Walau begitu dia tidak berusaha mencari pekerjaan, setiap hari di lalui dengan berangan-angan dan bermimpi di siang bolong.
Pada suatu hari, ketika dia pergi keluar rumah, di semak-semak rumput dia menemukan sebutir telur ayam. Dia sangat gembira, lalu berlari pulang ke rumah.
Sebelum membuka pintu rumah dia sudah berteriak.
”Saya sudah memiliki harta! Saya sudah memiliki harta!”
Isterinya kelua rumah dan bertanya padanya.
”Dimana hartamu?”
Dengan hati-hati dia mengeluarkan telur ayam lalu diperlihatkan kepada isterinya.
”Nah, inilah hartanya, tetapi harus ditunggu sepuluh tahun lagi harta itu baru kelihatan.”
Akhirnya dia berunding dengan isterinya.
”Saya membawa telur ayam ini ke tempat tetangga, meminjam induk ayamnya untuk mengeram telur ini. Setelah telur menetas, Saya akan memilih beberapa ekor ayam betina untuk dijadikan induk. Setelah ayam betina besar bisa bertelur, 1 bulan bisa menetaskan 15 ekor ayam, 2 tahun kemudian ayam bertelur, telur menjadi ayam, dengan demikian akan menghasilkan 300 ekor ayam."
"300 ekor ayam akan diganti dengan emas 10 tail, dengan 10 tail emas ini saya membeli 5 ekor sapi betina, sapi betina beranak sapi betina, dengan demikian dalam 3 tahun akan menghasilkan 25 ekor sapi betina. Sapi betina melahirkan sapi kecil betina, sapi kecil betina setelah besar melahirkan sapi betina, 3 tahun kemudian akan menghasilkan 150 ekor sapi."
"Dengan demikian dapat ditukar menjadi 300 tail emas, 300 tail emas akan dipinjamkan kepada orang, maka akan mendapat bunga tinggi, dalam 3 tahun akan menjadi 500 tail emas. Dengan 500 tail emas ini, bisa dipergunakan ¾ untuk membeli sawah, tanah dan rumah, ¼ untuk membeli budak dan memelihara isteri muda, dengan demikian kita dapat melewati hari tua kita dengan gembira dan bahagia."
"Ini adalah sebuah hal yang sangat menyenangkan, bukankah begitu?" katanya kepada isterinya.
Isterinya pada awalnya mendengar angan-angannya dengan riang gembira. Namun, mendengar perkataan suaminya yang akan memelihara isteri muda, dia sangat marah dan berteriak.
”Apa? Engkau sungguh berani memelihara isteri muda.”
Dengan marah dia merebut telur di tangan suaminya dan membanting hancur telur tersebut.
"Baiklah, jika memang demikian lebih bagus jangan meninggalkan sumber malapetaka!” teriak isterinya itu.
Sang Suami yang sadar telur dan impiannya hancur jadi sangat marah. Dia mengambil cambuk dan mencambuk isterinya sampai babak belur.
Setelah mencambuki sang Istri, emosinya masih belum reda, dia pergi ke kantor polisi melaporkan isterinya,
”Perempuan kejam ini, menghabiskan harta benda saya tidak disisakan sepeser pun. Saya harap bapak polisi dapat menghukum perempuan yang kejam ini dengan hukuman mati,” katanya.
Polisi bertanya kepada sang suami dengan heran.”Hartamu dimana? Bagaimana caranya dia menghancurkan hartamu?” Lalu pria ini menceritakan kepada polisi bagaimana dia menemukan sebutir telur sampai bagaimana dia akan memelihara isteri muda. Dengan panjang lebar diceritakan kepada polisi.
Setelah polisi berpikir sebentar, lalu memerintahkan anak buahnya untuk pergi kerumah pria ini menangkap isterinya.
Setelah isterinya tiba, polisi ini berkata, "Harta yang demikian besar, dengan sekali membanting dihancurkan oleh perempuan kejam ini, jika tidak menghukum mati perempuan keji ini apakah adil?”
Polisi itu lalu memerintahkan anak buahnya membawa perempuan ini untuk dihukum mati. Mendengar perkataan polisi, sang istri sangat terkejut sampai wajahnya menjadi pucat pasi lalu menangis.
”Pak polisi, engkau harus mendengar penjelasan saya, tolong bantu saya, saya difitnah!" Rintihnya.
“Baiklah, bagaimana engkau di fitnah!” Sahut Polisi itu.
“Semua perkataan suami saya belum menjadi kenyataan, kenapa menghukum saya?” Tutur sang Istri.
“Suamimu berkata memelihara isteri muda juga belum menjadi kenyataan, kenapa engkau menjadi cemburu?” Kata Polisi itu.
”Memang belum menjadi kenyataan, tetapi harus dari awal memusnahkan sumber malapetaka!” Jawab sang Isteri.
Setelah mendengar perkataan perempuan itu, Polisi dengan tersenyum mengangguk-angguk lalu melepaskan perempuan ini. Semua bukan kenyataan hanya angan-angan saja. Suami dengan serius menganggapnya bisa menjadi kenyataan, sedangkan isterinya karena hal yang tidak menjadi kenyataan menjadi emosi besar.
Tidak ada komentar:
Write komentar