|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Selasa, 17 Februari 2015

Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Sosial Anak?

 


KEBAJIKAN (De 德) -  Jangan anggap remeh bayi mungil yang terbaring dalam balutan kain lampin, ternyata mereka juga tahu bagaimana bersosialisasi. Menurut psikolog, ketika mendengar bayi lain menangis, bayi Anda di rumah acapkali juga ikut menangis. Sebenarnya, itu adalah aktivitas sosial pertama mereka. Ketika mendengar tangisan sedih seseorang, mereka akan merasa sedih, dan akan ikut menangis.

Aktivitas sosial adalah keinginan alami seseorang dalam mengekspresikan perasaannya. Namun, hanya keinginan saja tidak cukup, anak-anak harus menguasai beberapa kemampuan dasar bersosialisasi, baru bisa membangun lingkaran teman-temannya sendiri, agar hidup lebih berwarna.

Berikut rekomendasi kepada para orangtua beberapa metode pelatihan kemampuan sosial yang efektif, sepe
rti dilansir dari efochtimes.

1. Latihan pertunjukkan teater

Psikolog Glenn Schellenberg mendapati : Setelah anak-anak menerima pelatihan pertunjukkan teater setengah tahun, ketrampilan sosial, kemampuan beradaptasi dan bahkan prestasi akademik mereka meningkat tajam.

Sejak tahun 1940-an abad lalu, telah ada pelajaran berupa pertunjukkan drama untuk “membangkitkan” kemampuan sosial anak-anak autis. Dalam teater itu, anak-anak belajar menggunakan bahasa tubuh yang tepat, ekspresi wajah tokoh yang dimanifestasikan, menafsirkan emosi, perasaan sang tokoh dalam pertunjukkan (drama), sehingga lama kelamaan dengan sendirinya mereka akan tahu bagaimana merespon dalam pergaulan sosial.

2. Mengidentifikasi dan menginterpretasikan emosi orang lain

Hambatan kontak sosial anak-anak, sebagian besar dikarenakan mereka salah menafsirkan emosi orang lain. Terkadang, mereka tidak mengerti sebuah arti inheren dari ekspresi tertentu. Sebagai contoh, mungkin ekspresi kekecewaan disalahartikan sebagai kemarahan, atau ekspresi tegang disalahartikan sebagai hal yang lucu.

“The Emotion Game” permainan tebak - tebakan dapat membantu anak-anak memahami arti dari ekspresi yang berbeda. Para orangtua dapat menuliskan kata-kata di atas kertas yang menggambarkan emosi, lalu berdasarkan urutan mempertunjukkan emosi yang direpresentatifkan melalui kata-kata dan ungkapan. Bisa dimulai dari yang paling mudah sampai tingkat yang sulit. Pertama-tama menggambar berbagai ekspresi wajah, supaya anak-anak memahami ; kemudian beralih ke kata-kata dan ungkapan ekspresi abstrak, biarkan anak-anak mempertunjukkannya ; atau menggunakan gambar yang sederhana, misalnya seseorang duduk sendirian di bangku, biarkan anak Anda menebak perasaan orang itu dan sebagainya.

3. Permainan bercerita seketika

Letakkan bersama gambar wajah dengan ekspresi yang berbeda, kemudian para pemain bersama-sama menentukan unsu-unsur apa saja yang harus muncul dalam cerita, seperti misalnya tertawa ceria, frustrasi, termenung dan sebagainya. Pemain pertama mengambil sesukanya sebuah gambar, lalu mulai bercerita, ia dapat memasukkan cerita ke segala arah, namun harus mengandung sebuah ekspresi seperti dalam gambar. Sementara lainnya, satu persatu melengkapi alur cerita menurut pemikiran pemain pertama, sampai selesai menceritakan semua cerita.

Ada banyak permainan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti misalnya membayar di loket kasir, makan di restoran, ikut pesta ulang tahun dan sebagainya. Orangtua dapat merancang berbagai skenario, agar anak-anak dapat lebih mudah menguasai situasi seperti itu. Orangtua bisa memainkan perannya, berlatih bersama anak tentang tata cara menyampaikan salam dan tata krama ; jika perlu, Anda juga dapat menulis sebuah naskah, membantu anak-anak mengurangi tekanan dalam aktivitas sesungguhnya.

Saat anak-anak masih relatif kecil, orangtua perlu menghabiskan 1 jam waktunya untuk bermain bersama anak-anak, dan di tengah permainan itu, ajarkan ia memahami apa itu menunggu, bergiliran, berbagi dan bentuk etika dasar lainnya.

Mengajar anak-anak agar berhati-hati dan belajar untuk tidak melanggar ruang pribadi (privasi) orang lain ; Menjaga kontak mata saat latihan berbicara, memusatkan perhatian, jangan melamun ; belajar bisa mengawali dan mengakhiri pembicaraan secara santun ; jangan mengangkangi sendiri ruang diskusi. Ketahuilah, ngobrol itu bersifat dua arah, harus memungkinkan orang lain menyampaikan pandangannya.

Selain itu, lakukan pemantauan diri, agar perilaku Anda sesuai dengan situasi sekitar ; pertimbangkan baik-baik sebelum bicara, untuk menghindari komentar yang tidak pantas ; sabar adalah suatu kebajikan, biarkan orang lain menyelesaikan bicaranya, dan ucapkan terima kasih, harap tunggu.

4. Berikan dorongan pada saat yang tepat

 
Orangtua harus sering-sering mendorong semangat anak-anak, terutama ketika anak-anak mencoba untuk mengubah perilakunya, maka segera berikan pujian padanya, untuk meningkatkan kepercayaan diri dalam kontak sosial mereka. Salam kebajikan

Tidak ada komentar:
Write komentar