|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Senin, 02 Februari 2015

Hati-hati Buah yang Anda Konsumsi Mungkin Lebih Beracun daripada Arsenik

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) -  Buah kaya akan nutrisi dan dapat membantu pencernaan, adalah vitamin yang mutlak dibutuhkan kita dalam kehidupan sehari-hari. Namun, buah-buahan yang kita konsumsi sehari-hari itu, dimana dibawah berbagai bahan tambahan dan rendaman bahan kimia, ternyata mengandung banyak racun. Jelaslah bahwa, penelusuran sumber produk pangan merupakan mutlak diperlukan untuk memastikan keamanan makanan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat, seperti dilansir dari Secretchina.

1. Buah peach atau persik : Direndam dengan asam sitrat industri

Buah persik yang direndam dengan asam sitrat industri, warna buahnya merah segar menyala, tahan lama dan tidak mudah membusuk. Residu kimia ini dapat merusak sistem saraf, menyebabkan penyakit alergi, atau bahkan menyebabkan penyakit kanker. Persik renyah setengah matang, ditambah dengan tawas, pemanis, alkohol dan sebagainya, untuk membuatnya renyah dan manis. 

Bahan utama tawas adalah aluminium sulfat, jika dikonsumsi dalam jangka panjang dapat menyebabkan osteoarthritis, daya ingat menurun, demensia, penurunan elastisitas kulit dan keriput bertambah banyak dan masalah lainnya. Hakutou atau persik putih yang diasapi dengan belerang, akan menyisakan belerang dioksida.

Cara membedakan : Untuk mengidentifikasi kualitas persik, pertama-tama harus berdasarkan jenis buah, asal, waktu di angkut ke pasar, kemudian baru membedakanya secara konkret. Untuk membedakan apakah persik itu telah dicuci dengan “mandi kimia” terutama melalui warna. 

Umumnya warna persik yang matang itu berwarna kuning atau merah muda, sementara persik yang belum matang berwarna hijau muda. Namun, setelah direndam dengan asam sitrat industri, warna merahnya sangat tidak wajar, yaitu berwarna merah terang ; Persik biasa umumnya akan mulai membusuk dan berjamur dalam waktu 2 – 3 hari ke depan, sementara buah persik yang telah direndam, akan tampak sangat mengkilap meski sudah beberapa hari di simpan.

2. Buah Lengkeng (longan) : Disemprot dengan sulfur agar warnanya tampak cemerlang
 

Disemprot dengan asam sulfat atau direndam dengan larutan asam, untuk membuat warnanya cerah. Asam sulfat memiliki sifat korosif yang kuat, yang dapat melukai saluran pencernaan manusia. Selain itu juga mudah menyebabkan flu, diare dan batuk parah.

3. Buah Leci : Direndam dengan asam sulfat untuk mengubah warna

Direndam dalam larutan asam sulfat, atau disemprot dengan ethephon, agar warna leci menjadi merah cerah dan menarik, tapi mudah membusuk. Larutan asam ini agak keras, dapat menyebabkan kulit tangan terkelupas, mulut melepuh, bahkan dapat melukai lambung dan usus. Selain itu, penjual buah akan mengasapinya dengan belerang, sementara itu, sulfur dioksida dapat menyebabkan rangsangan hebat pada mata dan tenggorokan, menyebabkan orang menjadi pusing, sakit perut, diare. Sulfur dioksida juga akan menyebabkan kanker.

Cara membedakan : Konsumen bisa meraba, membauinya, menekan, melihatnya untuk membedakan leci yang alami dan leci semprot. Meraba : Saat memilih leci yang disemprot asam sulfat, tangan akan terasa panas, bahkan terasa seperti terbakar. 

Membaui : Leci yang matang secara alami akan tercium arom ringan dari buah leci itu sendiri, sementara leci yang “disemprot” bukan saja tidak beraroma, justru akan tercium bau asam, bahkan tercium bau kimia. 

Menekan : Leci yang disemprot dengan asam sedikit lebih berat daripada leci yang matang alami. 

Melihat : Karena masa simpan leci segar itu pendek, sehingga umumnya perlu disimpan di bawah suhu rendah, jika Anda melihat leci itu ditempatkan asal saja di dalam kotak, kemudian ditutupi dengan plastik di atasnya, maka bisa dipastikan kebanyakan buah itu bermasalah.

4. Buah Pisang : Pematangan dengan amonia

Pematangan dengan amonia atau sulfur dioksida, permukaan kulit pisang kenyal ini terlihat kuning menggoda, tapi, tekstur dagingnya keras, rasanya juga tidak manis. Sulfur dioksida dapat merusak sistem saraf dan memengaruhi fungsi hati maupun ginjal.

Cara membedakan : Pematangan pisang dengan etilen lebih umum ditemui, tetapi beberapa pedagang nakal menggunakan bahan kimia seperti sulfur dioksida dan formaldehida atau bahan kimia lain untuk mematangkan pisang, dan ini membutuhkan teknik identifikasi tertentu : 

Pertama, kulit permukaan pisang yang dimatangkan umumnya tidak akan ada “bintik-bintik” sebagai tanda pisang yang matang sepenuhnya, oleh karena itu, pisang yang “berbintik’ secara relatif lebih aman untuk dikonsumsi ; 

Kedua pisang yang dimatangkan dengan bahan kimia akan tercium bau kimia ; Selain itu, pisang yang matang alami itu merata, tidak hanya menguning di permukaan kulit, dibagian tengah juga terasa lunak ; Sementara pisang yang dimatangkan bagian tengahnya terasa keras.

5. Buah Pir : Menggunakan forchlorfenuron untuk mematangkan sebelum waktunya
 

Menggunakan forchlorfenuron (bahan kimia perangsang pertumbuhan) untuk mematangkan sebelum waktunya, kemudian menggunakan bubuk pemutih, pewarna (tartrazine) untuk mewarnai putihnya. Pir yang telah diolah melalui proses pengolahan rasanya hambar dan kandungan airnya sedikit, kadang disertai dengan bau busuk dan rasa yang aneh. Masa penyimpanan pir beracun ini singkat dan mudah membusuk.

Cara membedakan : Pir kualitas rendah bentuknya tidak serasi, banyak terdapat buah yang cacad, tidak bertangkai, ukuran buah tidak merata dan cenderung kecil, permukaan kasar dan tidak bersih, terasa tajam menusuk saat diraba, banyak bekas goresan, cacat berbintik atau bekas gigitan hama, karat air dan sebagainya menduduki 1/3 – ½ dari buah tersebut, daging buah kasar dan teksturnya buruk, sel batu besar dan banyak, sedikit kandungan air, rasanya hambar atau terlalu asam, bahkan ada yang terasa pahit atau sepet, pir yang benar-benar tidak berkualitas memancarkan bau busuk yang aneh.

6. Buah Semangka : Merangsang pertumbuhan dengan bahan kimia forchlorfenuron
 

Penggunaan forchlorfenuron untuk merangang pertumbuhan dan bahan kimia untuk proses pematangan yang berlebihan serta penggunaan pestisida yang sangat beracun pada buah semangka. Garis-garis pada kulit semangka seperti ini tidak merata, daging semangka tampak segar, bijinya putih dengan aroma buah yang tidak alami.

Cara membedakan : Pertama, dilihat dari permukaan semangka, bentuk semangka yang normal sejatinya berbentuk bulat atau oval, permukaannya rata dan halus, namun, setelah penggunaan hormon, dimana karena penyerapan hormon yang disemprot tidak merata, sehingga rentan membuat buah menjadi bengkok tidak merata. Misalnya kedua ujungnya tidak simetris, bagian tengahnya cekung berlekuk dan sebagainya, penyerbukan buatan pada semangka, kulitnya akan jauh lebih tipis daripada penggunaan forchlorfenuron.

7 Buah Anggur : Direndam dengan ethylene agar warna anggur menjadi ungu

Buah anggur hijau yang belum matang direndam ke dalam larutan encer etilena, satu dua hari kemudian anggur yang semula hijau itu pun menjadi anggur ungu. Namun, warna Anggur seperti ini tidak merata, sedikit kadar gula, begitu juga dengan kadar air tidak banyak dan rasanya hambar, anggur seperti ini dapat merugikan kesehatan jika dikonsumsi jangka panjang.

Cara membedakan : Konsumen dapat mengidentifikasi dari permukaan dan rasanya. Pertama-tama pahami dulu waktu pematangan normal varietas anggur, saat membeli anggur, jika setiap warna anggur itu tampak gelap dan bening, maka besar kemungkinan anggur itu dimatangkan dengan proses kimiawi. 

Sebaliknya, jika dalam seikat anggur itu, dapat memisahkan antara anggur matang dan mentah, itu berarti anggur ini alami tidak diproses secara kimiawi. Selain itu, lapisan kulit anggur yang matang alami terdapat selapisan serbuk putih yang tipis, langsung pudar begitu diseka. Dari sisi rasa, anggur yang dimatangkan paksa tidak manis, sebaliknya anggur yang matang alami itu rasanya lebih manis dan licin, warna pada bagian batang buah juga tampak lebih segar.

8 Buah Mangga : Menguningkan dengan kapur tohor atau kapur mentah
 

Mangga hijau dikuningkan dengan kapur tohor, agar permukaan kulitnya tampak kuning berkilau, tetapi saat dimakan tidak ada rasa mangga, hal ini dikarenakan penggunaan bahan pengawet yang berlebihan.

Cara membedakan : Pertama, pilih tampuk buah yang cekung berlekuk, tampuk buah yang tampak mencuat, padat dan bulat licin di sekelilingnya ; Kedua, karena di dalam mangga, terutama dalam kulit mangga mengandung alergen, dianjurkan bagi mereka yang alergi untuk tidak mengonsumsinya, atau konsumsi dalam jumlah kecil setelah dipotong-potong kecil. 

Di samping itu, jus mangga memiliki efek perangsang tertentu pada kulit, oleh karena itu, sebaiknya daging mangga dipotong kecil-kecil, dan langsung disantap, seusai makan mangga, sebaiknya berkumur, cuci muka, untuk menghindari sisa cairan buah. Karena jika terdapat sisa kapur tohor atau kalsium hidroksida pada mangga yang dikonsumsi, zat itu akan memancarkan panas pada tubuh, yang rentan menyebabkan luka bakar, dianjurkan sebaiknya konsumen berhati-hati.

9. Stroberi hormon

Demi memetik keuntungan besar, beberapa petani berulang kali menggunakan forchlorfenuron secara serampangan dalam proses penanaman. Komponen utama dari forchlorfenuron terutama untuk merangsang pembelahan sel, melalui percepatan pembelahan sel dan memperbesar buah dengan tujuan untuk meningkatkan volume produksi, sehingga membuat stroberi ada yang tampak besar, warna yang menarik, dan bahkan ada stroberi yang berbentuk aneh. 

Frchlorfenuron tergolong dalam kategori pestisida, penggunaan yang berlebihan dapat memengaruhi kualitas buah, jika konsumen mengonsumsi stroberi dengan menyerap sejumlah besar sisa kadar forchlorfenuron, akan berdampak buruk terhadap kesehatan. Terutama bagi penderita penyakit ginjal, sebaiknya jangan konsumsi berlebihan.

Cara membedakan : Pertama, melihat varietas. Stroberi yang berukuran besar sebagian besar berbentuk kerucut, namun, sebaiknya berhati-hati jika bentuknya terlalu ganjil. Kedua, stroberi hormon warnanya tidak merata, buram tidak berkilau, perbedaan warnanya di bagian tangkai buah tampak jelas. Selain itu, butiran di permukaan kulit stroberi yang normal berwarna kuning keemasan. Jika butirannya saja berwarna merah menyala, maka sebaiknya berhati-hati. 

Sekali lagi, stroberi yang normal dagingnya berwarna merah segar, jarang berongga. Stroberi hormon bisa patah dengan mudah, warna daging putih, banyak rongga. Terakhir, stroberi normal rasanya manis dan merata. Stroberi hormon rasanya hambar dan tidak harum.

10 .Jeruk (Mandarin) yang dicelup dengan warna


Jeruk yang dipajang dan dijual di pasar warnanya sangat cerah, membuat orang-orang yang melihatnya tak tahan ingin mencicipinya. Bila Anda melihat jeruk seperti ini, sebaiknya Anda berhati-hati, karena besar kemungkinan jeruk itu telah dicelupi dengan pewarna. 

Sekadar diketahui, agar warna jeruk tampak lebih indah menggoda dan laris manis, sejumlah pedagang atau pengecer menyuntikan zat warna ke dalam kulit jeruk, kemudian menyuntikkan sejumlah paraffin ke kulitnya, agar jeruk terlihat segar, tapi, jeruk seperti ini akan memudar. 

Bahkan ada pedagang yang mencuci bersih jeruk berjamur, kemudian dikeringkan, lalu menggunakan lilin parafin untuk mewarnai jeruk. Sehingga dengan demikian, jeruk yang semula berjamur dan kusam itu dalam sekejab menjadi jeruk yang cerah cemerlang.

Cara membedakan : Pertama, jeruk yang dicelup pewarna, permukaannya terlihat sangat cemerlang, namun, jika diperhatikan secara seksama, dapat ditemukan pori kulit dipermukaannya terdapat bintik-bintik merah, beberapa di antaranya bahkan terdapat sisa zat warna di permukaannya. Kedua, bila diseka dengan lap basah pada permukaan jeruk, jika lap basah itu berubah merah, artinya jeruk itu telah dicelup dengan pewarna. Jeruk yang disuntik dengan zat warna, hanya akan terlihat kuningnya yang pucat setelah diseka dengan lap basah. 

Selain itu, jeruk yang disuntik dengan zat warna yang parah, jeruk itu akan berubah menjadi merah ; Terakhir, jeruk yang disuntik zat warna, permukaannya terasa lengket bila diraba, sedangkan jeruk alami atau tanpa suntikan zat warna, terasa lebih alami bila diraba. Salam kebajikan

Tidak ada komentar:
Write komentar