Desa Daoshifu adalah salah satu desa yang bersejarah lama di Daerah Xisai, Kota Huangshi, Provinsi Hubei,bagian tengah Tiongkok.
Desa Fudaoshi terkenal dengan Festival Xisai Shenzhouhui atau Festival Perahu Xisai yang digelar sebelum atau sesudah Hari Peh Cun yang jatuh pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek.
Festival Perahu Xisai diadakan penduduk setempat untuk memohon berkat kesehatan dan kebahagiaan. Konon adat istiadat itu dimulai pada 2.500 tahun lalu untuk memperingati penyair patriotik
Qu Yuan yang terjun ke Sungai Miluo setelah Negara Chu tempat dia bergabung diduduki negara lain. "Festival Perahu Xisai sungguh ramai sekali, lebih ramai daripada perayaan Tahun Baru Imlek. Saya dan keluarga setiap tahun datang ke sini untuk menyaksikan perayaan festival ini."
Untuk merayakan Festival Perahu Xisai, perlu dibuat sebuah perahu yang unik, dinamakan penduduk setempat sebagai "perahu naga", dengan panjang kurang lebih 7 meter dan lebar 2 meter. Di perahu setinggi 5 meter itu akan dipasang pula paviliun dan 108 patung Dewa Gunung.
Menurut perkenalan, badan perahu terutama terbuat dari bilah dan tepas bambu, terkecuali dasarnya yang terbuat dari papan kayu. Katanya, teknik pembuatan hidung dan ekor perahu paling rumit. Misalnya untuk hidung perahu diperlukan 108 bilah bambu yang berselang-seling.
Setelah selesai dibangun, "perahu naga" itu akan diresmikan dalam suatu upacara ritual sebelum dilepaskan ke sungai untuk melakukan penjelajahan, yang sekaligus klimaks perayaan hari raya yang sudah berlangsung selama 40 hari. Nyonya Zhou Lusheng adalah salah seorang peserta kegiatan penjelajahan "perahu naga".
Ia mengatakan, "Hari pelepasan 'perahu naga' adalah puncak perayaan Festival Perahu Xisai'. Pada hari itu, penduduk setempat akan mengenakan pakaian yang paling bagus dan paling bersih untuk menyaksikan upacara yang khidmat."
Sebelum perahu dilepas ke sungai, perahu pertama-tama diusung penduduk untuk melakukan perjalanan keliling di desa. Menurut adat setempat, "perahu naga" akan melewati setiap keluarga untuk memberkati anggota keluarganya.
Sedangkan setiap keluarga juga akan memasang meja di depan pintunya untuk dipajang lilin dan dupa, bahkan memasang petasan, dengan harapan perahu sakti itu bisa membawa pergi wabah dan bencana. Beras dan teh juga ditaburkan ke perahu sebagai ucapan terima kasih kepada Qu Yuan yang memberikan segala sesuatunya kepada rakyat.
Pesta pelepasan "perahu naga" khusus jatuh pada tanggal 18 bulan 5 penanggalan Imlek. Konon, tanggal 18 bulan 5 adalah hari di mana jenazah Qu Yuan melewati sektor sungai sekitar Desa Fudaoshi, Daerah Xisaishan setelah Qu Yuan terjun ke Sungai Miluo dan hanyut ke dalam Sungai Yangtse.
Saat berlangsungnya pesta perahu juga bertepatan dengan perayaan Hari Peh Cun, ketika itu Tiongkok sudah berada di ambang musim panas,, udaranya panas dan lembab, wabah pun mulai menjalar. Rakyat di samping menyiapkan ramuan obat untuk menghalau wabah penyakit dan serangga, juga memohon diberkati kebahagiaan melalui kegiatan "perahu Xisai". Dan itulah isi utama adat istiadat perayaan Hari Peh Cun di kalangan rakyat.
Dalam ingatan penduduk Dong Liangcai, sebelum tahun 1940-an, "pesta perahu Xisai" yang digelar di Fudaoshi tiap tahun tidak hanya diikuti warga setempat, tapi juga warga dari Beijing, Shanghai dan Guangzhou. Kini upacara ritual itu tetap diikuti puluhan ribu orang.
Pada 2 Juni 2006, Dewan Negara Tiongkok mengumumkan Daftar Warisan Budaya Non-material Tingkat Nasional Kelompok Pertama. Festival Perahu Xisai juga tercantum dalam daftar itu sebagai adat istiadat perayaan Hari Peh Cun. Wu Zhijian dari Pusat Perlindungan Warisan Budaya Non-material Provinsi Hubei mengatakan kepada wartawan: "Melindungi warisan budaya sama halnya dengan melindungi kita diri sendiri. Tercantumnya Festival Perahu Xisai itu ke dalam daftar warisan budaya nasional mencerminkan kekuatan lunak Provinsi Hubei."
Dewasa ini, Kota Huangshi berusaha menyemarakkan Festival Perahu Xisai, dan sudah mulai melakukan kampanye agar warisan itu dapat dicantumkan pula dalam daftar warisan budaya non-material dunia. Tak pelak lagi, apabila pesta "perahu jelajah sungai" ditetapkan sebagai warisan budaya non-material dunia, maka itu pasti akan mendorong perkembangan ekonomi dan pariwisata setempat.
Desa Fudaoshi terkenal dengan Festival Xisai Shenzhouhui atau Festival Perahu Xisai yang digelar sebelum atau sesudah Hari Peh Cun yang jatuh pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek.
Festival Perahu Xisai diadakan penduduk setempat untuk memohon berkat kesehatan dan kebahagiaan. Konon adat istiadat itu dimulai pada 2.500 tahun lalu untuk memperingati penyair patriotik
Qu Yuan yang terjun ke Sungai Miluo setelah Negara Chu tempat dia bergabung diduduki negara lain. "Festival Perahu Xisai sungguh ramai sekali, lebih ramai daripada perayaan Tahun Baru Imlek. Saya dan keluarga setiap tahun datang ke sini untuk menyaksikan perayaan festival ini."
Untuk merayakan Festival Perahu Xisai, perlu dibuat sebuah perahu yang unik, dinamakan penduduk setempat sebagai "perahu naga", dengan panjang kurang lebih 7 meter dan lebar 2 meter. Di perahu setinggi 5 meter itu akan dipasang pula paviliun dan 108 patung Dewa Gunung.
Menurut perkenalan, badan perahu terutama terbuat dari bilah dan tepas bambu, terkecuali dasarnya yang terbuat dari papan kayu. Katanya, teknik pembuatan hidung dan ekor perahu paling rumit. Misalnya untuk hidung perahu diperlukan 108 bilah bambu yang berselang-seling.
Setelah selesai dibangun, "perahu naga" itu akan diresmikan dalam suatu upacara ritual sebelum dilepaskan ke sungai untuk melakukan penjelajahan, yang sekaligus klimaks perayaan hari raya yang sudah berlangsung selama 40 hari. Nyonya Zhou Lusheng adalah salah seorang peserta kegiatan penjelajahan "perahu naga".
Ia mengatakan, "Hari pelepasan 'perahu naga' adalah puncak perayaan Festival Perahu Xisai'. Pada hari itu, penduduk setempat akan mengenakan pakaian yang paling bagus dan paling bersih untuk menyaksikan upacara yang khidmat."
Sebelum perahu dilepas ke sungai, perahu pertama-tama diusung penduduk untuk melakukan perjalanan keliling di desa. Menurut adat setempat, "perahu naga" akan melewati setiap keluarga untuk memberkati anggota keluarganya.
Sedangkan setiap keluarga juga akan memasang meja di depan pintunya untuk dipajang lilin dan dupa, bahkan memasang petasan, dengan harapan perahu sakti itu bisa membawa pergi wabah dan bencana. Beras dan teh juga ditaburkan ke perahu sebagai ucapan terima kasih kepada Qu Yuan yang memberikan segala sesuatunya kepada rakyat.
Pesta pelepasan "perahu naga" khusus jatuh pada tanggal 18 bulan 5 penanggalan Imlek. Konon, tanggal 18 bulan 5 adalah hari di mana jenazah Qu Yuan melewati sektor sungai sekitar Desa Fudaoshi, Daerah Xisaishan setelah Qu Yuan terjun ke Sungai Miluo dan hanyut ke dalam Sungai Yangtse.
Saat berlangsungnya pesta perahu juga bertepatan dengan perayaan Hari Peh Cun, ketika itu Tiongkok sudah berada di ambang musim panas,, udaranya panas dan lembab, wabah pun mulai menjalar. Rakyat di samping menyiapkan ramuan obat untuk menghalau wabah penyakit dan serangga, juga memohon diberkati kebahagiaan melalui kegiatan "perahu Xisai". Dan itulah isi utama adat istiadat perayaan Hari Peh Cun di kalangan rakyat.
Dalam ingatan penduduk Dong Liangcai, sebelum tahun 1940-an, "pesta perahu Xisai" yang digelar di Fudaoshi tiap tahun tidak hanya diikuti warga setempat, tapi juga warga dari Beijing, Shanghai dan Guangzhou. Kini upacara ritual itu tetap diikuti puluhan ribu orang.
Pada 2 Juni 2006, Dewan Negara Tiongkok mengumumkan Daftar Warisan Budaya Non-material Tingkat Nasional Kelompok Pertama. Festival Perahu Xisai juga tercantum dalam daftar itu sebagai adat istiadat perayaan Hari Peh Cun. Wu Zhijian dari Pusat Perlindungan Warisan Budaya Non-material Provinsi Hubei mengatakan kepada wartawan: "Melindungi warisan budaya sama halnya dengan melindungi kita diri sendiri. Tercantumnya Festival Perahu Xisai itu ke dalam daftar warisan budaya nasional mencerminkan kekuatan lunak Provinsi Hubei."
Dewasa ini, Kota Huangshi berusaha menyemarakkan Festival Perahu Xisai, dan sudah mulai melakukan kampanye agar warisan itu dapat dicantumkan pula dalam daftar warisan budaya non-material dunia. Tak pelak lagi, apabila pesta "perahu jelajah sungai" ditetapkan sebagai warisan budaya non-material dunia, maka itu pasti akan mendorong perkembangan ekonomi dan pariwisata setempat.
Tidak ada komentar:
Write komentar