KEBAJIKAN ( De 德 ) - Kita semua memiliki ego dalam kehidupan kita yang memicu perasaan kebencian ini dalam diri kita. “Berani-beraninya mereka!” Kita berpikir pada diri kita sendiri. “Saya tidak akan pernah melakukan hal itu”, kita berpikir, “Saya tidak akan pernah menjadi yang egois.” Bisa jadi kita dimanfaatkan oleh orang lain atau situasi dimana kita merasa tidak adil. Namun, kita dapat memilih bagaimana kita memandang suatu hal serta apakah kita akan membiarkan emosi negatif menguasai diri kita atau tidak.
Guru datang dalam bentuk dan ukuran yang berbeda. Jika kita memilih untuk melihat dari perspektif Buddhis yang lebih tradisional, kita dapat memahami banyak hal dalam realitas kita hanyalah suatu ilusi, mimpi, dan pelajaran dalam mimpi di mana kita memiliki kesempatan untuk mengubah diri kita sendiri di setiap interaksi frustasi atau negatif atau emosi. Penganut Buddhis mengatakan bahwa ada tiga faktor utama yang dapat membantu kita untuk mengubah emosi negatif.
1. Mendengarkan
Pertama adalah mendengarkan – benar-benar mendengarkan, bukan sekedar mendengarkan seperti saat Anda menonton TV atau di saat yang mengharuskan Anda melakukan beberapa hal sekaligus. Benar-benar mendengarkan adalah ketika kita memberikan perhatian penuh. Apa yang terjadi ketika kita benar-benar mendengarkan adalah memungkinkan kita untuk mendengar hal-hal dengan cara yang berbeda, bukan hanya mendengar seperti yang biasa kita lakukan. Hal ini memungkinkan kita untuk memanfaatkan kearifan batin dan menemukan jawaban yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.
2. Kontemplasi
Kedua adalah kontemplasi. Kita adalah masyarakat yang berbasis tindakan yang tampaknya memerlukan tiga atau empat hari untuk merenungkan sesuatu. Kita telah dilatih untuk mengharapkan kepuasan instan dan rentang perhatian kita telah menyusut hanya sepanjang iklan komersial tiga detik. Dalam kontemplasi ini kita merenungkan apa yang telah kita dengar, hal-hal dalam kebijaksanaan batin yang telah kita komunikasikan dan apa artinya bagi kita.
3. Meditasi
Ketiga adalah meditasi. Sogyal Rinpoche, dalam teks Buddhis klasik Kitab Hidup dan Mati Tibet, menyarankan agar kita bermeditasi dengan mata terbuka. Meditasi bukan hanya sekedar ‘menarik diri dari lingkungan di sekitar kita’ namun lebih pada ‘menarik diri dari diri kita sendiri’, lebih pada mencari cara untuk menemukan kedamaian batin bukan hanya melarikan diri keadaan – jika tidak, tidak mungkin terjadi transformasi. Meditasi tidak hanya tentang melafalkan kata berulang-ulang atau duduk diam – meditasi yang sejati akan datang beberapa saat setelah meditasi, ketika timbul pencerahan. Meditasi adalah saringan mental kita.
Ini adalah proses di mana kita dapat mengungkapkan penilaian dan emosi negatif. Memang tidak mudah tetapi jika kita rajin kita dapat mengubah cara kita melihat hal-hal .. sehingga, seperti Dr. Wayne Dyer yang terkenal mengatakan: “Ketika Anda mengubah cara pandang pada segala hal, maka Anda akan melihat perubahan”. Salam kebajikan (Sumber)
Tidak ada komentar:
Write komentar