KEBAJIKAN (De 德) - Perayaan Imlek 2566 pada tahun ini, jatuh pada Kamis, 19 Februari 2015. Menghadapi momen tahun baru, sebagian besar warga Tionghoa tentunya sudah mulai melakukan persiapan. Salah satu tradisi dalam perayaan Imlek, adalah tradisi melepas burung. Berdasarkan kisah yang ditulis dalam kitab Liezi menunjukkan bahwa tradisi membeli dan melepaskan binatang sudah dikenal kurang lebih 2300 tahun yang lampau di daratan Tiongkok dan dikitab tersebut menuliskan tentang tradisi fangsheng yang tertua dalam catatan sejarah Tiongkok dan kemungkinan bisa lebih dari 2300 tahun tradisi itu.
Dalam setiap pergantian tahun, sikap berharap perbaikan kehidupan pada tahun mendatang bisa dijumpai pada setiap menjelang perayaan Imlek. Warga Tionghoa akan introspeksi diri dengan sembahyang penutup tahun dan awal tahun sebagai perwujudan rasa syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan atas perlindungan dan berkatnya sepanjang tahun. Dalam sembahyang itu juga disampaikan rasa hormat kepada orang tua dan leluhur yang telah meninggal dunia, sebagai ungkapan terima kasih atas asuhannya, dan untuk memupuk rasa bakti.
Hal itu berkait upaya mengamalkan kebajikan yang diwujudkan dalam kata-kata dan perbuatan supaya menjadi manusia susilawan dan menjauhkan diri dari larangan yang membuat manusia jadi kerdil. Sebagai manusia susilawan, umat wajib bersungguh-sungguh memelihara firman, menjadi orang baru, dan memperbarui diri tiap saat.
Isyarat ini tampak dalam kitab Lee Ki bagian ”Gwat Ling”, yang berbunyi,” hari permulaan tahun jadikanlah sebagai hari agung untuk bersembahyang kehadirat Thian (Tuhan) karena Maha Besar kebajikan Thian. Dilihat tiada nampak, didengar tiada terdengar, namun tiap wujud tiada yang tanpa Dia. Demikianlah menjadikan umat manusia di dunia berkuasa, membersihkan hati, dan mengenakan pakaian lengkap, sujud bersembahyang kepada-Nya”.
Sehingga sembahyang pada Tahun Baru Imlek (Sin Cia) adalah momentum yang baik untuk memperbarui diri juga sebagai harapan untuk memulai kehidupan yang lebih baik di tahun yang baru, akan mengantarkan kita ke dalam keadaan yang lebih baik dan sejahtera.
Setelah melakukan sembahyang atau berdoa, biasanya sebagian warga Tionghoa juga melakukan ritual melepas burung yang biasanya dilakukan di depan kelenteng, untuk menyambut perayaan tahun baru Imlek, sekaligus memohon umur panjang juga sebagai simbol membuang pengaruh negatif dan segala kesialan pada diri atau melepas aura buruk dalam jiwa seseorang, agar dijauhkan dari segala hal-hal buruk atau kesialan seperti sakit dan bencana sepanjang tahun.
Yang pastinya, ritual melepaskan burung harus sebagai bentuk sikap welas asih, menebar kebaikan agar burung-burung itu bisa bebas hidup senang, hidup bahagia di alam bebas untuk menjalani kehidupan, guna mempertahankan keseimbangan terhadap alam, bukan karena ingin suatu pembalasan timbal balik. Jadi upacara fangsheng itu melandaskan sikap welas asih dan sikap welas asih itu harus disertai kebijaksanaan (zhihui / 智慧 ).
Selain perayaan Imlek, ritual ini biasa dilakukan ketika datang sembahyang ke kelenteng setiap tanggal 1 dan 15 menurut sistem penanggalan lunar Tionghoa.
Di balik sukacita perayaan Tahun Baru Imlek, semoga di tahun yang baru ini manusia diharapkan selalu memperbarui diri untuk menuju perbaikan sikap dan perilaku. Spirit ini kiranya bisa memberi sumbangan kepada bangsa dan negara untuk selalu memperbarui dan memperbaiki diri dari waktu ke waktu. Xin NIan Kuai Le, Gong Xi Fa Cai (Selamat Tahun Baru dan Semoga Sukses, Banyak Rezeki), Semoga kita semua mendapat berkah dan damai berlimpah dari Yang Maha Kuasa. Salam kebajikan
Dalam setiap pergantian tahun, sikap berharap perbaikan kehidupan pada tahun mendatang bisa dijumpai pada setiap menjelang perayaan Imlek. Warga Tionghoa akan introspeksi diri dengan sembahyang penutup tahun dan awal tahun sebagai perwujudan rasa syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan atas perlindungan dan berkatnya sepanjang tahun. Dalam sembahyang itu juga disampaikan rasa hormat kepada orang tua dan leluhur yang telah meninggal dunia, sebagai ungkapan terima kasih atas asuhannya, dan untuk memupuk rasa bakti.
Hal itu berkait upaya mengamalkan kebajikan yang diwujudkan dalam kata-kata dan perbuatan supaya menjadi manusia susilawan dan menjauhkan diri dari larangan yang membuat manusia jadi kerdil. Sebagai manusia susilawan, umat wajib bersungguh-sungguh memelihara firman, menjadi orang baru, dan memperbarui diri tiap saat.
Isyarat ini tampak dalam kitab Lee Ki bagian ”Gwat Ling”, yang berbunyi,” hari permulaan tahun jadikanlah sebagai hari agung untuk bersembahyang kehadirat Thian (Tuhan) karena Maha Besar kebajikan Thian. Dilihat tiada nampak, didengar tiada terdengar, namun tiap wujud tiada yang tanpa Dia. Demikianlah menjadikan umat manusia di dunia berkuasa, membersihkan hati, dan mengenakan pakaian lengkap, sujud bersembahyang kepada-Nya”.
Sehingga sembahyang pada Tahun Baru Imlek (Sin Cia) adalah momentum yang baik untuk memperbarui diri juga sebagai harapan untuk memulai kehidupan yang lebih baik di tahun yang baru, akan mengantarkan kita ke dalam keadaan yang lebih baik dan sejahtera.
Setelah melakukan sembahyang atau berdoa, biasanya sebagian warga Tionghoa juga melakukan ritual melepas burung yang biasanya dilakukan di depan kelenteng, untuk menyambut perayaan tahun baru Imlek, sekaligus memohon umur panjang juga sebagai simbol membuang pengaruh negatif dan segala kesialan pada diri atau melepas aura buruk dalam jiwa seseorang, agar dijauhkan dari segala hal-hal buruk atau kesialan seperti sakit dan bencana sepanjang tahun.
Yang pastinya, ritual melepaskan burung harus sebagai bentuk sikap welas asih, menebar kebaikan agar burung-burung itu bisa bebas hidup senang, hidup bahagia di alam bebas untuk menjalani kehidupan, guna mempertahankan keseimbangan terhadap alam, bukan karena ingin suatu pembalasan timbal balik. Jadi upacara fangsheng itu melandaskan sikap welas asih dan sikap welas asih itu harus disertai kebijaksanaan (zhihui / 智慧 ).
Selain perayaan Imlek, ritual ini biasa dilakukan ketika datang sembahyang ke kelenteng setiap tanggal 1 dan 15 menurut sistem penanggalan lunar Tionghoa.
Di balik sukacita perayaan Tahun Baru Imlek, semoga di tahun yang baru ini manusia diharapkan selalu memperbarui diri untuk menuju perbaikan sikap dan perilaku. Spirit ini kiranya bisa memberi sumbangan kepada bangsa dan negara untuk selalu memperbarui dan memperbaiki diri dari waktu ke waktu. Xin NIan Kuai Le, Gong Xi Fa Cai (Selamat Tahun Baru dan Semoga Sukses, Banyak Rezeki), Semoga kita semua mendapat berkah dan damai berlimpah dari Yang Maha Kuasa. Salam kebajikan
Tidak ada komentar:
Write komentar