Di dalam buku Lun Yu, karya Kong Zi (Konghucu) banyak membicarakan masalah tentang menyalahkan diri sendiri atau menyalahkan orang lain. “
Orang budiman akan mencari ke dalam diri sendiri, sedang orang kerdil akan mencari-cari kesalahan orang lain.” “Lebih banyak memawas diri jarang sekali menyalahkan orang lain, maka akan jauh dari permusuhan” dan lain sebagainya.
Orang budiman akan mencari ke dalam diri sendiri, sedang orang kerdil akan mencari-cari kesalahan orang lain.” “Lebih banyak memawas diri jarang sekali menyalahkan orang lain, maka akan jauh dari permusuhan” dan lain sebagainya.
Kong Zi berpendapat, dengan ketat mematut diri, berlapang dada memaafkan orang lain, orang yang berperilaku demikian ini barulah bisa menjauhkan diri dari sakit hati dan pertengkaran.
Perbedaan antara orang bijak dan orang biasa adalah, orang biasa cenderung menyalahkan orang lain, sedang orang bijak akan mempersalahkan diri sendiri dan mencari ke dalam diri sendiri atas sebab-sebab timbulnya konflik.
Orang biasa seringkali memafkan diri sendiri demi kepentingan dirinya sendiri, sedang orang bijak senantiasa dengan tulus akan memaafkan orang lain dengan mengabaikan kepentingan diri pribadi.
Ini dapat terjadi mulai dari tingkat tinggi, antara menteri dan presiden, hingga pada persahabatan antar individu. Setelah muncul perselisihan, jika kedua belah pihak sama-sama memiliki pengasuhan diri dan mau mencari ke dalam diri masing-masing, maka segala perselisihan apapun juga tidak sulit untuk diselesaikan.
Jika hanya menyalahkan orang lain, kesalah pahaman dan sakit hati akan semakin menumpuk dan dalam, sehingga perselisihan menjadi meruncing, serta hubungan menjadi retak.
Banyak sekali ketidak harmonisan bahkan kemalangan dalam dunia ini, yang bermula dari perselisihan. Menyesal dan menyalahkan diri sendiri, tetapi terus mengeluh, saling menuduh dan saling menyerang satu sama yang lain.
Jika seseorang bisa sering mengoreksi kekurangan diri sendiri, bisa lebih banyak berpikir demi orang lain, akan terhindar dari banyak sekali pertengkaran yang tidak berarti serta perselisihan yang meruncing. Orang tersebut bisa menggunakan sikap tenang dan damai, demi diri sendiri, masyarakat dan menciptakan lingkungan hidup yang damai bahagia.
Di abad yang lalu, sekitar tahun 80-an, ketika berada dalam bis umum di Qiqihar, China, saya melihat suatu peristiwa. Seorang pria paruh baya masuk dalam bis yang penuh sesak. Tubuh pria tersebut secara tidak sengaja menyentuh seorang anak muda di sebelahnya. Kalimat pertama yang keluar dari mulut anak muda itu, “Apa Anda tidak punya mata?” Mendengarkan perkataan ini pria itu marah sekali, selanjutnya dua orang tersebut saling pukul hingga hidung dan mulut mereka berdarah. Mereka baru berhenti berkelahi setelah polisi datang.
Apa yang saya temukan saat keluar negeri sungguh menggugah. Saya mendapatkan hal sebaliknya, di negara demokrasi jika ada dua orang yang berada di tempat yang penuh sesak, dan secara tidak sengaja tubuh mereka bersentuhan, mereka tidak akan saling mencaci tetapi justru saling mengucapkan, “Sorry (maaf).”
Dari sini kita dapat melihat, jika selalu mengeluh dan menuduh orang lain sebenarnya adalah membiarkan diri semaunya dan menutupi kesalahan serta menghindar dari tanggung jawab diri sendiri. Jika Anda berbuat demikian hanya akan menimbulkan pertengkaran yang tidak berarti diantara manusia, saling memperdalam kesalah pahaman masing-masing.
Intropeksi diri sebenarnya adalah pemeriksaan secara mendalam terhadap kesalahan diri sendiri, menyalahkan diri sendiri sebenarnya adalah pernyataan maaf terhadap orang lain. Ketika diantara manusia terjadi konflik, hanya intropeksi diri, penyesalan dan menyalahkan diri sendiri yang bisa mengubah kekejaman dan kebiadaban menjadi suasana damai, mengubah permusuhan menjadi persahabatan, baru bisa membuat manusia dengan jujur dan tulus hati menghadapi sesama.
Orang budiman akan menyalahkan diri sendiri, sedang orang picik akan selalu menyalahkan orang lain. Seorang yang budiman akan memeriksa ke dalam dirinya, sedangkan orang yang picik sering kali menyalahkan semua orang dan segala hal kecuali dirinya sendiri, selalu mendongkol.
Seseorang yang sejati dan budiman, jika dalam menghadapi setiap masalah, dia dapat selalu mencari kekurangan dalam dirinya sendiri dan tidak menuduh serta menyalahkan orang lain, maka orang tersebut walaupun tidak berkultivasi dia sudah berada pada jalan kultivasi.
Tidak ada komentar:
Write komentar