|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Minggu, 28 Agustus 2011

Etika Masuk Kedalam Vihara

 

ETIKA DALAM MELAKUKAN PENGHORMATAN KEPADA SANG BUDDHA.

Berbicara tentang etika / sopan santun, ada pepatah dari orang Kanton (Tiongkok), yang mengatakan "masuk kedalam sebuah kuil, hormatilah patung Dewa / Dewi, dan ketika memasuki sebuah rumah, hormatilah pemiliknya."

Setiap orang harus mengembangkan kelakuan yang baik dan sopan santun ketika bertemu atau berbicara kepada orang lain.

Tetapi pada zaman sekarang ini, para umat Buddha atau pengunjung vihara tidak begitu tahu tentang etika / sopan santun dan peraturan dari sebuah vihara. Kebanyakan, kepala vihara dan guru Dharma sangat sibuk. Mereka harus meningkatkan (menyucikan) diri dalam mempraktekan ajaran Buddha, membaca sutra dan mengunjungi para guru Dharma yang lain. Sehingga tidak mungkin bagi mereka untuk mejelaskan etika / sopan santun dan peraturan dari sebuah vihara kepada setiap orang awam atau pengunjung vihara yang mengunjungi vihara.

Tetapi hal itu penting bagi setiap umat Buddha atau pengunjung vihara untuk mempunyai dasar pemahaman dari peraturan dan sopan santun yang berlaku dalam sebuah vihara.

BACALAH KITAB SUCI INI DARI AWAL SAMPAI AKHIR. NAMO BUDDHAYA !

Jika bertemu dengan kepala vihara atau guru Dharma di dalam sebuah vihara,, kita harus merangkupkan kedua telapak tangan dan berkata : "Guru Dharma, Amitabha Buddha" dan sebelum meninggalkan vihara kita juga harus mengatakan : "Amitabha Buddha" daripada mengatakan : "selamat tinggal". Perhatikanlah secara benar-benar hal ini dan harus diingat!

Sebuah vihara adalah sebuah tempat yang suci bagi umat Buddha. Sangat tidak baik untuk kita mengisap rokok di sana. Begitu juga tidak dibenarkan untuk berjalan dengan memakai sandal, sepatu kulit atau bakiak. Dan tidak dibenarkan memakan sambil berjalan dan membuang sampah secara sembarang. Tindakan ini berlawanan dengan peraturan dari sebuah vihara yang suci !

Para Buddha dan Bodhisattva haruslah menjadi hal yang terpenting dalam kehidupan setiap umat Buddha. Jadi ketika memasuki Bhaktisala atau aula kebaktian, adalah sangat penting bagi umat Buddha atau pengunnjung bersembhayang dengan dupa dan bersujud menghormati para Buddha dan Bodhisattva.

Seorang pengunjung vihara yang berdisplin tidak seharusnya berdiri di tengah-tengah Bhaktisala ketika sedang bersembhayang dengan dupa kepada para Buddha, atau melihat ke kiri dan ke kanan dan memperlakukan patung Buddha dan Bodhisattva sebagai sebuah barang seni untuk dilihat. Kelakuan seperti ini sangatlah tidak sopan terhadap para Buddha dan Bodhisattva.

Sebuah bhaktisala adalah sebuah tempat yang suci dimana orang-orang harus mengendalikan diri untuk tidak membicarakann hal yang tidak penting atau membuat suara yang ribut. Memang ada beberapa orang yang tidak patuh dan sengaja berbicara dengan suara yang keras, berjalan kesana-kemari dan berteriak ataupun berbaring di lantai, tetapi yang paling buruk adalah orang-orang yang berbicara bohong sesuka hati mereka. Tindakan seperti ini benar-benar melanggar peraturan vihara !

Beberapa anak kecil mengganggap Bhaktisala sebagai tempat untuk bermain-main dan mereka berlari kesana-kemari, mengambil alat-alat kebaktian dan buku kitan suci sebagai mainan. Mereka seharusnya diajarkan apa yang seharusnya mereka patuhi. Ini adalah kesalahan orang tua apabila anak-anak mereka tidak diajarkan dengan baik ! Sebagai orang tua, seharusnya sering-sering membawa anak-anak mereka ke vihara, memberi kesempatan kepada mereka untuk mendekati parah Buddha Bodhisatva, bersujud kepada Sang Buddha, mendengar Dharma dan mendalami ajaran Sang Buddha, supaya setelah dewasa, mereka mengerti harus berbakti kepada orang tua dan tahu membalas budi kasih dari orang tua yang telah membesarkannya.

Bhaktisala adalah sebuah tempat yang suci yang dijaga dan dikelilingi oleh dewa-dewa, naga dan dewa dari 8 penjuru. Orang yang suka meludah di sembarang tempat akan mendorong berkembangnya penyakit karena kebiasaan ini tidak sehat. Perbuatan mereka ini akan mencelakakan para Anggota Sangha dan si pelanggar peraturan vihara akan terjatuh ke alam neraka untuk menjalani siksaan penderitaan atas pelanggarannya!

Hal ini berlawanan dengan peraturan dari sebuah vihara jika para pengunjung atau umat Buddha meletakkan payung, baju, topi, tas tangan, dompet dan barang lain miliknya di atas altar persembahan Sang Buddha. Mereka seharusnya meletakkannya di tempat yang telah di tetapkan atau di atas lantai. Kita harus sangat berhati-hati tentang hal ini !

Pengunjung vihara yang ingin memuja kepada Buddha haruslah berdiri di samping kanan atau kiri dari Bhaktisala. Bagian tengah dari Bhaktisala adalah posisi yang terhormat khusus untuk kepala vihara atau para anggota Sangha yang mulia !

Bhaktisala adalah merupakan tempat yang suci yang harus dihormati. Para pengikut Sang Buddha haruslah memakai pakaian yang sopan. Tidak dibenarkan untuk memakai rok mini, celana pendek, atau rok yang sangat pendek atau bagian punggung yang terbuka, karena hal tersebut merupakan kelakuan yang tidak sopan dan dapat menimbulkan karma buruk!

Kita semua mengetahui bahwa mematuhi peraturan adalah kesopanan yang tertinggi. Kita dapat menunjukkannya kepada para Buddha. Oleh karena itu, kita harus mencuci tangan dan membersihkan diri sebelum bersujud kepada Sang Buddha. Kita haruslah mengingatnya dengan hati-hati. (Jika seseorang dapat dengan setulus hati menyembahyangi Sang Buddha walaupun hanya 1x saja, akan memperoleh pahala sebanyak pasir di Sungai Gangga dan tidak akan terhapus selamanya!

Disarankan untuk tidak memakan makan yang mengandung daging atau sayur yang menimbulkan hawa bau, sebelum membaca sutra atau menyembahyangi Sang Buddha. Dan hal ini terutama sangat tidak sopan bagi orang yang berdoa di hadapan Sang Buddha sambil mengunyah permen karet.

Bagaimana mungkin seseorang dapat menunjukkan rasa hormatnya yang besar kepada Sang Buddha, jika sewaktu berdoa dia tidak dapat berdiri dengan tegak dan merangkupkan tangannya dengan benar serta matanya yang melirik ke sekeliling dengan pikiran yang tidak terkonsentrasi. Jika seseoarng berdoa dengan cara seperti ini sangatlah tidak agung !

Kepada orang yang baru mengunjungi vihara dan tidak tahu bagaimana cara yang benar saat mengikuti puja kepada Sang Buddha. Mereka haruslah berkonsultasi dengan guru Dharma atau orang yang berdiri di samping mereka. Tidak dibenarkan bersujud dengan setengah hati dan berkelakuan tidak benar di depan altar Sang Buddha.

Janganlah berjalan di depan orang yang sedang bersembhayang kepada Sang Buddha karena kelakuan seperti ini akan mengganggu konsentrasi mereka. Di samping itu, dapat dikatakan sebagai orang yang sangat tidak sopan!

Kita harus mencuci tangan sebelum memegang sutra (kitab suci).Kita harus memegangnya dengan kedua tangan dengan penuh hormat seolah-olah Sang Buddha sedang berdiri di hadapan kita. 

Cara yang terbaik dalam membaca sutra adalah dengan berlutut. Tetapi kita juga dapat berdiri atau duduk di bawah sesuai dengan situasi/kondisi vihara ! Kitab suci agama Buddha adalah mestika Dharma dan sutra-sutra suci ini dilindungi dan dikelilingi oleh para dewa-dewa, naga-naga dan penjaga Dharma. 

Kita tidak seharusnya meletakkan kitab suci di atas lantai atau tergantung separuh di atas meja atau dengan bagian depan terbalik ke bawah. Jika kita melanggar peraturan tersebut maka kita akan di ganjar hukuman karena perbuatan kita menunjukkan rasa tidak hormat terhadapat ajaran Sang Buddha!

Di dalam sebuah vihara, kita tidak seharusnya berjalan didepan orang yang sedang mengadakan upacara kebaktian/membaca kitab suci, atau memotret sesuka hati tanpa menghiraukan apa yang akan terjadi. Bila anda melakukan hal ini, berarti anda menghancurkan keagungan umat yang berada di vihara, karena kita menggangu orang yang sedang berdoa dan ini merupakan perbuatan dosa (jahat) ! 

Ketika sedang memegang patung Buddha dengan kedua belah tangan, kita tidak seharusnya membungkukkan badan kepada orang lain atau menyapa orang lain. Di samping itu kita harus mengangkat patung Sang Buddha di atas pinggang kita. Ingatlah hal ini ! 

Altar persembahan untuk Buddha adalah tempat untuk meletakkan patung Buddha, tempat dupa, minyak lampu, pot bunga dan persembahan lainnya. Kita tidak seharusnya meletakkan benda lain di atas meja ( altar ). Atau kita akan di anggap melakukan dosa karena bersikap tidak hormat terhadap tiga mestika ( Buddha, Dharma dan Sangha ).

Di dalam sebuah vihara, kita tidak dibenarkan mengambil segala sesuatu tanpa minta izin. Kita juga tidak boleh mengambil makanan dari dapur atau buah yang ada di altar dan memakannya. Bila anda melakukan hal tersebut, maka anda dianggap melakukan pencurian. Mencuri persembahan yang berasal dari sepuluh penjuru (orang banyak) sangat berat hukumannya!

Kita tidak seharusnya bersifat serakah dan menggunakan fasilitas-fasilitas dari vihara untuk kemudahan dan kenyamanan diri sendiri. Jika kita ingin menggunakan telepon, kita harus membayar sesuai dengan yang kita pakai, atau kita dapat mendonorkan uang ke kotak dana, kalau kita tidak mengembalikannya, kita akan menerima pembalasan karma yang besar, hanya karena kita melakukan kesalahan kecil. Kita seharusnya selalu berhati-hati untuk tidak melakukan kesalahan yang diakibatkan dari kelalaian yang kecil!

Para umat Buddha atau pengunjung yang menerima cinderamata dalam bentuk apapun dari kepala vihara atau guru Dharma, kita harus menyumabng sedikit uang ke dalam kotak dana sebagai amal atau kebajikan. Ini menunjukkan adanya saling menghormati antara umat dan anggota Sangha!

Dalam hal menciptakan hubungan baik dengan orang lain, hidangan vegetarian yang disediakan sewaktu perayaan hari Waisak atau acara khotbah Dharma, setelah memakannya, kita haruslah berdana karena makanan tersebut merupakan persembahan (sumbangan) dari orang-orang sepuluh penjuru. 

Kita tidak seharusnya memakannya secara gratis! Ketika sedang makan di dalam vihara, kita harus berbaris secara teratur dan tidak boleh berebutan. Kita tidak boleh melawan peraturan suci yang telah di tetapkan oleh vihara, tetapi kita hrus mengikutinya tanpa melakukan perlawanan, untuk menjaga ketenangan dan kedamaian di vihara.

Ketika sedang berbicara dengan guru Dharma yang sedang duduk, kita harus berdiri dengan hormat di sampingnya. Kita tidak seharusnya duduk tanpa izin darinya. Ketika berdiri, berdirilah dengan tegak, jangan bersandar ke dinding atau berdiri dengan gaya yang tidak benar. Ini merupakan tindakan yang tidak hormat! Ketika berbicara dengan guru Dharma, kita harus berbicara dengan perlahan dan jelas.

Kita harus selalu berlaku hormat dan bersikap gembira. Tidak boleh sekalipun memotong pembicaraan dari guru Dharma sewaktu Beliau sedang berbicara ! Ketika guru Dharma sedang memberikan khotbah atau petunjuk-petunjuk Dharma, kita harus mendengar dengan sepenuh hati, kita tidak boleh berbincang-bincang tentang hal yang tidak begitu penting ataupun gosip dengan orang yang duduk di samping kita dan menguap. Ini adalah kelakuan yang sangat tidak sopan !

Kita tidak dibenarkan untuk menggunakan benda-benda kepunyaan dari guru Dharma, seperti kursinya, tempat tidur, peralatan, pakaian dan benda lainnya. Bila kita tidak mengetahui kepunyaan siapa benda-benda tersebut, maka kita harus bertanya terlebih dahulu sebelum menggunakannya. 

Ini merupakan etika atau sopan santun! Kita harus menggunakan kedua belah tangan ketika mempersembahkan sesuatu kepada guru Dharma. Janganlah mempersembahkan makanan yang telah anda cicipi atau dimakan sebelumnya. Ini merupakan pelanggaran karena memberikan makanan yang tidak bersih kepada anggota Sangha !

Sebelum memasuki ruangan dari guru Dharma. Kita harus mengetok pintu tiga kali. Jika tidak ada balasan, kita harus menyadari bahwa mungkin sedang melakukan tugasnya atau beristirahat. Kita harus segera meninggalkan tempat tersebut. Janganlah sekali-kali memaksa untuk masuk kedalam ruangannya! Sewaktu Guru Dharma sedang sikat gigi, mencuci muka, sedang makan, beristirahat, sedang tidur, sedang menulis atau berbicara di telepon atau kita bertemu dengannya di tengah jalan kita tidak perlu bernamaskara (bersujud), cukup hanya menghormatinya dengan membungkukan badan.

Jika kita ingin menyembah atau memberi penghormatan kepada seorang guru Dharma kita harus melakukannya dengan menghadap ke arah patung Buddha atau Bodhisattva. Kita tidak boleh menyembah ke arah tubuhnya. Ini tidak sesuai dengan etika! Jika guru Dharma memberikan cinderamata Dharma untuk menciptakan hubungan baik terhadap umatnya, kita harus menerimanya dengan dua tangan untuk menunjukkan rasa hormat, dan kita dapat menyatakan terima kasih dengan mengucapkan "Amitabha Buddha" (yang berarti terima kasih), janganlah pernah menerimanya dengan satu tangan, karena sikap ini kurang sopan!

Ketika kita menetap/tinggal di dalam sebuah vihara, kita harus mengikuti peraturan di sana. Contohnya : kita harus mematikan lampu pada waktu yang tepat. Kita tidak boleh menghidupkan lampu sesuka hati karena ingin membaca atau membicarakan gosip dengan orang lain. Karena pembuatan ini memboros listrik dan melanggar peraturan Vihara! Setelah menetap di dalam vihara selama beberapa hari, kita tidak dibenarkan membawa sesuatu dari vihara ke rumah kita. Biar sekalipun hanya satu jarum atau sehelai benang, atau benda lainnya, kita harus mempertimbangkann untuk tidak melanggar aturan (sila) "Mencuri"!

Dalam masyarakat moderen, telah tersedia telepon genggam dan pager. Untuk memperoleh kemudahan banyak orang membawanya ke dalam vihara. Mereka mendengarkan ajaran Dharma dengan setengah hati dan sambil menjalankan bisnisnya dengan telepon genggam. 

Mereka telah melakukan tindakan yang tidak baik ! Lebih dari itu, bahkan ada orang yang membawa walkman. CD Player dan radio ke dalam vihara. Orang yang ceroboh (lalai) tersebut mendengar dan menyanyi dengan suara yang keras tanpa memperdulikan guru Dharma dan umat Buddhis yang sedang bersembahyang di sana. Ini juga merupakan suatu pelanggaran yang berat !

Lebih dari itu, ada juga orang yang ceroboh (lalai) yang setelah berolahraga, berkunjung ke vihara yang sedang mengadakan kebaktian tanpa menukar baju mereka terlebih dahulu, bukankah hal ini berarti mereka menanam karma yang tidak baik ? Vihara merupakan tempat yang suci. Anggota Buddhis yang lama maupun yang baru haruslah menjalin hubungan yang baik, anggota lama harus mengajar / membimbing pendatang yang baru.

Tidak boleh memandang rendah kepada orang lain, karena hal ini hanya akan menunjukkan kurangnya perkembangan terhadap bathin sendiri. Dan hal ini akan mengakibatkan pertikaian / pertengkaran yang tidak perlu, jadi bukannya memperoleh berkah, malahan mereka telah melakukan lebih banyak pelanggaran ! Kebaikan dan pahala dari membaca kitab suci adalah tidak terukur. Jadi kita harus membaca kitab suci bersama-sama dengan harmonis.

Kita membaca kitab suci agar kita dapat mendengar dengan jelas inti dari Dharma, bukannya membuat orang lain merasa terkesan terhadap suara kita. Adalah sangat tidak sopan berteriak dengan suara yang tinggi sewaktu membaca kita suci sehingga mengganggu orang lain, atau sampai menganggu Bhiksu yang sedang memimpin jalannya upacara. Berlakulah sopan dengan memperhatikan tingkah laku kita !

Bila suatu saat kita mendengar adanya pertengkaran di sebuah vihara. Seorang yang bijaksana haruslah menahan diri untuk tidak turut campur dalam hal itu. Apabila secara tidak beruntung seseorang datang dan memberitahu anda tentang kebenaran atau kesalahan orang lain, anda hanya boleh mendengar dan mencoba menasehati mereka. Janganlah pernah untuk mencoba mendorong mereka dengan penambahan isu-isu yang tidak benar untuk menambah amarah mereka, yang akan berakibat pelanggaran yang lebih banyak !

TRANSFERENCE VERSE OF TRANSFERENCE

Semoga dengan jasa dan kebajikan ini.
Memperagung tanah suci para Buddha.
Keatas membalas empat budi besar.
Kebawah menolong mereka di tiga alam sengsara.
Semoga mereka yang mendengar Dharma ini.
Semua bertekad membangkitkan sifat Bodhisattva.
Sampai di akhir dari kehidupan ini.
Bersama-sama lahir di Sorga Sukhavati Amitabha.

Tidak ada komentar:
Write komentar