|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Selasa, 22 Maret 2011

Pejabat Bijak, Negara Dan Rakyat makmur

 

Manusia berasal dari langit, seperti halnya aturan masyarakat. Perbuatan mengikuti perintah Tuhan sangat penting bagi orang Tiongkok. 

Mereka hidup dengan prinsip-prinsip ini. Ketika berprilaku bajik, negara damai dan rakyat akan hidup tenteram. Ketika berbuat jahat, akan ada kekeringan, banjir, bencana alam lainnya, dan akan sulit bagi orang untuk mencari nafkah.
Ada banyak contoh dari masa lalu yang sesuai prinsip ini. Berikut adalah dua cerita dari "Catatan sejarah Sebab-Akibat."

Pada masa dinasti Song, ketika Liu Chang diangkat menjadi Gubernur Daerah Chanzhou, wilayahnya sedang mengalami kekeringan hebat, hama belalang, dan bencana lainnya. Setelah Liu Chang menjabat, ia segera melihat persoalan moral dan kepalsuan dibalik semua cobaan. Hukum ditegakkan. Kemudian ia memberi teladan dengan berprilaku sesuai kebajikan surgawi dalam melaksanakan hukuman. Secara bertahap, orang-orang mulai berprilaku jujur.

Seorang pengelana saat melewati Shouzhang kehilangan tas uangnya. Beberapa penduduk lokal menemukan tas tersebut dan membawanya ke lurah setempat. Ketika pengelana kembali untuk mencari tas uangnya yang hilang, dengan segera dikembalikan kepadanya. 

Pada kesempatan lain, seseorang ketinggalan beberapa barang, tapi tidak kembali sampai hari berikutnya. Sampai beberapa saat ia kembali, barang itu masih berada di tempatnya semula.

Pemerintah pusat menghormati Liu Chang dan masyarakat memujinya. Selang beberapa waktu, akhirnya hujan turun dan hama belalang menghilang. Meskipun belalang menyerbu daerah tetangga, namun mereka tidak menyerbu wilayah Danzhou. ( Biografi Liu Chang, Sejarah Dinasti Song )

Wang Zhang hidup pada Dinasti Ming. Ayahnya meninggal ketika ia masih kecil. Dengan bimbingan ibunya, ia belajar dengan tekun. Setelah ia diangkat menjadi Gubernur Daerah Zhuji, ibunya masih tetap mengawasinya. 

Suatu ketika dia pulang larut malam setelah pesta perpisahan seorang temannya. Ibunya menyuruh berlutut dan kemudian dia memukulnya. Dia berkata, "Bukankah Anda ditunjuk menjadi gubernur untuk mengelola wilayah ini, bukan berpesta dan menikmati makanan enak serta minum alkohol?" Wang Zhang sangat malu dan setelah berlutut ia tidak berani mengangkat kepalanya.

Selama enam bulan ia memerintah, warga setempat bahagia dan semua tindakannya terbuka. Masyarakat hidup tenteram. Ketika pemerintah pusat menunjuk dia menduduki jabatan di daerah Ji, rakyat Kabupaten Zhuji tidak mengijinkan dia pergi. Tetapi orang-orang daerah Jin telah menunggunya untuk menjabat disana. Kemudian, ia dipromosikan untuk menjadi jaksa negara. Suatu kali ia pergi ke Provinsi Gansu untuk inspeksi. Gansu sedang mengalami kekeringan yang serius.

Dia menulis catatan dan berdoa kepada Buddha, "Kalau saya jaksa negara korup atau jika saya telah melakukan sesuatu yang merugikan daerah dan orang-orangnya, silahkan menghukum saya. Tapi tolong memberkati rakyat dan melindungi mereka dari bencana ini! " Kemudian ia membakar kertas. 

Segera setelah itu, ada hujan badai. Sepanjang sejarah, semua orang bijaksana hidup sesuai surgawi. Mereka menanam kebajikan, menjalani kehidupan yang saleh, dan memegang kebajikan surga di dalam hati mereka.

Selama masa dinasti Ming, ada seorang pria bernama Zhang Weiyan dari provinsi Jiangsu. Dia adalah seorang penulis yang terampil dan cukup terkenal. Pada tahun Jiawu, Dia mengikuti ujian di pengadilan tapi gagal. Sambil berdiri ditempat pengumuman dia memaki-maki para hakim yang mengeluarkan hasil ujian itu, merasa para hakim tidak bisa mengenali mereka yang memiliki bakat.

Bersamaan saat itu, ada seorang Pendeta Tao lewat dan mendengarnya. Sambil tersenyum Dia berkata, “ Saya bisa memastikan bahwa tulisan Anda sangatlah buruk.” 

Mendengar itu, Zhang kemudian melampiaskan kemarahannya pada Pendeta Tao. “ Mengapa menertawakan tulisanku, Anda belum membacanya bagaimana bisa tahu kalau itu buruk? “ 

Pendeta Tao Menjawab, “ Kunci untuk menulis adalah hati harus tenang dan terus menjaganya untuk tetap tenang. Sekarang Anda memaki-maki Hakim dan sangat marah, bagaimana bisa menghasikan karya yang baik? “ 

Zhang sangat terkejut dan menyadari kesalahannya, akhirnya dia meminta bantuan kepada Pendeta Tao itu.

Tulisan tentu harus baik, tapi jika ditakdirkan untuk gagal, keterampilan sebaik apapun tidak akan membantu Anda, Jalan terbaik adalah mengubah sikap dan perilaku,” jelas Pendeta Tao. 

Zhang bertanya, “ Bagaimana cara untuk mengubahnya? ” 

Pendeta Tao menjawab, “ Jika mengikuti ajaran Sang Pencipta dan melakukan perbuatan baik, apa yang tidak bisa Anda dapatkan? “ 

Zhang sambil mendesah berkata, “Saya hanya seorang sarjana miskin. Dimana bisa menemukan cukup uang untuk melakukan perbuatan baik?

Pendeta Tao menjawab, “Jadilah orang yang penuh belas kasih dan mengultivasi sifat baik, Hal yang paling penting adalah hati. Setiap saat menanamkan kebaikan dalam hati. Rendah hati dan selalu siap membantu orang lain dengan hati yang benar-benar tulus. Ikuti ajaran Tuhan, orang tidak perlu uang untuk melakukan perbuatan baik. Mengapa tidak sebaiknya intropeksi diri daripada memaki hakim tersebut.” 

Zhang Weiyan mengerti, sambil mengucapkan terima kasih lalu dia pergi.

Sejak saat itu Zhang Weiyan sangat baik pada semua orang dan ketat mematut dirinya. Berkultivasi kebaikan dan menjadi orang yang bermoral tinggi. Dia mendirikan sekolah, menghimbau penduduk untuk bersekolah. Mengajar tiap orang tidak melakukan perbuatan menyimpang dan melakukan perbuatan baik tak peduli betapa kecil situasinya. Dia sangat dipuji oleh penduduk.

Tiga tahun berlalu, suatu hari Zhang Weiyan bermimpi memasuki sebuah rumah besar. Ada sebuah buku, di dalam buku tersebut ada daftar nama dan halaman kosong. Dia bertanya pada orang didekatnya mengenai buku tersebut. Orang itu menjawab,” Dalam buku ini ada daftar nama-nama yang diterima pada musim gugur ini. 

Jika nama muncul dan orang tersebut tidak melakukan kesalahan, namanya akan tetap disimpan. Halaman kosong adalah mereka yang terhapus namanya karena mereka telah melakukan kesalahan. Nama Anda telah tersimpan di buku ini karena tiga tahun terakhir ini Anda baik terhadap semua orang.”

Tahun itu Zhang Weiyan lulus ujian pengadilan. Dia tetap rendah hati, membantu orang yang membutuhkan dan terus mengultivasi hati dengan prinsip-prinsip langit.

Tidak ada komentar:
Write komentar