KEBAJIKAN ( De 德 ) - Dalam reinkanrasi keduanya, 1/3 roh kaisar langit menitis menjadi putra mahkota negeri Geoguryeoo (salah satu kerajaan di Korea kuno). Setelah dewasa dia kembali berguru pada MiaoLe TianZun. Sayang dalam usaha keduanya inipun dia gagal karena tergoda gadis cantik penjual buah persik (kaisar langit oh kaisar langit, padahal waktu masih jadi kaisar dulu hobi sekali menghukum dewa/dewi yang tergoda cinta (termasuk adik dan putri-putrinya sediri), tapi setelah jadi manusia ternyata belaiu sendiri juga kesulitan mengontrol perasaannya).
Akhirnya si 1/3 roh berhasil juga mencapai kesempurnaan dipenitisan ketiganya dan segera dibimbing oleh MiaoLe TianZun menuju istana langit. Tap baru saja sampai digerbang langit mereka sudah dihadang TaiShang LaoJun yang mengabarkan bahwa sisa usianya didunia masih kurang 42 tahun, sehingga bila kembali kelangit sekarang, maka akan membawa ketidak seimbangan dan bencana didunia. Oleh karena itu dia harus direinkarnasi sekali lagi. Sambil menggerutu kesal si 1/3 roh pun ahirnya menurut juga dan pasrah direinkarnasi sekali lagi.
Kini sampailah kita pada reinkrnasi yang ke4 alias yang terakhir (karena bila si1/3 roh kembali gagal dalam reinkrnasi ini maka dia tidak bisa kembali lagi kelangit selamanya).
Malam ini adalah perayaan festival lentera, malam dimana setiap orang keluar rumah untuk menikmati keindahan lentera yang digantung disepanjang jalan sambil mengikuti berbagai acara dan permainan yang diselenggarakan. Mulai dari tua-muda, pria-wanita berbaur memenuhi jalan termasuk tuan muda berbaju kuning yang satu ini.
Omong2 siapa sih tuan muda ini, mengapa kulitnya begitu halus seperti tidak pernah bekerja dan penampilannya juga begitu canggung seperti tidak pernah keluar rumah....Tidak usah heran, tuan muda itu memang bukan orang biasa, dia adalah Xuan Wu, putra mahkota kerajaan Jing Luo Guo yang begitu disayang kedua orang tuanya sampai-sampai tak pernah diijinkan keluar dari gerbang istana. Malam ini adalah pengalaman pertamanya menyelinap keluar dari istana karena penasaran dengan keindahan dunia luar yang sering didengarnya dari dayang-dayang.
Sedang asyik-asyiknya menikmati kemeriahan festival lentera, tiba-tiba Xuan Wu berpapasan dengan segerombolan pemabuk yang melantur dan memaki tak karuan. Dia pun buru-buru berbelok kegang didekatnya karena tak mau mencari masalah. Diujung gang itu nampak kerumunan masa yang sedang menonton perkelahian 2 orang tuan muda yang sedang memperebutkan seorang pelacur.
"Ah konyolnya mereka melukai sesamanya hanya demi seorang wanita murahan," celetuk Xuan Wu spontan
"Eh ngomong apa lu! Ga usah sok bijaksana lah, sini gue kepret mulut usil lu," damprat seorang centeng yang tidak terima tuan mudanya diolok-olok, sambil menghampiri Xuan Yuan untuk menamparnya. Didamprat seperti itu XuanWu ketakutan setengah mati dan langsung lari terbirit-birit hingga kakinya tersandung sesuatu dan jatuh terjerembab.
Samar-samar dilihatnya benda yang menyandungnya barusan adalah...seonggok mayat yang tubuhnya dimutilasi. Keringat dinginnyapun langsung bercucuran. Belum sempat dia bangun, tiba-tiba seseorang meneriakinya dari belakang, "Berhenti! Mau lari kemana kau!".
"Gawat itu pasti pembunuh yang memutilasi mayat ini, kali ini habislah aku," ratapnya pasrah.
Untungnya teriakan itu ternyata bukan berasal dari sipembunuh, melainkan dari kerumunan masa yang mengejar seorang pencopet. Tak lama kemudian pencopet itu tertangkap dan dipukuli habis0habisan hingga seluruh giginya copot dan hidungnya patah.
Xuan Wu terduduk lesu merenungkan semua kejadian yang baru dilihatnya, tiba-tiba pundaknya ditepuk seorang pendeta. "Mengapa kau nampak murung nak," tanya sang pendeta.
"Dari kecil aku selalu dididik kebajikan, tak tahunya hari ini aku baru sadar betapa korotnya dunia ini....Ah pendeta apakah kau tahu caranya agar bisa lepas dari dunia yang penuh dosa ini?"
"Hmmm setau pinto satu-satunya jalan adalah dengan cara menjadi Dewa."
"Aduh pendeta, aku bertanya serius tapi kau malah bercanda....akukan cuma manusia biasa jadi bagaimana mungkin bisa menjadi Dewa..."
"Ah siapa bilang, ketahuilah dikehidupan sebelumnya kau adalah 1/3 roh kaisar langit yang menitis kebumi karena tergoda pohon emas milik tuan Liu, sekarang bila kau memang sungguh-sungguh ingin menjadi Dewa, maka aku akan membawamu pada MiaoLe TianZun yang merupakan gurumu di 3 kehidupan sebelumnya."
Setelah Xiuan Wu mengangguk tanda setuju, sang pendeta menggendongnya terbang menemui MiaoLe TianZun (pendeta ini sebenarnya adalah samaran dari Dewi DouMu. MiaoLe TianZun gembira sekali bertemu mantan muridnya itu dan langsung membimbingya masuk untuk kembali diajari agama dan ilmu kesaktian.
Beberapa tahun kemudian saat Xuan Wu sedang bermeditasi digunung BuTong, tiba-tiba gubuknya diketuk oleh seorang nona yang ingin berteduh dari hujan.
"Maaf nona, tapi rasanya tidak baik pria dan wanita berduaan saja ditempat terpencil," tolaknya halus.
"Ah tuan, kukira agamamu mengajarkan untuk menolong orang yang kesusahan tapi mengapa kau malah kejam sekali, lagipula siapa sih yang bakal tahu keberadaan kita ditempat terpencil ini".
Karena tidak bisa membantah argumen sinona, Xuan Wu pun ahirnya mengijinkannya masuk juga.
Begitu sinona masuk kedalam gubuk, dia langsung melepas pakaiannya hingga tak sehelai benangpun menutupi badannya yang molek.
"Eh eh apa apaan kau nona, cepat pakai bajumu atau kuusir kau keluar!" bentak Xuan panik.
"Aduh tuan tega benar kau, bajuku kan basah kuyub, jadi bila tak kubuka pasti aku akan masuk angin dan sakit."
Sekali inipun Xuan Wu tak dapat membantah argumennya dan akhrinya memilih untuk bermeditasi sambil memejamkan mata.
Sedang susah-susahnya Xuan Wu berusaha menghilangkan bayangan tubuh sinona dari pikirannya, tiba-tiba gadis itu malah mendekatinya seraya berbisik, "tuan tubuhku sakit sekali, tolong pijati aku atau aku akan mati..."
"Nona! Apakah kau tidak punya malu? Tidak! Pokoknya pinto tidak akan memijatmu!"
"Huaaaaa ihik! ihik! Tadinya kukira aku telah bertemu pertapa suci nan welas asih, tak tahunya kau sadis sekali. Baik kalau begitu biarkan aku mati saja, kita lihat bagaimana tanggapan orang-orang kalau mereka menemukan gadis cantik mati tanpa busana digubukmu ini!"
Karena bingung dan tak tahu harus bagaimana akhirnya Xuan Wu berkata, "b-b-baiklah nona, pnto akan memijatmu sambil memejamkan mata, sekarang kau bimbinglah tanganku ini kebagian tubuhmu yang sakit agar pinto bisa mengurutnya."
Tanpa babibu lagi sinona langsung membimbing tangan pemuda itu ke...bagian tubunhya yang paling menonjol dan empuk....
Gyuuut, pertapa muda itupun heran dengan benda yang sedang dirabanya; mengapa rasanya begitu hangat dan empuk (apakah itu? ) Diam-diam dia pun membuka matanya daaan...dilihatnya "sepasang gunung kembar" dalam ggenggamnya....Deg deg deg deg seketika itu jga birahi sipemuda memuncak dan ingin langsung menindih gadis manis dihadapannya.
Untung sebelum terlanjur, dia masih teringat akan tujuannya bertapa. "Padahal tujuanku bertapa adalah karena jijik dengan dosa-dosa manusia, tak tahunya hari ini aku sendiri malah berpikiran jorok seperti ini...ah nampaknya sia-sia saja aku bertapa, lebih baik aku kembali saja pada orang tuaku..." keluhnya seraya beranjak meninggalkan gubuknya
"Gawat! bila dia berhenti bertapa dan tak dapat kembali menjadi Dewa gara-gara ulahku, maka aku pasti akan dimusuhi semua Dewa dilangit," gumam sinona yang telah berubah kewujud aslinya yaitu BuTong SengBo (dewi penunggu gunung BuTong).
Dewi ini rupanya sengaja ingin menjahili Xuan Wu, siapa tahu keisengannya malah membuat pendeta muda itu patah semangat. Butong SengBo lalu terbang kejalan yang akan dilalui Xuan Wu dan merubah dirinya menjadi seorang nenek peyot
Sejurus kemudian Xuan Wu bertemu dengan nenek jelmaan BuTong SengBo yang sedang mengasah batu besar disebuah gerinda.
"Sedang apa kau nek?" sapanya heran.
"Oh ini aku sedang mengasah batu ini agar menjadi jarum."
"Hah, mana bisa batu diasah menjadi jarum?"
"Eeh asal kita sungguh-sungguh dan tak kenal menyerah mana ada yang tidak mungkin?"
Xuan Wu tertawa mendengar jawaban sinenek yang dianggapnya lucu dan melanjutkan perjalanannya. Baru berjalan sebentar, dia bertemu kembali dengan seorang kakek yang sedang menggali dibatu cadas.
Dengan terheran-heran dia pun bertanya, "Sedang apa kek?"
"Aku sedang menggali batu ini, asal tekun dan tidak kenal putus asa maka aku pasti akan menemukan sumber air di dalamnya."
Xuan Wu termenung memikirkan 2 kejadian ganjil yang baru dlihatnya. Sekonyong-konyong dia tersadar bahwa tak ada hal yang mudah didunia ini, bagaimanapun kita harus tabah dan tidak kenal putus asa kalau mau berhasil.
Dia pun ahirnya memutuskan kembali kegubuknya dan melanjutkan pertapaannya. Agar bisa lebih berkonsentrasi, XuanWu bahkan sampai nekad merobek perutnya dan membuang ginjal serta ususnya supaya tak terusik lagi dengan perasaan haus dan lapar.
Setelah bertapa, bertapa dan bertapa, Xuan Wu akhirnya berhasil mencapai kesempurnaan juga dan dilantik menjadi Dewa. Oleh kaisar langit, 1/3 rohnya itu dianugerahi gelar Hian Tian Siang Tee (XuanTian ShangDi dan diperintahkan untuk melakukan perjalanan ke Utara untuk membasmi siluman-siluman yang mengganggu didunia manusia. Selain itu dia juga diberi pedang 7 bintang (ji xing jian) untuk membantunya menjalankan tugas. Salam kebajikan (Sumber)
Bersambung
Bersambung
Tidak ada komentar:
Write komentar