|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Minggu, 11 September 2011

Festival Kue Bulan Dan Festival Lentera

 

Bagi masyarakat Tionghoa, setiap tanggal 15 bulan 8 penanggalan Tionghoa itu di peringati sebagai Chung Jio Cie ( Festival Kue Bulan ). 

Biasanya seluruh anggota keluarga akan bersama-sama menikmati bulan, makan kue bulan dan jeruk. Menurut mereka, makan kue bulan berarti pertemuan reuni yang indah. Makan jeruk menandakan mendapat perlindungan bulan. 

Kue bulan (Hanzi : 月餅, pinyin : yuèbǐng) adalah penganan tradisional Tionghoa yang menjadi sajian wajib pada perayaan Festival Musim Gugur setiap tahunnya. Di Indonesia, kue bulan biasanya dikenal dalam dialek Hokkian-nya, gwee pia atau tiong chiu pia.

Perayaan ini umumnya jatuh pada pertengahan musim panas, berdekatan dengan titik ekuinox utara yaitu titik di mana rentang waktu antara siang dan malam adalah sejajar. Tradisi kue bulan lahir di masa dinasti Xia dan Dinasti Shang, tradisi tersebut dikatakan berawal dari sebuah cerita rakyat kuno yang bersifat ritual. Namun perayaan tradisi tersebut baru populer di Tiongkok ketika era Dinasti Tang.

Perayaan sembahyang kue bulan tahunan setiap tanggal 15 bulan delapan kalender Imlek, untuk tahun ini memasuki tahun Imlek ke 2562 yang tanggal masehi jatuh pada tanggal 12 september2011. Pada hari itulah bulan paling bulat dan paling terang sepanjang tahun, karena pada hari itu jarak bulan dengan bumi dan bentuk kue yang bulat melambangkan terangnya bulan menyinari bumi, berdampingan dengan batas langit yang bersinar kemerahan yang mana melambangkan bersatunya pria (matahari) dan perempuan (bulan), seperti Yin dan Yang dalam tradisi Tiongkok.

Kue bulan tradisional pada dasarnya berbentuk bulat, melambangkan kebulatan dan keutuhan. Namun seiring perkembangan zaman, bentuk-bentuk lainnya muncul menambah variasi dalam komersialisasi kue bulan.

Perkataan Tiong Chiu berasal dari kata Tiong berarti tengah dan Chiu berarti musim rontok, jadi boleh dikatakan sebutan Tiong Chiu arti secara harafiah berarti pertengahan musim rontok. Namun demikian masyarakat lebih kenal dengan sembahyang Tiong Chiu Pia sebenarnya penyebutan ini tidak tepat / salah kaprah namun kenyataan dalam kebiasaan masyarakat tetap demikian.

Sembahyang Tiong Chiu diselenggarakan pada tanggal 15 bulan delapan Imlek (Pue Gwee Cap Go) secara religius sebagai pernyataan syukur kepada Malaikat Bumi (Too Ti Kong/Hok Tik Cing Sien). Penyambutan di saat bulan purnama di pertengahan musim rontok di belahan bumi Utara. Saat itu cuasa baik dan bulan nampak sangat cemerlang. Para petani sibuk dan gembira karena berada di tengah musim panen. Maka musim itu dihayati sebagai saat-saat yang penuh berkah Tuhan Yang Maha Esa lewat bumi yang menghasilkan berbagai hasil bumi, sehingga malaikat Bumilah disembahyangi terutama bagi negara agraris yang terdapat empat musim seperti Cina.


Pada saat purnama yang cemerlang itu dilakukan sembahyang kepada Dewa Bumi sebagai pernyataan syukur atas berkah yang diperoleh. Sebagai sajian khususnya ialah Tiong Chiu Pia yang melukiskan rembulan juga melambangkan Dewa Bumi. 

Di dalam Upacara sembahyang Besar Tiong Chiu hendaknya dihayati makna yang tersirat bahwa Tuhan Maha Besar, Maha Pengasih dan segenap berkah karunia itu hendaknya mendorong dan meneguhkan Iman, menjunjung dan memuliakan kebajikan karena makna Dewa Bumi membawakan berkah atas kebajikan. 

Menghormati Dewa Bumi hendaknya mengingatkan pula kepada Sabda Nabi Ie Ien yang berbunyi “sungguh milikilah yang satu-satunya, yaitu “kebajikan”, Dialah yang benar-benar berkenan di hati Tuhan. Jangan berkata Tuhan memihak kepadaku, hanya Tuhan senantiasa melindungi yang satu, yakni kebajikan”.


Selain sembahyang Dewa Bumi, masyarakat justru banyak yang sembahyang kepada Dewi Bulan di malam hari. Soal spiritual tidak ada yang bisa menghalangi seseorang untuk menunaikan ibadah dan yang penting adanya niat untuk memberikan kelurusan dalam hati dengan membuka pintu rohani menunaikan ibadah untuk memberikan kenyamanan bathin bagi yang melaksanakannya. 

Justru kemeriahan perayaan malam purnama adanya persembahyangan kepada Dewi Bulan Selain sajian kue bulan juga bermakna mendoakan mendapatkan kecantikan bagaikan Dewi Bulan sepanjang jagad yang disimbolkan dengan bedak untuk dipakai oleh para pemuja.
Inilah awal masyarakat kuno di Tiongkok mulai memberikan persembahan kepada dewi bulan, persembahan berupa kue bulan, anggur dan buah semangka.
Ada pepatah di Cina bahwa pernikahan itu yang dibuat di surga dan dipersiapkan di bulan. Orang yang melakukan persiapan adalah orang tua bulan ( Yueh Lao Yeh ).

Orang tua ini dikatakan tetap sebagai buku catatan dengan semua nama-nama bayi yang baru lahir. Dia adalah orang surgawi yang tahu mitra di masa depan semua orang dan tak seorang pun yang dapat melawan keputusan yang ditulis dalam bukunya.
Orang tua itu adalah salah satu alasan mengapa bulan sangat penting dalam mitologi cina dan terutama pada saat Festival Bulan. Semua orang termasuk anak-anak, mendaki sampai pegunungan tinggi, bukit atau ke tempat yang terbuka untuk melihat bulan dengan harapan bahwa ia akan mengabulkan keinginan mereka.


Untuk merayakannya, lentera merah palstik ditempa dalam gaya tradisional yang dihiasi dengan motif tradisional cina seperti kelinci, ikan mas, carps, kupu-kupu, lobster dan buah berbentuk bintang.  

Namun, di Hong Kong modern Anda juga akan melihat lentera yang di bentuk seperti rudal, pesawat, roket, kapal dan tank. 


Dalam mitologi Cina, kupu-kupu adalah simbol umur panjang dan lobster simbol atau tawa. Buah berbentuk bintang adalah buah musiman di musim gugur, dan omong kosong adalah simbol lama Kaisar, mempersonifikasikan kekuatan, keberanian, wisdow dan, tentu saja, kekuasaan.















Tidak ada komentar:
Write komentar