KEBAJIKAN ( De 德 ) - Festival tradisional yang paling penting bagi Tionghoa, yaitu Festival Musim Semi atau Tahun Baru Imlek, telah menghasilkan banyak kebiasaan rakyat. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, di zaman modern sekarang ini pengembangan cara-cara lama sudah mulai diabaikan. Hanya beberapa tradisi saja yang masih tetap, dan beberapa lainnya telah mulai menghilang.
Berikut adalah 10 Tradisi Tahun Baru Imlek yang sudah mulai menghilang di Tiongkok, seperti dikutip dari chinahighlights.com.
1. Memberikan Pengorbanan kepada Dewa Dapur
Menurut legenda kuno, Dewa dapur akan pergi ke Langit pada tanggal 23 bulan ke-12 dari tahun lunar Imlek, dan melaporkan kepada Kaisar Langit apa yang telah dilakukan setiap rumah tangga di tahun yang lalu.
Orang Tionghoa juga menempatkan sepasang bait di pintu dapur, 'Berbicara tentang Perbuatan Baik di Langit, Jaga Perdamaian di Bumi." Dengan harapan bahwa Dewa Dapur akan menyampaikan kata-kata yang baik tentang mereka pada Kaisar Langit.
Acara ritual sembahyang diadakan pada tanggal 23 (di Tiongkok Utara) atau tanggal 24 (di Tiongkok Selatan) pada bulan ke-12 tahun lunar Tionghoa, untuk mengantar Dewa Dapur setelah diberikan persembahan brupa kue manis dan gula-gula. Hal ini dimaksudkan agar Dewa Dapur hanya akan mengatakan hal-hal yang baik tentang rumah tangga tersebut setelah mencicipinya.
Saat ini, ritual sembahyang Dewa Dapur sudah jarang terlihat dan dilakukan orang Tiongkok, karena banyak orang dari desa yang telah pindah ke rumah modern yang tanpa kompor dapur, walaupun masih ada orang Tionghoa yang melakukan tradisi ini di negara lainnya.
2. Menikah Tanpa Memilih Tanggal Tertentu
Hal ini diyakini oleh orang-orang sekarang bahwa tidak ada yang tabu untuk Dewa dan manusia antara 23 dan 30 bulan 12 tahun lunar Tionghoa, sehingga tidak perlu untuk memilih tanggal tertentu untuk menikah selama hari-hari tersebut. Akibatnya banyak orang muda di Tiongkok yang bekerja di kota-kota lain menggunakan kesempatan ini untuk bergegas pulang dan menikah selama hari-hari tersebut.
Festival Musim Semi adalah hari libur umum di Tiongkok, sehingga banyak pasangan yang menikah selama Festival Musim Semi, bukan karena tidak ada tabu, atau keberuntungan dari tanggal, tetapi karena mereka memiliki lebih banyak waktu luang.
Pepatah lama mengatakan bahwa sudah waktunya untuk menyiapkan adonan untuk membuat mantou pada tanggal 28 bulan ke-12 tahun lunar Tionghoa. Sehingga setiap rumah tangga pada hari tersebut akan sibuk untuk menyiapkan makanan untuk musim semi Festival, terutama roti mantou.
Kebiasaan ini jarang terlihat sekarang, karena sudah banyak yang menjualnya dimana-mana.
4. Mengukus Roti atau Èrshíjiǔ, Zheng mantou (二 十九, 蒸 馒头) Pada 29 bulan 12 Lunar Tionghoa
Itu adalah kebiasaan bagi orang tua untuk mempersiapkan hidangan utama untuk Festival Musim Semi, pada tanggal 29 bulan 12 tahun lunar Tionghoa, termasuk roti yang dikukus atau mantou yang diisi dengan kacang merah dan tanda titik merah.
Hal ini karena jika mengukus roti pada tanggal 1 dan 5 bulan 1 lunar Tionghoa, dianggap sial. Oleh karena itu orang harus mempersiapkan roti kukus pada tanggal 29 bulan 12 tahun lunar Tionghoa. Roti kukus biasanya dihiasi dengan titik-titik merah, yang akan menambah indahnya Festival Musim Semi.
Sekarang sangat mudah untuk membeli roti kukus atau mantou selama Festival Musim Semi, tetapi sangat jarang menemukan orang yang memakai tanda titik merah.
5. Membuka Pintu Memasang Petasan di Tahun Baru Imlek Pagi
Membunyikan petasan |
Tradisi ini biasanya dimulai dari satu petasan kecil pertama, yang diikuti oleh tiga petasan besar, yang melambangkan dering keluar tahun dan dering di Tahun Baru. Tiga petasan Tahun baru yang lebih keras, akan lebih baik dan lebih beruntung untuk bisnis dan pertanian di tahun mendatang.
Sekarang petasan sudah banyak dilarang di beberapa kota-kota besar di Tiongkok, sehingga kebiasaan ini hanya dapat dilihat di daerah yang lebih terpencil atau di pedesaan.
6. Tidak Menggunakan Sapu pada Hari Tahun Baru Imlek
Pantangan menyapu |
Membersihkan pada malam tahun baru, sebagai bagian dari mengucapkan selamat tinggal pada tahun lalu, yang masih populer, tetapi mereka tidak ingin "Menyapu keberuntungan pada Tahun Baru."
Sekarang kebiasaan ini jarang terlihat di kota-kota, walaupun masih populer di daerah pedesaan.
7. Hari ke 3 Tahun Baru, Chìkǒu (赤口) Tidak boleh Pergi keluar rumah
Chìkǒu (赤口) |
Hari ketiga Tahun Baru Imlek, orang biasanya tidak boleh pergi keluar dari rumah, karena hari ini diyakini sebagai hari sial menurut cerita rakyat. Chìkǒu (赤口), disebut juga sebagai "mulut merah" atau Chìgǒurì (赤狗日).
Legenda mengatakan bahwa siapa pun yang bertemu dengannya akan memiliki nasib buruk. Jadi orang Tionghoa tidak akan mau melakukan kunjungan atau menerima tamu tahun baru pada hari itu. Sebaliknya, mereka hanya tinggal di rumah sepanjang hari.
Legenda mengatakan bahwa siapa pun yang bertemu dengannya akan memiliki nasib buruk. Jadi orang Tionghoa tidak akan mau melakukan kunjungan atau menerima tamu tahun baru pada hari itu. Sebaliknya, mereka hanya tinggal di rumah sepanjang hari.
Namun, orang Tionghoa modern sekarang sudah tidak percaya dengan takhayul ini, sehingga boleh mengunjungi dan menerima teman-temannya pada hari ke-3 dari Festival Musim Semi.
8. Dewa Kemiskinan
9. Memberikan Persembahan kepada Dewa Rejeki
Legenda
mengatakan bahwa anak dari Raja Zhuan Yu adalah Dewa Kemiskinan. Dia
sangat pendek dan kurus, serta gemar berpakaian compang-camping dan makan bubur. Meskipun orang memberinya baju baru, tapi dia akan merobek baju itu dulu baru kemudian memakainya. Sehingga, orang akan mengirim dia pergi ke surga daripada melihat dia di bumi pada hari ke-6 dari Festival Musim Semi.
Itu sangat populer bagi rakyat untuk melihat Dewa Miskin selama Dinasti Tang (618-907), namun kebiasaan itu sudah hampir hilang sekarang.
Hal
ini adalah kebiasaan bagi orang-orang Tionghoa untuk mempersembahkan
korban kepada Dewa Rejeki pada hari ke-2 (di Tiongkok Utara) atau hari
ke-5 (di Tiongkok Selatan) dari Festival Musim Semi. Ritual persembahan
diadakan di toko-toko atau di rumah, dengan menyajikan babi, kambing,
ayam, bebek, atau ikan mas hidup sebagai korban, untuk mendapatkan
keberuntungan di tahun mendatang.
Menurut
cerita rakyat, Dewa Rejeki mengacu pada Lima Jalan. Lima Jalan adalah
Jalan Selatan, Jalan Utara, Jalan Tengah, Jalan Barat, dan Jalan Timur.
10. Menyambut Dewa Dapur Turun
Seperti disebutkan di atas, orang Tionghoa mengantar Dewa Dapur ke langit pada tanggal 23 bulan 12 tahun lunar Tionghoa.
Pada hari ke-4 dari Festival Musim Semi, mereka menyambut dia kembali
dengan membakar dupa dan kertas yang mewakili uang, menyalakan petasan,
dan menawarkan persembahan korban seperti buah-buahan.
Legenda
juga mengatakan bahwa Kaisar Langit akan mengirim Dewa lain untuk
memeriksa setiap rumah tangga pada saat kembalinya Dewa Dapur, sehingga
tidak cocok bagi orang-orang untuk meninggalkan rumah pada hari ke-4
dari Festival Musim Semi.
Namun
di zaman sekarang di Tiongkok, sudah sangat jarang orang yang mau
mempersembahkan korban kepada Dewa Dapur, apalagi menyambutnya kembali
dari Langit.
11. Hari ke 7 Tahun Baru, Hari Manusia
Hari Manusia |
Orang dahulu percaya bahwa hari ketujuh bulan pertama adalah yang terbaik jika hari itu hari yang cerah, akan melambangkan panjang umur dan kemakmuran, serta keharmonisan dunia.
Dongfang Shuo dari Dinasti Han menulis "Kitab Ramalan" di mana ia menjelaskan: "Pada hari ketujuh, yang merupakan hari manusia, cuaca cerah dari fajar hingga senja dan bulan terang pada malam dengan bintang yang terlihat (adalah yang paling diinginkan) karena sinyal keselamatan rakyat. Raja dan para pembesar akan bersatu dalam keharmonisan."
Selama Dinasti Selatan dan Utara, legenda Hari Manusia dianggap salah satu perayaan yang paling penting di Tiongkok. Sayangnya tradisi yang mendalam dan bermakna ini telah dilupakan di Tiongkok, meskipun tradisi ini terus berlanjut di Jepang. Salam kebajikan
Tidak ada komentar:
Write komentar