|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Senin, 23 Mei 2011

Menjaga Pantangan Berzinah Dengan Istri Orang

 

Di dunia ini adakah orang yang rela melihat istri nya sendiri dinodai oleh orang lain ? pepatah mengatakan, “Menodai istri orang lain, maka istri sendiri juga akan dinodai oleh orang lain”.

Cerita 1, Bertobat untuk memohon anak

Didaerah San Tung ada seorang yang bernama Ku Jen. Dia telah berusia lima puluh tahun, namun masih belum mempunyai keturunan. Maka bersama istrinya, dia sering pergi kekuil Dewi Kelahiran untuk bersembahyang dan memohon diberi keturunan.
Pada suatu malam dia bermimpi, seorang diri berjalan menuju ke sebuah kuil yang bernama “Kuil Kelahiran”. Melihat itu, hatinya merasa amat gembira dan langsung memasuki kuil untuk memohon kepada Dewa agar memberinya seorang anak.

Pada saat itu dia melihat Dewa dengan membawa buku pahala dan dosa, datang padanya dan berkata, “Kamu dulu pernah berzinah dengan istri orang lain. Maka dari itu, langit menghukum dirimu, jadi permohonanmu tidak dapat dikabulkan”. Ku Jen menjadi sedih, lalu memohon lagi, “Waktu dulu hamba dikarenakan bodoh dan tidak sadar, maka bisa membuat kesalahan besar itu, mohon Dewa berwelas asih memberi hamba kesempatan untuk menghapus segala dosa-dosa hamba”.

Kalau kamu dengan setulus hati ingin bertobat dan berniat untuk memperbaiki kesalahanmu, kamu haruslah terlebih dahulu menasehati lebih dari sepuluh orang untuk tidak melanggar susila dan tidak melakukan perbuatan zinah. Dengan begitu barulah bisa menghapus segala dosa-dosamu yang lalu. Kalau seandainya dapat menasehati lebih banyak orang lagi, barulah dapat memberikan keturunan kepada mu”.

Ku Jen setelah sadar dari mimpi itu, dia merasa menyesal dan langsung menetapkan hatinya untuk segera bertobat dan tidak mengulangi lagi kesalahan yang lalu itu. Mulai saat itu juga, dia dengan sekuat tenaga menasehati umat dan telah berhasil menuntun tidak sedikit orang, dan juga menyumbang uang untuk mencetak kitab suci pantang berzinah untuk disebarkan kesegala tempat, lalu senantiasa berbuat baik, dimanapun dia berada. Dan sampai-sampai daerah yang kumuh dan terpencil juga mengetahui kebaikan nya, sungguh tak terhitung banyak nya perbuatan baik dia.

TUHAN akhirnya memberinya tiga putra, yang semua nya dalam usia muda berhasil lulus ujian Negara dan menjadi terkenal. Ku Jen akhirnya dapat hidup sampai usia 90 tahun, dan dengan matanya sendiri dapat melihat semua anak cucu nya hidup dalam keberuntungan dan kejayaan. Ini semua dikarenakan, dia dapat dengan tulus hati bertobat dan tidak mengulagi kesalahan yang dulu, sehingga jasa pahalanya tidak terhingga. Sebaliknya apabila Ku Jen pada saat itu tidak segera bertobat, ditakutkan, dia akan melewati sisa-sisa hidup dengan sangat menderita.

Tuang Chiu Yong Ik bersyair memuji Ku Jen :

“Sekali salah dua kali salah cepatlah merubahnya, 
 Tiga kali empat kali jangan lah melakukan nya, 
 Dengan tulus bertobat, adalah pahala yang amat mulia,
 Menjalankan dengan tulus hati, akan selalu dilindungi, 
 Mencetak buku suci untuk menasehati umat manusia, 
 Rakyat hidup baik dan aman, Negara menjadi sentosa, 
 Di saat ajal tiba, wajah penuh dengan senyum damai,
 Hal yang baik ini jarang sekali terjadi di dunia ini.” 

Cerita 2, Merampas istri orang

Di provinsi San Tung, tepat nya dikota Lik, hiduplah seorang pedagang. Ada satu kali dia merasa tertarik dengan seorang nyonya muda yang berparas cantik, lalu dengan segala cara dan rayuan, dia berhasil menipu nyonya muda itu untuk pulang bersama kerumahnya.

Sesampai dirumah, barulah diketahui bahwa istrinya juga telah pergi dengan pria lain. Namun pedagang LI masih dengan bangga mengatakan, “Untung saya ada membawa pulang nyonya muda ini, kalau tidak, bukankah aku akan menjadi seorang duda ?” Kemudian, ada tetangga yang memberitahu tanggal berapa istrinya pergi, lalu pedagang Li berpikir dalam hati dan ternyata waktunya persis disaat dia juga sedang merayu nyonya muda itu. Bukan kah didunia ini ada hukum karma yang begitu tepat ?

Setelah masalah lewat tidak lama, nyonya muda yang hanya ingin hidup mewah itu, mana rela hidup mengikuti pedagang Li turun kesawah untuk melakukan pekerjaan yang berat, lalu dia pun berselingkuh dan pergi dengan seorang pemuda lainnya. Tidak lama kemudian datang lah suami terdahulu nyonya muda itu untuk mencari berita, dan diketahui pedagang LI lah yang menipu istri nya itu.

Lalu pergi melabraknya dan menuduh bahwa pedagang LI telah tergoda dan merayu istrinya. Pedagang Li tahu bahwa orang itu tidak punya bukti, maka dia pun bersikeras untuk tidak mengakuinya, sehingga orang itu pun tak bisa berbuat apa-apa.

Kebetulan didekat sana ada sebuah kuil Kwan Kong yang kabarnya sangat jitu. Orang itu pun pergi kekuil untuk memohon petunjukNya. Buddha Kwan Kong menggerakkan pena penulis diatas pasir dengan sebuah sajak, 
“Mimpi sepasang angsa yang berbahagia, 
 Ingatkah bahwa sang istri sudah mempunya suami ?, 
 Hari ini bertemu muka haruslah dengan senyuman,
 Membuktikan semua kejadian adalah sama saja”.

Setelah melihat sajak itu, warna mukanya langsung berubah dan bergegas meninggalkan kuil itu dengan perasaan malu. Orang-orang disamping ada yang mengatakan bahwa, “Rupanya istrinya itu juga merupakan istri orang lain yang dirampasnya”.

Cerita 3, Di wilayah Se Thou, pernah ada sebuah cerita.

Pada suatu hari ada seorang janda muda yang enggan disebut namanya, berselingkuh dengan seorang pemuda dan malahan menikah dengan nya. Mereka berdua pergi kekuil untuk meminta petunjuk dari Dewa. Dan tidak lama kemudian sang Dewa pun menggerakkan pena memberi petunjuk, 
“Pagi ini nyonya siluman datang ke kuil saya, 
  Masalah begini malah berani di besar-besarkan, 
  Sungguh kasihan anda tak mengerti rasa tahu malu, 
 Dewa Buddha-pun tertawa hingga usus-Nya putus.”

Janda muda ini mengenal huruf, setelah melihat sajak ini wajah dan telinga pun menjadi merah, lalu dengan tergesa-gesa pergi sambil menutupi wajah nya.

Cerita 4, Ada sepasang suami istri. 

Oleh karena sang istri akan segera melahirkan, maka mengundang adik iparnya yang perempuan datang untuk membantu pekerjaan rumah. Adik ipar ini adalah seorang wanita yang berparas cantik, sehingga membuat sang suami tertarik hatinya dan bahkan berniat selingkuh dengannya. Dan selang beberapa hari kemudian, mereka sudah melakukan nya. Sang suami ini malah menghadiahkan satu jepitan rambut emas kepada adik iparnya itu.

Pada suatu hari, sang adik ipar ini kehilangan jepitan rambut yang didapatnya secara memalukan itu. Karena tidak menemukan-nya maka dia pergi ke kuil untuk memohon petunjuk dari Dewa. Sang Dewa lalu memberikan jawaban yang sebagai berikut :
“Sungguh kasihan……………., 
  sungguh kasihan…………., 
 Adik kecil berani berselingkuh dengan kakak ipar, 
 Dibalik kelambu sutra terjadi awan dan hujan, 
 Jepitan rambut emas yang hilang berada disisi bantal”.

Karena buta huruf, maka dia meminta orang lain untuk membaca baginya. Namun orang-orang dikuil tidak bersedia, hanya menyarankan untuk disalin dan dibawa pulang kerumah. Sesampainya dirumah, salinan itu diserahkan ke paman kakek nya yang ke-2. begitu selesai membaca, paman kakeknya menjadi marah dan berkata, “Kamu budak tidak tahu malu, apakah tidak takut ditertawakan orang ?”Paman kakeknya juga memberi penjelasan lanjut kepadanya. Selanjutnya dia terpukul sampai babak belur oleh ayahnya dan yang paling kasihan adalah dia seumur hidup kesepian seorang diri.


Di dunia ini, ada orang tidak percaya akan adanya Dewa dan setan. Mereka sering mengatakan bahwa para Buddha, Dewa serta roh yang tidak berwujud itu adalah palsu adanya dan langit juga tidak memiliki mata. Sehingga mereka berani berbuat dengan sesuka hatinya, tanpa rasa takut sedikitpun. Ada sebagian orang, setelah berbuat hal yang tidak bermoral, mengira bahwa para Dewa dan setan tidak mengetahuinya, hanya dirinya sendiri yang tahu saja. Namun kalau cerita-cerita diatas, hanya dengan memohon petunjuk Dewa, maka semua tertulis dengan jelas dan tepat.

“Tiga inci diatas kepala kita ada Dewa pengawas”. Masih dapatkah kita mengelabui orang lain ? Peribahasa mengatakan dengan baik, “Mata langit amatlah luas dan cermat, tiada apapun yang tidak diketahui-Nya”. Mata para Dewa amat terang dan cepat laksana kiltaan seberkas sinar, bagaikan terang nya sinar matahari dan rembulan, tiada yang tidak diteranginya, tiada yang terlewatkan olehnya dan tiada yang tidak diketahuinya. Berbuat hal jahat ditempat gelap dapatkah mengelabui-Nya?

Cerita 5, Jembatan Menolong Adik Ipar

Dahulu hidup seorang istri setia bermarga Lien. Suatu hari adik iparnya sedang sekarat dipembaringan, dan kebetulan suaminya tidak berada dirumah, sehingga tidak ada orang yang menjaganya. Dia ingin mengundang seorang tabib untuk datang mengobati adik iparnya, namun sang tabib tidak bersedia datang dengan alasan transportasi yang sulit. Sebagai kakak ipar, dia merasa tidak tega, lalu dia segera membopong sang adik ipar dan menyeberangi sungai untuk pergi berobat kedokter. Dan berhasil menyelamatkan jiwa sang adik ipar. Dan kemudian hari untuk mengenang semangatnya, maka diatas sungai itu dibangun sebuah jembatan yang diberi nama “Jembatan Menolong Adik Ipar”.

Pada suatu hari didaerah itu datang seorang pejabat baru, disaat melewati jembatan itu dan melihat nama yang tertera diatasnya, dia lalu membuat sajak untuk menertawakan nya,
“Menolong adik ipar, mengapa tidak menolong suami, 
  Walau ada kesetiaan, namun tidak menjaga kesucian, 
  Meskipun meminum habis air disungai Chang Ciang, 
  Juga tidak dapat membersihkan hati kotor ini.”

Dilain hari, Lien melihat sajak tertulis dijembatan itu, apalagi diketahui yang membuat adalah pejabat Lin ditempat itu, dalam hati merasa marah dan juga membuat sebuah sajak untuk membalasnya,
“Tanpa sebab, 
  mengapa harus menolong suami “, 
  Mana ada orang yang tidak menolong disaat bahaya, 
  Hatiku bersih bagaikan air disungai Chang Ciang, 
  Sungguh benci, pejabat mencemarkan nama baikku”.

Tidak lama kemudian, pejabat Lin mengetahui masalah ini dan menyadari kesalahannya. Sehingga memuji nyonya Lien sebagai istri yang menjaga kesucian dan juga sebagai seorang wanita yang berkepandaian tinggi. Lalu mengundang nyonya Lien minum bersama untuk membersihkan namanya. Kejadian ini lalu menjadi satu cerita teladan yang baik.

Tidak ada komentar:
Write komentar