KEBAJIKAN ( De 德 ) - Tahun baru Imlek atau perayaan musim dingin menjadi liburan paling panjang dan penting untuk berkumpul bersama keluarga di kampung. Tradisi mudik atau pulang kampung (Chunyun / 春運) ini sudah menjadi tradisi tahunan yang turun temurun bagi orang tionghoa di berbagai belahan dunia untuk pulang saat menjelang perayaan musim semi atau Tahun Baru Imlek, yang tahun ini jatuh pada tanggal 8 Februari 2016.
Orang-orang yang bekerja atau belajar di berbagai kota tentunya akan pulang ke tempat asalnya demi untuk merayakan datangnya musim semi bersama sanak saudaranya.
Karena bagaimanapun kebahagiaan untuk bertemu keluarga tak bisa ditukar dengan apapun, sehingga moment baik ini sering dipakai oleh anggota keluarga untuk pulang kampung bertemu keluarga dan sahabatnya untuk bersyukur bersama atas tahun yang baru lewat dan memohon berkat di tahun yang baru.
Sebuah Peribahasa Tiongkok menyatakan bahwa "Semua ciptaan dilahirkan kembali pada hari Tahun Baru. Tahun Baru Imlek adalah perayaan perubahan yang lama pergi dan yang baru datang !".
Hal ini menandakan bahwa manusia tahu dan ingat tempat di mana ia dilahirkan, sehingga ada kerinduan untuk pulang, mengenang kembali masa-masa kecil, di mana dilahirkan untuk bertemu keluarga dan berbagi kebahagiaan melalui rejeki yang telah didapat.
Di sisi lain, mudik merupakan sebuah gambaran perjuangan mulai dari mencari tiket transportasi sampai berjubel dan berebutan untuk memastikan terangkut sampai kampung halaman.
Perjalanan mudik Imlek di Negeri Tirai Bambu biasanya memakan waktu 40 hari, dimulai dari akhir Januari --biasanya dijuluki migrasi manusia terbesar tahunan sedunia.
Mudik Imlek berarti menyaksikan lebih dari 2,91 miliar orang melakukan perjalanan demi merayakan hari besar dengan keluarga tercinta.
Kebanyakan dari mereka adalah pekerja migran yang bekerja di berbagai pusat pabrik di Tiongkok seperti di daerah sekitar Guangzhou, yang pulang rumah-rumah mereka di pedesaan. Para pemudik yang telantar memanfaatkan sosial media untuk menyampaikan rasa frustrasi dan lelah.
"Mau pulang ke rumah, sulitnya minta ampun," keluh seseorang di Weibo.
"Orang-orang antre menunggu kereta lebih dari 10 jam."
Salah seorang pengguna dengan sedikit bercanda menulis, "Tiongkok tak bakal kehabisan orang."
Sesuai tradisi, para pemudik tersebut akan pulang dengan membawa hadiah yang akan dibagikan pada orang tua dan kerabatnya. Sebagai gambaran kesuksesan, para perantau tersebut akan pulang dengan membawa berbagai atribut, perhiasan, kendaraan, pakaian, dan berbagai aksesori lainnya.
Kebiasaan ini secara tidak langsung akan menggambarkan tingkat kemakmuran yang dicapai oleh para pemudik di perantauan. Bagi para kerabat di kampung halaman, inilah saatnya kecipratan rejeki yang dibawa oleh para pemudik dari perantauan. Salam kebajikan
Orang-orang yang bekerja atau belajar di berbagai kota tentunya akan pulang ke tempat asalnya demi untuk merayakan datangnya musim semi bersama sanak saudaranya.
Karena bagaimanapun kebahagiaan untuk bertemu keluarga tak bisa ditukar dengan apapun, sehingga moment baik ini sering dipakai oleh anggota keluarga untuk pulang kampung bertemu keluarga dan sahabatnya untuk bersyukur bersama atas tahun yang baru lewat dan memohon berkat di tahun yang baru.
Sebuah Peribahasa Tiongkok menyatakan bahwa "Semua ciptaan dilahirkan kembali pada hari Tahun Baru. Tahun Baru Imlek adalah perayaan perubahan yang lama pergi dan yang baru datang !".
Hal ini menandakan bahwa manusia tahu dan ingat tempat di mana ia dilahirkan, sehingga ada kerinduan untuk pulang, mengenang kembali masa-masa kecil, di mana dilahirkan untuk bertemu keluarga dan berbagi kebahagiaan melalui rejeki yang telah didapat.
Mudik Imlek di Tiongkok |
Perjalanan mudik Imlek di Negeri Tirai Bambu biasanya memakan waktu 40 hari, dimulai dari akhir Januari --biasanya dijuluki migrasi manusia terbesar tahunan sedunia.
Mudik Imlek berarti menyaksikan lebih dari 2,91 miliar orang melakukan perjalanan demi merayakan hari besar dengan keluarga tercinta.
Kebanyakan dari mereka adalah pekerja migran yang bekerja di berbagai pusat pabrik di Tiongkok seperti di daerah sekitar Guangzhou, yang pulang rumah-rumah mereka di pedesaan. Para pemudik yang telantar memanfaatkan sosial media untuk menyampaikan rasa frustrasi dan lelah.
"Mau pulang ke rumah, sulitnya minta ampun," keluh seseorang di Weibo.
"Orang-orang antre menunggu kereta lebih dari 10 jam."
Salah seorang pengguna dengan sedikit bercanda menulis, "Tiongkok tak bakal kehabisan orang."
Sesuai tradisi, para pemudik tersebut akan pulang dengan membawa hadiah yang akan dibagikan pada orang tua dan kerabatnya. Sebagai gambaran kesuksesan, para perantau tersebut akan pulang dengan membawa berbagai atribut, perhiasan, kendaraan, pakaian, dan berbagai aksesori lainnya.
Kebiasaan ini secara tidak langsung akan menggambarkan tingkat kemakmuran yang dicapai oleh para pemudik di perantauan. Bagi para kerabat di kampung halaman, inilah saatnya kecipratan rejeki yang dibawa oleh para pemudik dari perantauan. Salam kebajikan
Tidak ada komentar:
Write komentar