|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Minggu, 08 Mei 2011

Sima Guang ( 司馬光 ) Penjunjung Kejujuran

 

Negeri Tiongkok pernah melahirkan sejarawan dan penulis yang sangat baik, bernama SI MA GUANG. Ia penah menulis sebuah buku yang sangat ternama pada zaman Tiongkok Kuno, berjudul “ZI ZHI TONG JIAN”. 

Buku itu banyak membantu perkembangan Negeri Tiongkok sampai beberapa generasi dari saat dia hidup. Pada waktu kecil, ayahnya pernah menyuruhnya menjalankan tugas membersihkan dan membereskan rumah. 
 
Ia melakukan tanggung jawab itu bersama adiknya yang bernama SI MA YI. Terkadang orangtuanya juga menyuruh mereka mengupas kulit kacang tanah. Siapa yang bisa mengupas lebih cepat dan lebih banyak, maka dia akan diberi imbalan yang pantas dan sesuai.

SI MA GUANG sudah berusaha semaksimal mungkin dalam mengupas kulit kacang, tetapi tetap saja kalah jauh dari SI MA YI.   Pada waktu itu YA HUAN MEI menghampirinya dan menyaksikannya sedang gelisah karena tidak juga bisa mengupas kacang dengan cepat. YA HUAN MEI memberikan saran, “Saya punya cara yang sangat jitu dalam mengupas kulit kacang. Hanya butuh waktu sekejap maka kami pasti bisa mengupas semua kacang ini dan pasti akan lebih cepat dari SI MA YI !”  Setelah berkata demikian, YA HUAN MEI memberitahukan cara yang dimaksudkannya.

Berbekal cara yang diajarkan oleh YA HUAN MEI, SI MA GUANG mengupas semua kulit kacang tersebut dengan sangat cepat.   Sesuai yang diharapkannya, ia dengan muka penuh senyum memberikan hasilnya kepada ayahnya.   Kini, SI MA YI yang menjadi gelisah karena masih banyak sekali kacang yang harus dikupasnya. Namun diluar perkiraan, sang ayah sama sekali tidak melontarkan pujian kepada SI MA GUANG.

Ayahnya bahkan menyuruhnya untuk memberitahukan kepada SI MA YI bagaimana caranya mengupas kulit kacang tersebut sehingga bisa sangat cepat. Lalu, didepan ayahnya, ia memberitahukan metode mengupas kulit kacang yang sangat cepat tersebut, “Masukkan semua kacang ini ke dalam air panas yang mendidih, rendam sebentar saja dan kemudian kupaslah, hasilnya akan sangat cepat sekali.”
Lalu ayahnya bertanya, “Apakah cara yang baik ini kamu pikirkan sendiri ?”

Dengan ragu-ragu SI MA GUANG menganggukkan kepala tanda membenarkan. Namun, tampak sekali ada sesuatu yang disembunyikannya. Karena itu, ayahnya menunjukkan sikap kecewa dan tanpa bicara sepatah kata pun, menyuruh kedua anaknya untuk meninggalkannya sendirian di ruangan itu. Setiba di kamarnya, SI MA GUANG terus bimbang apakah harus memberitahukan bahwa cara itu sebenarnya bukan hasil pikirannya sendiri, melainkan karena diajarkan oleh YA HUAN MEI.

Setelah cukup lama gelisah dan bergumul, SI MA GUANG akhirnya menemui ayahnya. Di depan ayahnya ia mengaku bahwa ia telah berbohong, memberitahukan bahwa semua itu diajarkan oleh YA HUAN MEI, bukan hasil pikirannya sendiri. Ayahnya tersenyum gembira, namun tetap dengan tegas mengajarkan kepadanya, “Kejujuran adalah hal yang paling dibutuhkan untuk hidupmu dan orang-orang disekitarmu. Jika dari kecil kamu belajar membohongi hati nuranimu sendiri, ketika besar hati nuranimu sudah kebal akan semua peringatan yang kamu terima. Kamu bahkan akan jadi orang yang tidak ragu-ragu dalam membuat orang lain dan dirimu susah.”

Setelah itu, ayahnya pun menjelaskan semuanya kepada anaknya. Ternyata, YA HUAN MEI disuruh oleh ayahnya sendiri untuk memberitahukan cara tersebut untuk menguji kejujuran anaknya. Pelajaran berharga ini terus diingat olehnya. Karena itu, waktu ia sudah dewasa dan punya kedudukan yang baik, ia menjuluki dirinya, “Penjunjung Kejujuran”. Ia juga menggunakan cara yang digunakan oleh ayahnya dengan mengutus orang-orang khusus untuk menguji kejujuran bawahannya.

Didiklah seorang anak sedari dini, untuk bersikap dan berkata jujur, dengan cara menjadi teladan yang baik soal kejujuran. Kejujuran makin lama makin langka dalam hidup bermasyarakat, karena semuanya lebih mengedepankan kepentingan diri sendiri. Menguji seseorang apakah ia jujur atau tidak, terkadang merupakan cara yang bijak, supaya bisa mengetahui sebenarnya bagaimana sikap orang yang sedang kita pimpin.

Tidak ada komentar:
Write komentar