KEBAJIKAN ( De 德 ) - Dalam kesusastraan Tiongkok klasik kita mengenal "4 Perjalanan" yaitu; Perjalanan ke Barat (Kisah Sun GoKong), Perjalanan ke Timur (Legenda 8 Dewa), Perjalanan ke Utara (hikayat Hian Tian Siang Tee) dan Perjalanan Ke Selatan (Kisah Dewa Hua Guang).
Walaupun tak setenar Sun Go Kong dan Legenda 8 Dewa, namun kisah perjalanan ke Utara memiliki tempat tersendiri dalam sejarah Tiongkok. Siapa itu Hian Tian Siang Tee (玄天上帝 )? Dia adalah Dewa agung dari Utara yang merupakan titisan 1/3 roh kaisar langit dan bertugas memimpin 36 jendral langit membasmi iblis-iblis jahanam.
Suatu ketika, Kaisar Langit sedang melihat-lihat pemandangan didunia, tiba-tiba seberkas sinar menyilaukan menerpa matanya. Sinar itu berasal dari sebuah pohon emas didunia yang tampak sangat indah berkilauan. "Aiih cantiknya pohon itu, alangkah senangya bila aku bisa menanamnya dihalaman istanaku ini. Baiklah pengawal-pengawalku, sekarang cepat kalian turun kebumi untuk mengambil pohon itu, tapi jika ada pemiliknya maka mintalah baik-baik atau kalau perlu belilah berapapun harganya."
Pohon emas itu rupanya milik seorang hartawan bermarga Liu yang karena sudah saking kayanya sehingga dia menolak menjual pohon itu berapapun harganya.
"Dasar manusia pelit! Beraninya dia menolak permintaanku. Hrmmm tapi harus bagaimana ya, biarpun aku adalah kaisar langit, tapi aku tetap terikat hukum alam dan tak boleh merebut milik orang lain seenaknya," Gerutu kaisar kesal.
"Ah atau begini saja, bagaimana kalau aku bereinkarnasi menjadi putra situa bangka itu, dengan begitu otomatis aku akan mewarisi pohonnya."
Kaisar langit girang sekali dengan idenya itu, sehingga tanpa pikir panjang lagi beliau segera menitiskan 1/3 rohnya menjadi putra tuan Liu. 10 tahun kemudian, Liu JangJeng (anak tuan Liu yang merupakan titsan 1/3 roh kaisar langit) sudah tumbuh menjadi anak yang tampan dan menjadi kebanggaan orang tuanya.
Suatu hari dia bertanya pada ayahnya, "Ayah, ayah memiliki banyak sekali barang pusaka, tapi manakah yang paling berharga?"
Dengan bangga, sang ayah kemudian menceritakan tentang pohon emas yang ada dikebun belakang rumah mereka. Liu JangJengpun jadi penasaran mendengarnya dan langsung minta ijin untuk melihatnya.
Sesampainya dikebun, Liu JangJeng terkagum-kagum melihat keindahan pohon emas itu, sampai-sampai dia berlutut dan berdoa didepan pohon yang diyakininya keramat itu. Tanpa diketahui siapapun, didalam pohon itu sebenarnya ada seorang Bodhisatva bernama Dou Bao yang sedang bermeditasi, dia pun kaget setengah mati melihat roh kaisar langit berlutut dihadapannya.
"Cepat bangun Yang Mulia. Aduh bagaimana bila Dewa-dewa yang lain melihat ini, nanti pasti aku yang bakal dimarahi."
Tapi mana bisa Liu mendengar, apalagi melihatnya, dia kan sudah bereinkarnasi menjadi manusia biasa, sehingga dia dengan santainya terus berlutut dan berdoa didepan pohon itu.
Karena bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya, Dou Bao akhirnya terbang ke langit untuk bertanya pada para Dewa. Begitu ditinggal oleh sang Bodhisatva, pohon itu langsung kehilangan kemilaunya, rupanya selama ini pohon itu bersinar karena ditinggali orang suci.
Betapa terkejutnya para Dewa mendengar penuturan Dou Bao, sadarlah mereka bahwa kaisarnya telah tertipu dalam kasus pohon emas itu dan kini harus bersusah payah agar dapat menjadi Dewa kembali.
Kalau dipikir-pikir hal ini memang bukan kesalahan Dou Bao, toh dia pun tak sengaja menipu kaisar langit. Namun begitu, dia tetap merasa bertanggungjawab juga dan bertekad membantu 1/3 roh kaisar langit menjadi Dewa kembali. Dou Bao kemudian merubah dirinya menjadi seorang pendeta Tao dan kembali ke kebun keluarga Liu.
Sementara itu dikediaman Liu, Liu JangJeng menangis sejadi-jadinya karena tiba-tiba saja pohon emasnya berubah menjadi pohon biasa, sekonyong-konyong terdengar seseorang menegurnya dari belakang, "Kenapa menangis nak, apa kau sedih karena pohonmu itu kehilangan sinarnya?".
Liu terkejut melihat seorang Taois berdiri dibelakangnya (padahal jelas-jelas kebun itu dikelilingi tembok yang sangat tinggi dan gerbangnya dikunci rapat), diapun langsung menduga Taois itu sebagai siluman jahat yang telah mencuri kemilau pohonnya sehingga segera menyuruh pengawal untuk menghajarnya.
"Ah! auch! auch! oh oh oh! pukulan kalian benar-benar hebat! Ayo ayo teruskan, teruskan," ejek sipendeta yang justru nampak keenakan dipukuli. Liu JangJeng yang marah berubah takjub ketika melihat kesaktian pendeta dihadapannya, dia pun cepat-cepat berlutut minta maaf dan memohon agar sipendeta mau menjadikannya murid.
"Tentu saja pinto tak akan menolak permintaan ananada, tapi karena ilmu pinto sendiri masih rendah, jadi pinto akan bawa ananda pada teman pinto yang lebih sakti," Katanya lembut seraya menggendong Liu JangJeng terbang menuju kediaman temannya yang bernama MiaoLe TianZun, untuk diajari agama dan ilmu kesaktian.
Beberapa tahun kemudian ketika Liu JangJeng sedang bertapa dihutan, dilihatnya sekawanan hewan berlari-lari ketakutan. "Ada apa ini? Hei kamu, beruang, coba ceritakan apa yang terjadi," tanyanya pada panda.
"Was wes wos" dengan bahasa hewan sipanda menceritakan bahwa mereka sedang menghindari kejaran kaisar Yang Guang dari dinasti Shui yang sedang berburu dihutan itu.
"Baiklah kalau begitu kalian bersembunyi saja digubukku, biar kucoba untuk menasehati kaisar itu," katanya pada para hewan seraya beranjak pergi menemui rombongan kaisar.
Betapa murkanya kaisar Yang Guang melihat seorang bocah ingusan berani menghadang rombongannya dan bahkan berani menasihatinya agar jangan sembarangan membunuh. Kaisar pun menghardiknya, "Dasar pendeta busuk, beraninya kau menasihati kami agar jangan berburu disini! Dunia beserta isinya ini kan milik kami, jadi mau kami bunuh, ya terserah kami dong! Pengawal, cepat penggal saja bocah tak tahu diri ini!"
Tang! Teng! Begitu suara golok para pengawal menebas kepala Liu JangJeng, tapi bukannya kepala pemuda itu yang jatuh ketanah, malah golok mereka yang patah jadi dua. Melihat pendeta didepannya ternyata bukan orang biasa, baginda cepat-cepat turun dari kudanya dan meminta maaf, "Oh maaf, maaf...rupanya mata kami yang rabun sehingga tidak bisa melihat orang sakti seperti pendeta, sebagai permintaan maaf bagaimana kalau pendeta kami jamu diistana?".
Liu jangJeng sebenarnya enggan menerima tawaran itu, karena dia tahu bahwa Yang Guang adalah kaisar yang lalim. Namun setelah dipikir-pikir lagi; alangkah bagusnya bila ia dapat bersahabat dengan sang kaisar agar dapat senantiasa menasehatinya. Akhirnya Liu pun menyetujuinya dan duduk berdampingan dengan kaisar didalam kereta kencana yang membawa mereka keistana.
Sesampainya diistana Liu langsung disambut bak tamu agung dan menjadi pusat perhatian, khususnya bagi para dayang dan selir-selir istana yang terpesona dengan ketampanannya ini. Setelah dijamu besar-besaran dengan sajian mewah khas kekaisaran, Liu pun dipersilahkan untuk beristirahat dikamar kehormatan.
Malamnya pintu kamar Liu diketuk, namun betapa terkejutnya ia karena yang berdiri didepan pintunya ternyata adalah Yang Mulia Permaisuri. Dengan gugup Liu pun berkata, "Maafkan kelancangan pinto, tapi rasanya tidak baik bila Yang Mulia datang kesini malam-malam begini."
"Tak usah khawatir tuan, pengawal-pengawal itu sudah kusuruh pergi. Jadi tidak akan ada yang tahu."
"Tapi pinto tetap merasa tak enak hati...."
"Ah tuan mengapa kau sungkan sekali sih, ketahuilah walaupun aku adalah Permaisuri, namun aku sangat menderita karena setiap hari harus melayani bandot tua yang loyo itu. Sebaliknya kau tuan, aku langsung jatuh cinta pada pandangan pertama denganmu, seolah-olah kita pernah berjodoh dikehidupan sebelumnya. Jadi bagaimana bila malam ini kita menikah dan lari saja."
"Mohon maaf yang mulia, tapi itu tidak mungkin. Pinto adalah seorang pendeta jadi tidak mungkin menikah, apalagi pinto datang kesini atas kemurahan hati baginda, jadi mana bisa pinto menghianatinya."
Sang permaisuri jelas tak puas dengan jawaban itu dan terus merayunya, namun karena terus ditolak akhirnya dia pun mendesah sedih dan berkata, "Oh begitu, kalau begitu memang nasibku yang malang....tapi, setidaknya maukah kau berjanji untuk menikahiku dipenitisan berikutnya?"
Karena merasa tak enak hati dan diam-diam ge'er juga (bagaimanapun Liu JangJeng masih sangat muda dan belum pernah melihat wanita secantik ini). Sang pemuda pun akhirnya menyanggupi permintaan itu.
Baru saja permaisuri meninggalkan kamarnya, tiba-tiba muncullah MiaoLe TianZhun yang langsung menegurnya, "Muridku, apakah yang baru kau bicarakan dengan permaisuri malam-malam begini?"
"Oh eh errrr bukan apa-apa kok, kami cuma ngobrol soal agama saja."
"Bohong! Bukanya tadi kau berjanji akan menikahinya di kehidupan mendatang? Oh muridku, bila kau memang ingin menjadi Dewa bagaimana mungkin kau masih ingin menikahi wanita cantik....itu berarti hatimu belum bersih dan masih dikuasai nafsu! Sia-sialah pertapaanmu selama ini!"
Dengan perkataan MiaoLe itu, maka Liu JangJeng resmi gagal mejadi Dewa dikehidupan ini dan harus mencobanya lagi direinkarnasi berikutnya. Salam kebajikan (Sumber)
Bersambung
Suatu ketika, Kaisar Langit sedang melihat-lihat pemandangan didunia, tiba-tiba seberkas sinar menyilaukan menerpa matanya. Sinar itu berasal dari sebuah pohon emas didunia yang tampak sangat indah berkilauan. "Aiih cantiknya pohon itu, alangkah senangya bila aku bisa menanamnya dihalaman istanaku ini. Baiklah pengawal-pengawalku, sekarang cepat kalian turun kebumi untuk mengambil pohon itu, tapi jika ada pemiliknya maka mintalah baik-baik atau kalau perlu belilah berapapun harganya."
Pohon emas itu rupanya milik seorang hartawan bermarga Liu yang karena sudah saking kayanya sehingga dia menolak menjual pohon itu berapapun harganya.
"Dasar manusia pelit! Beraninya dia menolak permintaanku. Hrmmm tapi harus bagaimana ya, biarpun aku adalah kaisar langit, tapi aku tetap terikat hukum alam dan tak boleh merebut milik orang lain seenaknya," Gerutu kaisar kesal.
"Ah atau begini saja, bagaimana kalau aku bereinkarnasi menjadi putra situa bangka itu, dengan begitu otomatis aku akan mewarisi pohonnya."
Kaisar langit girang sekali dengan idenya itu, sehingga tanpa pikir panjang lagi beliau segera menitiskan 1/3 rohnya menjadi putra tuan Liu. 10 tahun kemudian, Liu JangJeng (anak tuan Liu yang merupakan titsan 1/3 roh kaisar langit) sudah tumbuh menjadi anak yang tampan dan menjadi kebanggaan orang tuanya.
Suatu hari dia bertanya pada ayahnya, "Ayah, ayah memiliki banyak sekali barang pusaka, tapi manakah yang paling berharga?"
Dengan bangga, sang ayah kemudian menceritakan tentang pohon emas yang ada dikebun belakang rumah mereka. Liu JangJengpun jadi penasaran mendengarnya dan langsung minta ijin untuk melihatnya.
Sesampainya dikebun, Liu JangJeng terkagum-kagum melihat keindahan pohon emas itu, sampai-sampai dia berlutut dan berdoa didepan pohon yang diyakininya keramat itu. Tanpa diketahui siapapun, didalam pohon itu sebenarnya ada seorang Bodhisatva bernama Dou Bao yang sedang bermeditasi, dia pun kaget setengah mati melihat roh kaisar langit berlutut dihadapannya.
"Cepat bangun Yang Mulia. Aduh bagaimana bila Dewa-dewa yang lain melihat ini, nanti pasti aku yang bakal dimarahi."
Tapi mana bisa Liu mendengar, apalagi melihatnya, dia kan sudah bereinkarnasi menjadi manusia biasa, sehingga dia dengan santainya terus berlutut dan berdoa didepan pohon itu.
Karena bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya, Dou Bao akhirnya terbang ke langit untuk bertanya pada para Dewa. Begitu ditinggal oleh sang Bodhisatva, pohon itu langsung kehilangan kemilaunya, rupanya selama ini pohon itu bersinar karena ditinggali orang suci.
Betapa terkejutnya para Dewa mendengar penuturan Dou Bao, sadarlah mereka bahwa kaisarnya telah tertipu dalam kasus pohon emas itu dan kini harus bersusah payah agar dapat menjadi Dewa kembali.
Kalau dipikir-pikir hal ini memang bukan kesalahan Dou Bao, toh dia pun tak sengaja menipu kaisar langit. Namun begitu, dia tetap merasa bertanggungjawab juga dan bertekad membantu 1/3 roh kaisar langit menjadi Dewa kembali. Dou Bao kemudian merubah dirinya menjadi seorang pendeta Tao dan kembali ke kebun keluarga Liu.
Sementara itu dikediaman Liu, Liu JangJeng menangis sejadi-jadinya karena tiba-tiba saja pohon emasnya berubah menjadi pohon biasa, sekonyong-konyong terdengar seseorang menegurnya dari belakang, "Kenapa menangis nak, apa kau sedih karena pohonmu itu kehilangan sinarnya?".
Liu terkejut melihat seorang Taois berdiri dibelakangnya (padahal jelas-jelas kebun itu dikelilingi tembok yang sangat tinggi dan gerbangnya dikunci rapat), diapun langsung menduga Taois itu sebagai siluman jahat yang telah mencuri kemilau pohonnya sehingga segera menyuruh pengawal untuk menghajarnya.
"Ah! auch! auch! oh oh oh! pukulan kalian benar-benar hebat! Ayo ayo teruskan, teruskan," ejek sipendeta yang justru nampak keenakan dipukuli. Liu JangJeng yang marah berubah takjub ketika melihat kesaktian pendeta dihadapannya, dia pun cepat-cepat berlutut minta maaf dan memohon agar sipendeta mau menjadikannya murid.
"Tentu saja pinto tak akan menolak permintaan ananada, tapi karena ilmu pinto sendiri masih rendah, jadi pinto akan bawa ananda pada teman pinto yang lebih sakti," Katanya lembut seraya menggendong Liu JangJeng terbang menuju kediaman temannya yang bernama MiaoLe TianZun, untuk diajari agama dan ilmu kesaktian.
Beberapa tahun kemudian ketika Liu JangJeng sedang bertapa dihutan, dilihatnya sekawanan hewan berlari-lari ketakutan. "Ada apa ini? Hei kamu, beruang, coba ceritakan apa yang terjadi," tanyanya pada panda.
"Was wes wos" dengan bahasa hewan sipanda menceritakan bahwa mereka sedang menghindari kejaran kaisar Yang Guang dari dinasti Shui yang sedang berburu dihutan itu.
"Baiklah kalau begitu kalian bersembunyi saja digubukku, biar kucoba untuk menasehati kaisar itu," katanya pada para hewan seraya beranjak pergi menemui rombongan kaisar.
Betapa murkanya kaisar Yang Guang melihat seorang bocah ingusan berani menghadang rombongannya dan bahkan berani menasihatinya agar jangan sembarangan membunuh. Kaisar pun menghardiknya, "Dasar pendeta busuk, beraninya kau menasihati kami agar jangan berburu disini! Dunia beserta isinya ini kan milik kami, jadi mau kami bunuh, ya terserah kami dong! Pengawal, cepat penggal saja bocah tak tahu diri ini!"
Tang! Teng! Begitu suara golok para pengawal menebas kepala Liu JangJeng, tapi bukannya kepala pemuda itu yang jatuh ketanah, malah golok mereka yang patah jadi dua. Melihat pendeta didepannya ternyata bukan orang biasa, baginda cepat-cepat turun dari kudanya dan meminta maaf, "Oh maaf, maaf...rupanya mata kami yang rabun sehingga tidak bisa melihat orang sakti seperti pendeta, sebagai permintaan maaf bagaimana kalau pendeta kami jamu diistana?".
Liu jangJeng sebenarnya enggan menerima tawaran itu, karena dia tahu bahwa Yang Guang adalah kaisar yang lalim. Namun setelah dipikir-pikir lagi; alangkah bagusnya bila ia dapat bersahabat dengan sang kaisar agar dapat senantiasa menasehatinya. Akhirnya Liu pun menyetujuinya dan duduk berdampingan dengan kaisar didalam kereta kencana yang membawa mereka keistana.
Sesampainya diistana Liu langsung disambut bak tamu agung dan menjadi pusat perhatian, khususnya bagi para dayang dan selir-selir istana yang terpesona dengan ketampanannya ini. Setelah dijamu besar-besaran dengan sajian mewah khas kekaisaran, Liu pun dipersilahkan untuk beristirahat dikamar kehormatan.
Malamnya pintu kamar Liu diketuk, namun betapa terkejutnya ia karena yang berdiri didepan pintunya ternyata adalah Yang Mulia Permaisuri. Dengan gugup Liu pun berkata, "Maafkan kelancangan pinto, tapi rasanya tidak baik bila Yang Mulia datang kesini malam-malam begini."
"Tak usah khawatir tuan, pengawal-pengawal itu sudah kusuruh pergi. Jadi tidak akan ada yang tahu."
"Tapi pinto tetap merasa tak enak hati...."
"Ah tuan mengapa kau sungkan sekali sih, ketahuilah walaupun aku adalah Permaisuri, namun aku sangat menderita karena setiap hari harus melayani bandot tua yang loyo itu. Sebaliknya kau tuan, aku langsung jatuh cinta pada pandangan pertama denganmu, seolah-olah kita pernah berjodoh dikehidupan sebelumnya. Jadi bagaimana bila malam ini kita menikah dan lari saja."
"Mohon maaf yang mulia, tapi itu tidak mungkin. Pinto adalah seorang pendeta jadi tidak mungkin menikah, apalagi pinto datang kesini atas kemurahan hati baginda, jadi mana bisa pinto menghianatinya."
Sang permaisuri jelas tak puas dengan jawaban itu dan terus merayunya, namun karena terus ditolak akhirnya dia pun mendesah sedih dan berkata, "Oh begitu, kalau begitu memang nasibku yang malang....tapi, setidaknya maukah kau berjanji untuk menikahiku dipenitisan berikutnya?"
Karena merasa tak enak hati dan diam-diam ge'er juga (bagaimanapun Liu JangJeng masih sangat muda dan belum pernah melihat wanita secantik ini). Sang pemuda pun akhirnya menyanggupi permintaan itu.
Baru saja permaisuri meninggalkan kamarnya, tiba-tiba muncullah MiaoLe TianZhun yang langsung menegurnya, "Muridku, apakah yang baru kau bicarakan dengan permaisuri malam-malam begini?"
"Oh eh errrr bukan apa-apa kok, kami cuma ngobrol soal agama saja."
"Bohong! Bukanya tadi kau berjanji akan menikahinya di kehidupan mendatang? Oh muridku, bila kau memang ingin menjadi Dewa bagaimana mungkin kau masih ingin menikahi wanita cantik....itu berarti hatimu belum bersih dan masih dikuasai nafsu! Sia-sialah pertapaanmu selama ini!"
Dengan perkataan MiaoLe itu, maka Liu JangJeng resmi gagal mejadi Dewa dikehidupan ini dan harus mencobanya lagi direinkarnasi berikutnya. Salam kebajikan (Sumber)
Bersambung
Tidak ada komentar:
Write komentar