|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Rabu, 13 Juli 2011

Tuhan Maha Adil

 

Dahulu disebuah desa terdapat seorang kaya bermarga Hu, walaupun dia berwajah tampan, tetapi orangnya sangat pelit, judes, dan selalu menindas orang lain. Walaupun sudah kaya tetapi dia masih selalu melakukan hal-hal yang merugikan dan menipu orang lain.

Dia sangat kaya tetapi dia mempunyai sebuah ganjalan dihatinya, dia mempunyai seorang putra tunggal dan seorang menantu, tetapi setiap memikirkan anak dan menantunya maka dia akan sangat emosi  karena anak dan menantunya hanya tahu foya-foya, berjudi dan makan minum yang enak, tanpa mau bekerja.

Karena tidak ingin menyaksikan sifat anak dan menantunya, dia memutuskan untuk membangun sebuah rumah di luar desa untuk anak dan menantunya. Setelah rumah selesai dibangun, dia memerintahkan anak dan menantunya pindah kerumah tersebut.

Pada malam hari setelah pindah kerumah baru tersebut, anak dan menantunya tiba-tiba dengan baju tidur yang berantakan lari pulang kerumahnya, mengatakan dirumah baru mereka ada hantu, mereka tidak berani kembali ke rumah tersebut. Rumah baru tersebut sekarang menjadi rumah kosong, hendak dijual juga tidak ada yang berani beli, sehingga membuat hati pria marga Hu tersebut sangat risau.

Tidak berapa lama kemudian, karena hatinya risau maka pria bermarga Hu menjadi sakit dan akhirnya meninggal dunia, setelah dia meninggal istrinya juga menyusul meninggal dunia, akhirnya tinggal anak dan menantunya yang merasa bebas. Pada awalnya mereka berdua merasa sangat bahagia dan menghambur-hamburkan uang warisan orangtuanya untuk berfoya-foya, berjudi.

Keadaan ini tidak berlangsung lama, harta peninggalan orang tuanya pun  segera habis karena dihamburkan mereka berdua. Selain rumah warisan orangtua yang mereka tinggali sekarang, satu-satunya harta mereka yang tersisa adalah rumah yang berhantu, tetapi rumah berhantu siapa yang berani beli, dikasih tinggal gratis juga tidak ada yang mau.

Akhirnya mereka pergi ke tukang ramal, bertanya kepada tukang ramal tersebut. Tukang ramal tersebut mengatakan kepada mereka, asalkan rumah hantu tersebut ada yang tinggal, maka nasib mereka akan berubah.

Tidak berapa lama kemudian, di desa mereka datang sepasang suami istri yang sedang mengungsi, mereka sedang mencari tempat untuk beristirahat, setelah pasangan Hu mendengar kabar tersebut, mereka segera mencari pasangan pengungsi tersebut dan menyuruh pasangan ini tinggal dengan gratis di rumahnya yang berhantu tersebut.

Pasangan pengungsi yang bermarga Wang ini walaupun takut, tetapi karena tidak mempunyai uang dan tidak mempunyai tempat tinggal akhirnya setuju tinggal dirumah yang berhantu tersebut. Pada malam hari sewaktu berada ditempat tidur, istri marga Wang merasa ketakutan. Suaminya walaupun takut, tetapi dia berkata kepada istrinya untuk membesarkan hati istrinya dan dirinya sendiri, “Tidak usah takut, kita tidak berbuat salah, tidak usah takut kepada hantu.” Walaupun berkata demikian di dalam hatinya merasa ketakutan, sejak kecil sampai dewasa dia belum pernah melihat hantu, dia merasa seluruh tubuhnya merinding.

Ketika sedang berkata demikian, beranda rumah yang tadinya sepi tiba-tiba angin bertiup dengan kencang, “Hantunya sudah datang.” Istrinya berkata dengan ketakutan, walaupun pria marga Wang ini ketakutan dia tetapi bersikap pemberani di depan istrinya. Tiba-tiba dia mendengar percakapan yang berasal dari jendela kamarnya, “Akhirnya kita menemukan penghuni rumah yang sebenarnya, sekarang kita sudah bisa pergi dari rumah ini dan melapor.”

“Apakah kita perlu beritahu kepada keluarga ini?” tanya yang seorang lagi, “Oh jangan, tampang kita yang menyeramkan ini bisa membuat penghuni rumah ini ketakutan, nanti kita akan disalahkan oleh raja neraka.” “Baiklah, kalau begitu kita segera tinggalkan tempat ini dan pergi melapor.”

Setelah beberapa saat kemudian keadaan pun menjadi sepi dan angin sudah tidak bertiup lagi, kedua pasangan marga Wang ini merasa heran dan mereka tidak mengerti arti percakapan kedua hantu tersebut yang mengatakan bahwa dia adalah pemilik rumah ini. Mereka tidak mengerti apa maksudnya? Semalaman mereka tidak bisa tidur memikirkannya.

Keesokan harinya, pagi-pagi rumah mereka sudah di datangi sekelompok penduduk desa yang ingin melihat keadaan pasangan marga Wang ini, ada yang berkata, “Mereka berdua pasti ketakutan, mana ada orang yang tidak takut kepada hantu?” ada yang berkata, “Pasti mereka sudah lari tengah malam?” “Apakah mereka sudah mati ketakutan?” Mereka sibuk bergunjing, pada saat itu, sepasang suami istri marga Wang ini keluar dari rumahnya. Mereka semua mengerumuni pasangan ini dan bertanya apa yang terjadi ? Pasangan ini dengan tersenyum berkata, mulai sekarang kami akan tinggal disini, dia mengharapkan para tetangganya dapat membantu dan menerima mereka.

Pada siang hari, ketika pasangan ini sedang membersihkan rumah, mereka melihat ada sebuah kantongan. Dalam kantongan itu berisi emas, karena mereka merupakan orang yang jujur, pasangan ini lalu berunding. Emas tersebut bukan milik mereka, pasti ini milik marga Hu. Mereka segera mengembalikannya kepada pasangan marga Hu. Sedangkan pasangan marga Hu merasa gembira, karena rumah mereka yang berhantu ini sekarang sudah ada yang menempati, seperti yang dikatakan oleh peramal, nasib mereka segera akan berubah. 

Pada saat itu, pasangan marga Wang sampai dirumah mereka dan menyerahkan sebuah bungkusan yang berisi emas yang mereka temukan di rumah tersebut. Setelah pasangan Wang pulang, mereka dengan gembira membuka bungkusan itu dan melihat didalamnya berisi beberapa potong batu. Mereka menjadi marah, lari ke rumah pasangan Wang dan dengan marah melemparkan  bungkusan itu di depan suami istri Wang sambil berkata, “Kami tidak ingin bungkusan ini, ini bukan milik kami.” Lalu dengan marah dia meninggalkan pasangan Wang tersebut yang berdiri di sana dengan kebingungan.

Pada malam hari pria marga Wang ini bermimpi, ayahnya yang sudah meninggal datang dan berkata kepadanya, “Anakku, kejadian tadi siang saya melihatnya dengan jelas, jangan bersedih emas tersebut memang milik kalian, kalian terima saja.” Pria Wang tidak mengerti dan bertanya kepada ayahnya kenapa bisa begitu? Ayahnya lalu bercerita dengan panjang lebar kejadian yang menimpa dirinya.

Saat itu saya memiliki seorang teman yang bermarga Hu, sewaktu muda kami adalah dua orang sahabat baik. Kami berdua bersama-sama membuka usaha dan usaha kami sangat sukses, tetapi karena pria marga Hu adalah seorang yang licik, tamak dan jahat, akhirnya dia menipu dan mengambil semua harta milik kita, saya menjadi bangkrut, karena sedih akhirnya saya sakit keras dan meninggal, tidak berapa lama kemudian ibumu juga menyusul, ini adalah sebuah tragedi yang terjadi di keluarga kita.

Kamu sedari kecil hidup sebatang kara namun rajin bekerja, saat kehidupan sudah mulai membaik, terjadi musibah di desa tempat tinggal kita dan akhirnya kamu mengungsi ke desa ini dan menemukan putra keluarga marga Hu yang memberi tempat tinggal gratis yaitu rumah ini.

Rumah dan emas ini semua adalah harta yang direbut dari keluarga kita, sekarang kalian sudah mendapat kembali semua harta ini, jangan ditolak lagi. Ini semua memang seharusnya milik kalian sebagai anak dan menantu saya.”

Pria Wang setelah mendengar penjelasan ayahnya dalam mimpi, segera mengerti apa yang terjadi.
Pasangan marga Wang ini akhirnya menetap di desa tersebut, mereka berdua tinggal dengan harta yang dimiliki dan bekerja dengan rajin. Mereka juga sering membantu penduduk desa dan membantu pasangan marga Hu yang akhirnya berubah menjadi rajin dan bekerja keras mencari nafkah

Tidak ada komentar:
Write komentar