KEBAJIKAN ( De 德 ) - Demi agar anak-anaknya lebih menonjol, sang Ayah/Ibu kerap memeras otak memilih pola pendidikan yang bermanfaat bagi mereka. Tapi terkadang justru kurang efektif, karena lebih banyak menghabiskan waktu daripada hasil yang dipetik.
Sebagian besar dalam keluarga, sang ibu berperan penting membantu anak-anak memecahkan kesulitan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, namun, yang dibutuhkan anak-anak bukan dengan menyamakannya, sebagai ibu, harus mempertimbangkan apa sebenarnya yang dibutuhkan anak-anak, seperti dilansir dari Secretchina.
Sebenarnya, jika ingin anak Anda menjadi sosok yang menonjol, maka pola pendidikan berikut ini mutlak diperlukan.
1. Membina rasa peduli mereka
Para ibu perlu menjelaskan kepada anak-anak, bahwa bersikap dan memperlakukan orang lain dengan ramah dan santun itu sama pentingnya dengan keunggulan dalam bidang akademis.
Anak-anak yang mendapatkan bimbingan dalam hal emosional, kecerdasan emosionalnya kerap lebih menonjol, ia memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam mengkoordinir dirinya dengan kebutuhan orang lain, dan orang-orang seperti ini cenderung lebih maju dalam kehidupannya.
Serangkaian survei yang dilakukan Bell Laboratories menunjukkan : Insinyur yang kaya dengan hasil karyanya itu acapkali karena EQ-nya (emotional quotient) yang lebih tinggi daripada IQ (intelligence quotient).
Sebagai Ibu, biasanya perlu membina kemampuan anak-anak dalam pergaulan. Seperti dalam contoh kasus, ketika bermain rekan satu tim terluka, ibu meminta si anak untuk menelepon menanyakan bagaimana keadaan anak itu. Telepon ini menyiratkan awal dari sebuah persahabatan yang erat. Persahabatan itu berawal dari rasa kepedulian/keprihatinan Anda terhadap orang lain, bukan ingin orang lain menyatakan keprihatina terhadap Anda.
2. Berikan pujian dan dorongan semangat
Kita semua tahu bahwa pujian dapat membuat orang menciptakan keajaiban , sebaliknya kritik yang berlebihan akan menyebabkan anak-anak menyalahkan dirinya sendiri, sehingga demi meraih keberhasilan akan memicu mereka melakukan hal-hal yang berisiko.
Memuji seseorang itu ada cara yang tepat dan salah. Kebanyakan orangtua bisa secara rinci ketika mengkritik anak-anak, namun, ucapannya asal saja ketika memberikan pujian----“Kamu seorang anak yang hebat,” penilaian ini akan membuat keceriaan sesaat itu tiba-tiba sirna. Karena itu, jika memberikan pujian, sebaiknya agak konkret.
Setiap orang memiliki “bakat”, dan bakat ini akan mendapatkan efek yang tak terduga begitu mendapatkan pujian. Sebagai seorang ibu, Anda mungkin lebih mengerti dari siapapun tentang apa yang lebih penting bagi anak-anak Anda-----mungkin adalah musik, olahraga atau pelajaran tertentu, jika Anda tidak mengerti, tidak ada salahnya coba Anda tanyakan.
3. Berbicara tentang hal yang “terlarang”
Kita hidup di dunia yang dipenuhi dengan marabahaya. Di dunia ini, yang terkontak di mata anak-anak adalah obat-obatan (narkoba), alkohol dan seks bebas. Sejumlah ibu khawatir membicarakan tentang perbuatan tabu justru mendorong mereka untuk melakukannya. Tapi fakta yang terjadi justru sebaliknya, hasil survei ditemukan : anak-anak yang pernah membicarakan hal terkait dengan orangtua secara terbuka lebih tidak gampang melibatkan diri dalam penyalahgunaan narkoba dan alkohol.
Para ibu bisa secara teknik membicarakan topik sensitif ini dengan anak-anak. Pertama, Anda harus mengetahui gejala-gejala ini, kemudian tanyakan pada anak-anak tentang apa yang diketahuinya. Anak-anak yang berusia sekitar 6 – 7 tahun mungkin mendengar hal-hal ini di tempat bermain atau mengetahuinya dari TV. Katakan pada anak-anak bahwa hal yang akan Anda bicarakan dengan mereka itu adalah supaya mereka tahu akan bahayanya, bukan tidak percaya pada mereka, supaya mereka tahu Anda bersedia untuk menjawab pertanyaan apa pun atau berdiskusi tentang masalah mereka.
4. Melonggarkan garis batas secara wajar
Anak-anak membutuhkan cinta dan kasih sayang tanpa syarat. Cinta maupun kasih sayang tanpa syarat ini tidak berarti Anda tidak perlu menetapkan batas-batas apa pun. Menetapkan garis pembatas adalah untuk menunjukkan kepada anak-anak bahwa mereka itu sangat penting bagi Anda. Ketika seorang anak melanggar garis batas, jelaskan pada mereka bahwa Anda merasa kecewa terhadap tindakan mereka bukan kecewa terhadap diri mereka sendiri.
Seiring dengan pertumbuhan anak-anak, maka garis batas baginya tentu juga harus diperlonggar. Terutama anak laki-laki, mereka ingin mempertahankan jarak tertentu dengan ibu. Psikolog Evan Besouw mengatakan :” Ketika untuk pertama kalinya anak laki-laki menyentuh mainan mobil-mobilan, maka yang terlintas dalam benaknya adalah raungan gemuruh mobil, ini adalah bawaannya sejak lahir, mereka ingin menempuh risiko dan menunjukkan kekuatan laki-laki jantan yang pernah mereka jumpai. Seiring dengan pertumbuhannya, maka garis batas bagi mereka sejatinya juga agak diperlonggar.”
5. Menunjukkan arah
Anak-anak membutuhkan sebuah pedoman moral. Hal ini menyiratkan bahwa dalam hal-hal penting tidak hanya menanamkan pandangan pada anak-anak tentang benar dan salah, tetapi juga menanamkan pandangan benar dan salah pada hal-hal sepele dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang ibu melihat anaknya yang berusia lima tahun menaiki sepeda temannya tanpa seijin yang punya. Dia pikir tidak ada yang salah memakai sepeda itu, karena temannya tidak akan keberatan. Tapi sang ibu bersikeras menyuruh anaknya agar mengembalikan sepeda itu : Menggunakan benda / barang milik orang lain tanpa seizin yang bersangkutan itu adalah tindakan yang salah.
Ketika seorang ibu menumbuhkan akan pentingnya rasa tanggungjawab, kejujuran dan loyalitas yang memadai pada anak-anak, maka mereka telah membangun sebuah sistem yang berharga, yang akan menjadi pusaka tak ternilai bagi anak-anak.
Panduan moral yang paling baik adalah sikap atau perilaku dari ibu sendiri, jika ibu menghindari tanggungjawab, mengabaikan hak orang lain atau mengingkari janjinya, maka anaknya akan kehilangan pemandu perilaku. Anda mungkin tidak ingin mendengar kata-kata seperti ini : “Tapi, ibu sendiri yang berbuat seperti ini.”
6. Bermain bersama anak-anak
Para ibu biasanya fokus pada hal-hal yang disebutnya penting----membaca situasi dan membimbing PR anak-anak. Namun, dalam masyarakat dengan irama kehidupan yang serba cepat ini, yang didambakan anak-anak bukan hanya itu semua, mereka lebih berharap mengisi waktu yang indah bersana ibu tercinta.
Dan itu tidak perlu menghabiskan banyak waktu, hanya perlu memiliki semacam sikap bermain, semacam kemauan mengubah waktu mengerjakan PR, baik itu berupa PR di sekolah atau di rumah dan menjadikanya semacam sikap permainan bersama anak-anak. Salam kebajikan
Tidak ada komentar:
Write komentar