|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Rabu, 03 Februari 2016

11 Tradisi Tahun Baru Imlek yang Sudah Menghilang

 


KEBAJIKAN ( De 德 )Festival tradisional yang paling penting bagi Tionghoa, yaitu Festival Musim Semi atau Tahun Baru Imlek, telah menghasilkan banyak kebiasaan rakyat. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, di zaman modern sekarang ini pengembangan cara-cara lama sudah mulai diabaikan. Hanya beberapa tradisi saja yang masih tetap, dan beberapa lainnya telah mulai menghilang. 

Berikut adalah 10 Tradisi Tahun Baru Imlek yang sudah mulai menghilang di Tiongkok, seperti dikutip dari chinahighlights.com.

1. Memberikan Pengorbanan kepada Dewa Dapur

 

Menurut legenda kuno, Dewa dapur akan pergi ke Langit pada tanggal 23 bulan ke-12 dari tahun lunar Imlek, dan melaporkan kepada Kaisar Langit apa yang telah dilakukan setiap rumah tangga di tahun yang lalu.

Orang Tionghoa juga menempatkan sepasang bait di pintu dapur, 'Berbicara tentang Perbuatan Baik di Langit, Jaga Perdamaian di Bumi." Dengan harapan bahwa Dewa Dapur akan menyampaikan kata-kata yang baik tentang mereka pada Kaisar Langit

Acara ritual sembahyang diadakan pada tanggal 23 (di Tiongkok Utara) atau tanggal 24 (di Tiongkok Selatan) pada bulan ke-12 tahun lunar Tionghoa, untuk mengantar Dewa Dapur setelah diberikan persembahan brupa kue manis dan gula-gula. Hal ini dimaksudkan agar Dewa Dapur hanya akan mengatakan hal-hal yang baik tentang rumah tangga tersebut setelah mencicipinya.

Saat ini, ritual sembahyang Dewa Dapur sudah jarang terlihat dan dilakukan orang Tiongkok, karena banyak orang dari desa yang telah pindah ke rumah modern yang tanpa kompor dapur, walaupun masih ada orang Tionghoa yang melakukan tradisi ini di negara lainnya.

2. Menikah Tanpa Memilih Tanggal Tertentu

  

Hal ini diyakini oleh orang-orang sekarang bahwa tidak ada yang tabu untuk Dewa dan manusia antara 23 dan 30 bulan 12 tahun lunar Tionghoa, sehingga tidak perlu untuk memilih tanggal tertentu untuk menikah selama hari-hari tersebut. Akibatnya banyak orang muda di Tiongkok yang bekerja di kota-kota lain menggunakan kesempatan ini untuk bergegas pulang dan menikah selama hari-hari tersebut.

Festival Musim Semi adalah hari libur umum di Tiongkok, sehingga banyak pasangan yang menikah selama Festival Musim Semi, bukan karena tidak ada tabu, atau keberuntungan dari tanggal, tetapi karena mereka memiliki lebih banyak waktu luang.

3.  Mempersiapkan adonan atau Èrshíbā, bǎ Mian FA (二 十八, 把 面 发); Pada 28 bulan 12 Lunar Tionghoa

  

Pepatah lama mengatakan bahwa sudah waktunya untuk menyiapkan adonan untuk membuat mantou pada tanggal 28 bulan ke-12 tahun lunar Tionghoa. Sehingga setiap rumah tangga pada hari tersebut akan sibuk untuk menyiapkan makanan untuk musim semi Festival, terutama roti mantou.

Kebiasaan ini jarang terlihat sekarang, karena sudah banyak yang menjualnya dimana-mana.

4. Mengukus Roti atau Èrshíjiǔ, Zheng mantou ( 十九, 蒸 馒头) Pada 29 bulan 12  Lunar Tionghoa


Itu adalah kebiasaan bagi orang tua untuk mempersiapkan hidangan utama untuk Festival Musim Semi, pada tanggal 29 bulan 12 tahun lunar Tionghoa, termasuk roti yang dikukus atau mantou yang diisi dengan kacang merah dan tanda titik merah.

Hal ini karena jika mengukus roti pada tanggal 1 dan 5 bulan 1 lunar Tionghoa, dianggap sial. Oleh karena itu orang harus mempersiapkan roti kukus pada tanggal 29 bulan 12 tahun lunar Tionghoa. Roti kukus biasanya dihiasi dengan titik-titik merah, yang akan menambah indahnya Festival Musim Semi.

Sekarang sangat mudah untuk membeli roti kukus atau mantou selama Festival Musim Semi, tetapi sangat jarang menemukan orang yang memakai tanda titik merah.

5. Membuka Pintu Memasang Petasan di Tahun Baru Imlek Pagi

Membunyikan petasan
Setiap rumah tangga tradisional di Tiongkok umumnya mengupayakan untuk menjadi yang pertama "membunyikan petasan" pukul 00:00, pada hari 1 Tahun Baru Imlek.

Tradisi ini biasanya dimulai dari satu petasan kecil pertama, yang diikuti oleh tiga petasan besar, yang melambangkan dering keluar tahun dan dering di Tahun Baru. Tiga petasan Tahun baru yang lebih keras, akan lebih baik dan lebih beruntung untuk bisnis dan pertanian di tahun mendatang.

Sekarang petasan sudah banyak dilarang di beberapa kota-kota besar di Tiongkok, sehingga kebiasaan ini hanya dapat dilihat di daerah yang lebih terpencil atau di pedesaan.

6. Tidak Menggunakan Sapu pada Hari Tahun Baru Imlek

Pantangan menyapu
Kebiasaan di Tahun Baru adalah berkunjung pada rumah saudara dan menerima Angpao keberuntungan pada hari pertama dari Festival Musim Semi. Jadi tentunya akan banyak sampah saat menerima tamu. Namun, hari itu dianggap sial jika menggunakan sapu untuk menyapu lantai, membuang sampah, atau percikan air pada hari itu (atau hari ke-2).

Membersihkan pada malam tahun baru, sebagai bagian dari mengucapkan selamat tinggal pada tahun lalu, yang masih populer, tetapi mereka tidak ingin "Menyapu keberuntungan pada Tahun Baru."

Sekarang kebiasaan ini jarang terlihat di kota-kota, walaupun masih populer di daerah pedesaan.

7. Hari ke 3 Tahun Baru, Chìkǒu (赤口) Tidak boleh Pergi keluar rumah 

Chìkǒu (赤口)
Hari ketiga Tahun Baru Imlek, orang biasanya tidak boleh pergi keluar dari rumah, karena hari ini diyakini sebagai hari sial menurut cerita rakyat. Chìkǒu (赤口), disebut juga sebagai "mulut merah" atau Chìgǒurì (赤狗日).

Legenda mengatakan bahwa siapa pun yang bertemu dengannya akan memiliki nasib buruk. Jadi orang Tionghoa tidak akan mau melakukan kunjungan atau menerima tamu tahun baru pada hari itu. Sebaliknya, mereka hanya tinggal di rumah sepanjang hari.

Namun, orang Tionghoa modern sekarang sudah tidak percaya dengan takhayul ini, sehingga boleh mengunjungi dan menerima teman-temannya pada hari ke-3 dari Festival Musim Semi.

8. Dewa Kemiskinan

Legenda mengatakan bahwa anak dari Raja Zhuan Yu adalah Dewa Kemiskinan. Dia sangat pendek dan kurus, serta gemar berpakaian compang-camping dan makan bubur. Meskipun orang memberinya baju baru, tapi dia akan merobek baju itu dulu baru kemudian memakainya. Sehingga, orang akan mengirim dia pergi ke surga daripada melihat dia di bumi pada hari ke-6 dari Festival Musim Semi.

Itu sangat populer bagi rakyat untuk melihat Dewa Miskin selama Dinasti Tang (618-907), namun kebiasaan itu sudah hampir hilang sekarang.
9Memberikan Persembahan kepada Dewa Rejeki

Hal ini adalah kebiasaan bagi orang-orang Tionghoa untuk mempersembahkan korban kepada Dewa Rejeki pada hari ke-2 (di Tiongkok Utara) atau hari ke-5 (di Tiongkok Selatan) dari Festival Musim Semi. Ritual persembahan diadakan di toko-toko atau di rumah, dengan menyajikan babi, kambing, ayam, bebek, atau ikan mas hidup sebagai korban, untuk mendapatkan keberuntungan di tahun mendatang.

Menurut cerita rakyat, Dewa Rejeki mengacu pada Lima Jalan. Lima Jalan adalah Jalan Selatan, Jalan Utara, Jalan Tengah, Jalan Barat, dan Jalan Timur.

Sekarang hal ini sudah dianggap takhayul, dan banyak cerita rakyat seperti ini, yang mulai hilang di Tiongkok, karena semakin banyak orang yang meninggalkan kebiasaan mereka setelah dididik di luar negeri.

10.  Menyambut Dewa Dapur Turun

Seperti disebutkan di atas, orang Tionghoa mengantar Dewa Dapur ke langit pada tanggal 23 bulan 12 tahun lunar Tionghoa. Pada hari ke-4 dari Festival Musim Semi, mereka menyambut dia kembali dengan membakar dupa dan kertas yang mewakili uang, menyalakan petasan, dan menawarkan persembahan korban seperti buah-buahan.

Legenda juga mengatakan bahwa Kaisar Langit akan mengirim Dewa lain untuk memeriksa setiap rumah tangga pada saat kembalinya Dewa Dapur, sehingga tidak cocok bagi orang-orang untuk meninggalkan rumah pada hari ke-4 dari Festival Musim Semi. 

Namun di zaman sekarang di Tiongkok, sudah sangat jarang orang yang mau mempersembahkan korban kepada Dewa Dapur, apalagi menyambutnya kembali dari Langit.

11. Hari ke 7 Tahun Baru, Hari Manusia


Hari Manusia
Menurut mitologi Tionghoa, Dewi Nu Wa menggunakan tanah liat untuk membuat manusia pada hari ke 7. Oleh karena itu, selama Dinasti Han, Hari Ulang Tahun Manusia menjadi bagian dari tradisi Tahun Baru Imlek, dan diatur pada hari ketujuh Tahun Baru.

"Kitab Ramalan" mengatakan, "hari pertama adalah tentang burung, hari kedua tentang anjing, hari ketiga babi, hari keempat domba, hari kelima sapi, hari keenam kuda, dan hari ketujuh manusia."


Orang dahulu percaya bahwa hari ketujuh bulan pertama adalah yang terbaik jika hari itu hari yang cerah, akan melambangkan panjang umur dan kemakmuran, serta keharmonisan dunia.

Dongfang Shuo dari Dinasti Han menulis "Kitab Ramalan" di mana ia menjelaskan: "Pada hari ketujuh, yang merupakan hari manusia, cuaca cerah dari fajar hingga senja dan bulan terang pada malam dengan bintang yang terlihat (adalah yang paling diinginkan) karena sinyal keselamatan rakyat. Raja dan para pembesar akan bersatu dalam keharmonisan."

Namun, jika hari ketujuh,"Cuaca sangat dingin, hal itu berarti penyakit dan melemahnya kesehatan."

Selama Dinasti Selatan dan Utara, legenda Hari Manusia dianggap salah satu perayaan yang paling penting di Tiongkok. Sayangnya tradisi yang mendalam dan bermakna ini telah dilupakan di Tiongkok, meskipun tradisi ini terus berlanjut di Jepang. Salam kebajikan

Tidak ada komentar:
Write komentar