|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Rabu, 28 Oktober 2015

Etika Makan Ala Tionghoa

 

   

KEBAJIKAN ( De 德 ) Kuliner merupakan sebuah cerita yang tidak habis-habisnya untuk dibahas. Hal ini pasti ada di seluruh belahan dunia. Dalam membahas kuliner, tak akan lepas dengan tata cara menggunakan alat makan dan kepercayaan yang ada di dalamnya. Aturan ini mulai berkembang sejak zaman dinasti Zhou pada abad ke 11. Bermula dari istana kerajaan yang menerapkan tata cara makan sampai ke tingkat strata sosial yang terdiri dari bangsawan, pejabat, pedagang dan rakyat jelata.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, ada perubahan yang terjadi, dan sekarang tata cara makan hanya untuk tuan rumah dan tamu. Tempat duduk biasanya menghadap ke timur atau pintu masuk. Dalam adat Tionghoa ada namanya bersulang, yang dimulai dari tamu terhormat sampai tamu yang duduk terakhir. Setelah bersulang baru diikuti acara santap bersama. Pada edisi kali ini, Zao An membahas tentang etika yang ada dalam acara makan, ada beberapa hal juga yang tabu untuk dilakukan.

1. Sumpit Menancap di Mangkuk Nasi
 
Kondisi seperti ini sangat tidak sopan bagi suku Tionghoa. Salah satu alasannya mungkin untuk menghemat waktu antara makan dan minum. Ada kepercayaan bahwa sumpit yang ditancapkan pada makanan merupakan pertanda kematian. Itu diibaratkan seperti dupa yang ditancap di makam orang Tionghoa.

2. Membalikan Ikan yang Dimakan
 
Menu ikan pada rumah makan Tionghoa biasanya disajikan secara utuh. Saat menyantap ikan tersebut, biasanya satu sisi saja, dan merupakan hal yang tabu untuk membalikkan ikannya. Bagi para nelayan, ikan ini adalah simbol kapal, apabila dibalik, maka akan mendapatkan bahaya. Bagaimana caranya untuk menyantap sisi sebaliknya ikan tersebut ? Caranya adalah menggunakan sumpit untuk mengangkat tulang ikan di bagian tengahnya, setelah itu daging ikan di bagian bawah dapat disantap.

3. Jangan Memotong Mie
 
Dalam perayaan ulang tahun, atau di hari kelahiran, biasanya menyantap mie ulang tahun dengan simbol panjang umur. Mie yang dimakan jangan sampai dipotong menggunakan sumpit atau pisau, karena itu dianggap sebagai memotong umur. Namun menggigit mie hingga putus, tidak dipermasalahkan. Cara makan mie yang dianggap paling menikmati adalah dengan menghisap mie ke dalam mulut.

4. Cangkir Teh Tidak Boleh Kering
 
Pada saat menjamu tamu yang berkunjung, maka yang menjadi tuan rumah akan menuangkan teh ke cangkir tamu dan mengetukkan dua jari ke meja. Sebagai tamu pun akan melakukan hal yang sama, maksud dari mengetuk dua jari ke meja adalah tanda ucapan terima kasih. Tata cara ini berawal dari seorang kaisar yang menuangkan teh kepada pelayannya sewaktu berjalan ke sebuah desa. Secara protokoler, pelayan tersebut harus berlutut mengucapkan terima kasih, tapi berhubung dapat membongkar jati diri kaisar, maka diganti dengan mengetuk dua jari di meja.

5. Pesan Makanan Jumlah Genap

Apabila pergi makan dengan teman, maka pesan makanan dengan jumlah orang dan ditambah satu. Bagaimana jika jumlahnya genap ? Ada satu teman yang tidak kebagian, maka ada kepercayaan, itu akan ada hal buruk yang terjadi, karena jumlah piring sajian ganjil melambangkan kematian. Namun tidak perlu dikhawatirkan, ini hanya sebuah kepercayaan saja. Biasanya ini dilakukan untuk perjamuan yang formal, untuk acara makan bersama biasa, tidak usah dirisaukan. Salam kebajikan (henky honggo)

Tidak ada komentar:
Write komentar