KEBAJIKAN (De 德) - Dalam proses pertumbuhannya, anak-anak akan selalu menunjukkan beberapa perilaku yang tidak pantas. Jika orangtua bersangkutan membiarkannya, maka begitu kebiasaan buruk anak-anak itu terbentuk secara alami, nantinya akan menjadi belenggu perkembangan mereka.
Dikutip dari erabaru.net, Karena itu, ahli terkait menyarankan kepada para orangtua, jangan abaikan kebiasaan-kebiasaan buruk anak-anak ini. Ambil langkah-langkah pencegahan sesegera mungkin, dan temukan cara untuk menghentikan kebiasaan buruknya.
1. Interrupting (menyela pembicaraan orang lain)
Anak Anda mungkin sudah tidak sabar ingin memberi tahu sesuatu atau mengajukan pertanyaan tertentu pada Anda. Jika saat itu Anda sedang berbicara dengan teman atau saudara dan membiarkan anak memotong percakapan Anda, hal itu tidak mendidik anak-anak bagaimana memikirkan atau mempertimbangkan perasaan orang lain, dan tidak akan membuatnya belajar bagimana menghabiskan waktunya sendiri di saat Anda sedang sibuk. Akibatnya ia akan menganggap dirinya berhak menarik perhatian orang lain.
Solusi : Lain kali, saat sebelum Anda menghubungi (telepon) atau berbicara dengan teman, katakan kepada anak-anak agar tetap tenang, tidak boleh mengganggu Anda yang sedang berbicara. Coba atur suatu kegiatan ringan untuknya atau meminta anak untuk bermain sendiri. Jika Anda sedang berbicara, sementara si kecil terus mengganggu, maka di saat demikian Anda bisa menunjuk menyuruhnya untuk duduk tenang di kursi, menunggu sampai Anda selesai ngobrol. Setelah itu, katakan kepadanya bahwa mengganggu orang lain tidak akan mendapatkan sesuatu yang ia inginkan.
2. Perilaku agresif (bersifat menyerang)
Saat terjadi perselisihan kecil antara anak-anak dengan adiknya atau teman sebayanya, bisa jadi mungkin Anda akan membiarkannya, tetapi Anda tidak boleh mengabaikan perilaku agresif seperti itu, misalnya mendorong adiknya hingga terjatuh atau mencekik anak-anak. Dr Michelle, seorang konsultan masalah orangtua mengatakan bahwa jika Anda membiarkan perilaku agresif seperti itu, maka saat anak-anak memasuki usia sekitar 8 tahun, perilaku buruk ini akan terbentuk dan sulit untuk diperbaiki lagi.
Solusi: Mengatasi secara positif perilaku agresif. Katakan kepadanya, “tindakan itu akan mencelakai orang lain. Kalau oranglain yang berbuat seperti itu padamu, bagaimana perasaanmu ?” Katakan kepadanya bahwa tindakan apa pun yang melukai orang lain itu tidak diperbolehkan. Lain waktu sebelum pergi bermain, ingatkan padanya jangan bersikap kasar dan sewenang-wenang, bantu ia berlatih apa yang sebaiknya dilakukan saat emosi memuncak. Anda juga bisa memberinya hukuman kecil misalnya melarangnya keluar bermain, jika ia mengulangi lagi kesalahannya.
3. Pura-pura tidak mendengar
Saat diminta merapikan mainan, mengambil air minum sendiri, dan ketika Anda mengingatkannya untuk mengerjakan sesuatu yang tidak disukainya, namun jika satu kali, dua kali, sampai tiga kali atau bahkan empat kali, ia seakan-akan masih juga pura-pura tidak mendengar, maka Anda tidak boleh abaikan lagi. Karena perilaku tersebut berarti mengabaikan instruksi orang dewasa dan tidak dianggapnya. Jika Anda terus membiarkan perilakunya seperti ini, tidak tertutup kemungkinan anak Anda akan menjadi pongah (meremehkan orang lain) dan sangat ingin menguasai.
Solusi : Dekati anak dan katakan kepadanya apa yang harus dilakukan. Saat berbicara, minta si anak agar menatap Anda, dan menjawab “Ya, bu.” Dengan mengusap perlahan bahunya, memanggil namanya, mematikan pesawat TV, dimana kesemuanya ini akan membantu menarik perhatiannya. Jika ia tidak mendengarkan, katakan padanya apa konsekuensinya.
4. Mengabaikan aturan
Jika anak-anak bisa mengambil makanan ringan sendiri, memutar DVD sendiri, tentu saja bagus sekali. Tetapi beberapa makanan, seperti permen kan tidak boleh makan semaunya, juga tidak boleh sepanjang hari nonton DVD terus. Menurut ahli terkait, membiarkan anak-anak berbuat semaunya tanpa mengindahkan aturan itu jelas bukan cara yang baik. Seandainya Anda melihat seorang anak usia 2 tahun untuk melakukan sesuatu. Jika Anda merasa lucu melihat seorang anak berusia dua tahun mengambil biskuit sendiri dari meja, maka lihat saja nanti, apa jadinya saat berusia 8 tahun, ia mengambil sendiri sesuatu di rumah teman tanpa permisi lagi.
Solusi: Tetapkan beberapa disiplin keluarga, dan sering-seringlah membahas hal ini dengan anak-anak Anda, misalnya kataka kepadanya : “Kamu harus bertanya boleh tidak makan permen, karena ini aturan.” Jika anak-anak menyalakan TV di luar waktu yang ditentukan, mintalah ia untuk mematikan TV. Selain itu, gambarkan secara jelaskan tentang aturan itu, dengan begitu akan membantu anak-anak selalu mengingatnya.
5. Berbuat semaunya
Mungkin Anda berpikir bahwa sebelum pubertas, anak-anak tidak akan menampakkan putih matanya (gambaran ekspresi seseorang yang marah, kecewa, sakit…), atau berbicara angkuh dan semaunya. namun, tanda-tanda angkuh biasanya sudah dimulai saat anak-anak yang masih hijau itu meniru orang yang lebih besar darinya untuk menguji reaksi orangtua. Sejumlah orangtua menganggap bahwa ini hanya tahapan anak-anak, sehingga diabaikan. Jika Anda tidak merespon positif terhadap masalah ini, Anda akan temukan anak-anak anda itu tidak akan punya teman saat duduk di kelas yang lebih tinggi, dan tidak akan bisa bergaul atau berhubungan secara harmonis dengan guru dan orang dewasa lainnya.
Solusi : Biarkan anak-anak tahu akan perilakunya sendiri. Sebagai contoh misalnya, coba katakan padanya “ekspresi seperti itu seperti tidak suka mendengar apa yang bapak/ibu katakan.” Ini bukan untuk membuat anak-anak merasa malu, tapi justru membuatnya mengerti bahwa ekspresi seperti itu akan membuatnya kehilangan pertemanan dan rasa hormat dari teman-teman.
6. Membual
Mungkin seorang anak yang belum bisa melipat selimut akan mengatakan bahwa dirinya yang merapikan sendiri tempat tidur, atau seorang anak yang belum pernah naik pesawat terbang akan menceritakan kepada temannya bahwa ia pernah ke Disneyland, tindakan membual ini sekilas tampak bukan sesuatu yang penting, tapi harus waspada terhadap ketidak jujuran anak-anak. Menuurut ahli terkait : “Jika anak-anak mengetahui bawa berbohong bisa dengan mudah memperindah diri, bisa menghindari hal-hal yang tidak suka dikerjakannya, dan bisa membuatnya terlepas dari kesulitan atas masalah yang dibuatnya, maka berbohong akan menjadi hal yang wajar baginya.”
Solusi : Ketika anak-anak mengatakan kebohongan kecil, duduklah di sampingnya, dan katakan secara tegas kepadanya. Katakan padanya, jika selalu berbohong, maka semua orang tidak akan percaya lagi apa yang dia katakan. Coba cermati apa yang motivasinya untuk berbohong, jangan biarkan kebohongan kecilnya terus berlanjut. Contoh misalnya, jika dia bilang sudah gosok gigi padahal belum, suruh ia ulang lagi untuk menggosok gigi.
7. Mengupil
Meskipun jijik melihat jari tangan anak-anak dari hidung terus merangsek ke mulutnya, sementara makan ingus mungkin tidak akan membuat anak-anak sakit, tapi, mengupil adalah saluran utama dari infeksi.
Solusi : Mengalihkan perhatian biasanya sangat efektif. Beri ia sebuah buku atau mainan, atau benda apa saja yang dijamah tangan. Jelaskan pada anak-anak bahwa mengupil dapat terinfeksi bakteri. Bawa handuk setiap saat, dan segera berikan padanya saat ia hendak mengupil. Saat musim dingin, letakkan humidifier (pelembab ruangan) di kamar tidurnya akan membantu mencegah ingus menjadi kering saat tidur di malam hari.
8. Cara menyeka (cebok) yang tidak baik
Saat anak-anak bisa ke toilet sendiri Anda mungkin akan membiarkannya untuk menanganinya sendiri. Tapi jika melap (membersihkan/cebok) secara tidak benar, tangannya mungkin akan kotor. Bagi anak perempuan, menyeka atau membersihkan secara tidak benar mungkin akan menyebabkan sistitis (peradangan pada kandung kemih).
Solusi : Coba periksa sebentar, hal itu dapat diketahui dari celana dalamnya, anak-anak mungkin masih perlu dibimbing secara berkala. Salam kebajikan
Tidak ada komentar:
Write komentar