu kosong, Tari Naga ini juga diajarkan kepada para pelajar ilmu bela diri untuk menambah semangat.
Di zaman Dinasti Ching, kelompok Tari Naga dari propinsi Foochow pernah diundang untuk tampil di istana kaisar di Beijing. Kaisar Ching memuji dan kagum akan keterampilan mereka, sehingga langsung memberikan ketenaran yang luar biasa bagi kelompok Tari Naga ini. Salam kebajikan
Tidak ada komentar:
Write komentar