|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Kamis, 27 Oktober 2011

Keterlibatan Konfucius Dalam Politik

 



Dalam sejarah China, Konfusius hidup pada zaman dinasti Zhou. Pendiri dinasti Zhou mengalahkan penguasa terakhir dinasti Shang sekitar seribu tahun sebelum Kristus. Pada awal dinasti Zhou, rajanya sangatlah berkuasa dan negaranya menikmati kedamaian dan kemakmuran. Tetapi pada masa Konfusius, China terbagi menjadi beberapa negara bagian yang pada awalnya dikuasai oleh anggota keluarga penguasa. Negara-negara bagian ini bertempur satu dengan yang lain untuk memperebutkan kekuasaan.

Di dalam satu negara pun selalu terjadi pertengkaran dan perselisihan antara penguasa dan kaum bangsawan di sekitarnya. Kekerasan dan pertikaian politik menjadi agenda tiap hari. Kesejahteraan rakyat biasa sangat terabaikan.

Suatu ketika dia kebetulan melewati kaki gunung Tai, Konfusius melihat seorang wanita menangis di samping kuburan. Dia mengirim Zilu untuk melihat. “Paman saya dibunuh oleh seekor harimau beberapa waktu yang lalu,” kata wanita itu. “Kemudian suamiku juga dibunuh oleh harimau itu juga. Sekarang anak saya....”
“Kenapa kamu tidak meninggalkan tempat ini dan pergi ke tempat lain?”
“Karena di sini tidak ada penguasa lalim yang meneror kami,” jawab wanita itu.
“Kamu lihat,” kata Konfusius kepada Zilu setelah beberapa saat, “seorang penguasa lalim lebih buruk dibandingkan harimau.”

Konfusius tidak bermaksud untuk hanya menjadi guru. Dia ingin mempraktekkan ide-idenya dan berharap para penguasa akan memberinya kesempatan untuk menerapkan idenya dan membuat sebuah program reformasi. “Walaupun jika hanya ada satu penguasa yang mau memakai saya,” katanya, “saya dapat menyelesaikan banyak hal dalam setahun, dan membuat perubahan yang nyata dalam waktu tiga tahun.”

Ketika Zigong bertanya tentang pemerintah, Konfusius berkata : “Cukup makan, cukup perlindungan dan kepercayaan rakyat adalah hal yang terpenting dari pemerintahan.”
“Jika kamu harus melepas satu dari ketiga hal itu, yang mana yang akan anda lepas?” tanya Zigong.
“Perlindungan.”
“Jika kamu dipaksa untuk melepaskan satu lagi, mana yang akan anda lepas?”
“Makanan. Memang benar orang akan mati tanpa makanan, tetapi kematian sudah menjadi takdir manusia sejak awal. Tetapi sebuah negara tidak dapat berdiri jika masyarakatnya tidak mempunyai keyakinan pada pemerintahnya.”

Tetapi bermain di kancah politik bukanlah keahliannya, karena ia sangat vokal dan tidak mau menyanjung yang berkuasa. Seperti yang dikatakannya, “Untuk menyembunyikan perasaan seseorang dan berpura-pura bersahabat dengan orang yang tidak disukainya, saya malu melakukan itu.” Dia percaya bahwa yang terbaik adalah disukai oleh yang baik dan tidak disukai oleh yang jahat.

Dia berusia tiga puluh ketika penguasa negara Qi, Bangsawan Jing mengunjunginya. Konfusius berkata bahwa kekuasaan sang bangsawan berada pada pemerintahan yang baik dan pejabat yang bagus, pengaturan sosial yang layak dan pentingnya pengajaran moral.

Dia berusia tiga puluh lima ketika terjadi perang saudara di daerah asalnya antara Bangsawan Zhao, penguasa negara Lu, dengan para jenderalnya. Konfusius membawa beberapa murid favoritnya dan pergi ke negara Qi. Bangsawan Jing dari negara Qi meminta nasihatnya tentang pemerintahan yang bagus.

Konfusius berkata, “Pengeluaran yang hati-hati adalah hal penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah yang baik.”
“Seorang bangsawan harus bersikap seperti layaknya seorang bangsawan, seorang menteri harus bersikap seperti seorang menteri, seorang ayah bersikap seperti seorang ayah, dan seorang anak bersikap seperti seorang anak,” Dengan kata lain, Konfusius percaya bahwa setiap dari mereka harus melaksanakan kewajibannya dan membiarkan yang lain untuk melakukan kewajiban mereka juga.

Dia menekankan, “Seorang yang mempunyai kepandaian yang cukup untuk mendapatkan kedudukan tinggi di pemerintahan membutuhkan kebajikan untuk mempertahankan posisinya. Kalau tidak, dia akan kehilangan posisinya meskipun dia memilikinya sekarang. Seseorang mungkin mempunyai kepandaian dan kebajikan yang cukup untuk mempertahankan kedudukannya tapi dia tidak akan dihormati orang jika tidak memperlakukan mereka dengan baik. Seseorang mungkin pandai, baik dan dihormati, tetapi itu belum cukup kecuali jika dia bertindak dengan sopan santun.”

Sang bangsawan ingin mengangkat Konfusius dan memberinya kedudukan tinggi di pemerintahan di negara Qi, tetapi perdana menteri dan pejabat-pejabatnya yang lain menolak. Mereka tidak senang seorang cendekiawan dari negara lain menjadi sejajar dengan mereka.

Konfusius tinggal di Qi selama tiga tahun, tetapi tidak pernah diberi jabatan. Maka ia meninggalkan negara Qi dan kembali ke negara Lu untuk meneruskan pengajarannya selama sepuluh tahun lagi.

Pada waktu itu, kekuatan pemerintahan di negara Lu berada di tangan Yang Hu, seorang politikus jahat yang penuh ambisi dengan reputasi yang meragukan. Dia adalah seorang diktator dan penguasa tunggal negara bagian. Mengetahui reputasi Konfusius yang tinggi di negara Lu, dia memaksa Konfusius untuk bergabung dengannya dan berulang kali menawari Konfusius posisi senior di pemerintahan. Tetapi Konfusius menolaknya.

Yang Hu tidak mengenal putus asa. Suatu hari, dia mengirim seekor babi muda untuk Konfusius sebagai hadiah ketika Konfusius sedang tidak di rumah sehingga dia tidak dapat menolak. Ini membuat Konfusius harus membayarnya dengan mengunjungi Yang Hu, menurut aturan sopan santun yang berlaku pada waktu itu. Konfusius juga memilih waktu dimana Yang Hu tidak di rumah untuk melakukan kunjungan balasan. Tetapi dia bertemu dengan Yang Hu pada perjalanannya pulang ke rumah.

“Saya ingin berbincang-bincang dengan anda,” Yang Hu menghentikan Konfusius. “Apakah anda pikir seorang pria dapat dikatakan murah hati jika dia memiliki harta yang tak ternilai harganya tapi mengabaikan kesulitan negaranya?”
“Tidak,” jawab Konfusius.
“Apakah kamu pikir seorang pria dapat dikatakan bijaksana jika dia ingin mengabdi kepada negaranya tapi melepaskan kesempatan baik untuk bekerja di pemerintahan?”
“Tidak.”
“Waktu berjalan terus dan tidak menunggu siapa pun, anda mengerti?”
“Baiklah. Saya menerima tawaran ini,” akhirnya Konfusius berkata.

Tetapi dia hanya mencoba untuk mengelak dari pertemuan yang canggung itu. Dia tidak pernah benar-benar menjabat suatu posisi di bawah Yang Hu.

Konfusius mulai berpartisipasi dalam politik di negara Lu setelah 501 SM, ketika Yang Hu meninggalkan negara Lu setelah dia gagal dalam usahanya membunuh salah satu lawan politiknya.

Pada usia lima puluh satu, Konfusius dipilih menjadi walikota di kota Zhongdu oleh bangsawan Ding, penguasa negara Lu. Dalam waktu satu tahun, Zhongdu menjadi kota teladan tanpa kriminalitas. Pintu-pintu tidak perlu dikunci pada malam hari karena tidak ada pencuri. Barang yang hilang selalu dapat ditemukan karena barang tersebut tetap tergeletak di tempat di mana mereka ditinggalkan.

“Dalam menangani kasus hukum, saya tidaklah lebih baik dibanding orang lain,” kata Konfusius. “Tetapi tujuanku adalah untuk mengakhiri kasus hukum.

Dia percaya bahwa prinsip moral yang tinggi dan tingkah laku yang baik dapat membantu membentuk kesadaran diri dan etika, sehingga menciptakan kedamaian dan struktur sosial yang baik, sedangkan pemaksaan hukum hanyalah membuat manusia mencoba untuk menghindari hukuman tanpa mengembangkan kesadaran.

Pada tahun berikutnya Konfusius dipromosikan menjadi Menteri Kehakiman dan kemudian menjadi perdana menteri di negara Lu.

Perekonomian negara Lu menjadi sangat maju dibawah kepemimpinannya. Orang berdatangan dari negara lain ke negara Lu untuk menyaksikan sendiri kemakmuran dan kedamaian di negara itu.

Konsep pemerintahan Konfusius adalah: “Untuk mempertahankan kejujuran, kerajinan, kemakmuran, pembagian ketenagakerjaan yang adil dan kasih kepada sesama di suatu negara yang memiliki ribuan kereta perang.

Konfusius juga sukses dalam urusan diplomatik ketika dia menemani bangsawan negara Lu di konferensi perdamaian dengan negara Qi dan menegosiasikan pengembalian tiga kota yang diambil dari negara Lu. Ini adalah berkat pemahamannya akan pentingnya bernegosiasi dari segi kekuatan. Sebelum pergi ke konferensi, dia menasihati bahwa Menteri Pertahanan harus ikut dalam delegasi tersebut.

“Jika anda menginginkan perdamaian, bersiaplah untuk perang,” katanya kepada sang bangsawan. Ini adalah masa paling bahagia dalam hidupnya.
“Saya mendengar bahwa seorang pria sejati tidak pernah menunjukkan ketakutan ketika menghadapi mara bahaya, juga tidak terlena dalam kesuksesan,” salah seorang muridnya menggodanya.
“Benar,” jawab Konfusius. “Tetapi dia harus gembira karena kerendahan hatinya meskipun dia memiliki jabatan yang tinggi.”

Konfusius adalah seorang yang apa adanya dan pendiam di rumah, tapi cerdas dan fasih berbicara dalam rapat-rapat pemerintahan dan pesta protokoler. Dia tampil meyakinkan di antara pejabat tinggi, tapi akrab dengan pejabat yang berkedudukan lebih rendah. Dia penuh sopan santun tetapi tidak kaku, lembut tetapi stabil, dihormati dan mudah didekati. Dia tidak pernah memberikan kesimpulan yang tidak masuk akal, atau pendapat yang membingungkan, dan tidak pernah melihat sesuatu dari sudut pandangnya sendiri.

Zilu juga ditunjuk menjadi pejabat pemerintahan. Di suatu musim semi, Bangsawan Duke mengumpulkan sekelompok pekerja untuk menggali kanal guna mencegah banjir. Karena bersimpati pada para pekerja, Zilu menyiapkan makanan untuk mereka dengan uangnya sendiri. Ketika Konfusius mendengar hal ini, dia mengirim Zigong untuk menghentikannya.

“Mereka bekerja untuk si bangsawan,” kata Zigong. “Guru bertanya-tanya mengapa kamu bersimpati pada mereka?”

Zilu marah dan pergi menemui Konfusius.

“Bukankah anda mengajar kami untuk bersikap baik dan murah hati, Guru?” tanyanya. “Murah hati berarti berbagi. Apa salahnya saya berbagi apa yang saya punya dengan para pekerja itu?”

“Kamu terlalu naif, Zilu,” jawab Konfusius. “Saya pikir kamu mengerti politik, ternyata tidak. Kamu bertindak karena maksud baik. Tapi kamu kelewat batas. Mereka bekerja untuk Bangsawan Ding. Mereka dibayar olehnya. Itu adalah kewajibannya. Kamu telah melanggar haknya. Kamu telah melanggar norma.”

Begitu Konfusius menyelesaikan kata-kata itu, seorang utusan Bangsawan Ding datang memaki dia. “Yang mempekerjakan mereka adalah Yang Mulia. Mengapa kamu menyuruh muridmu memberi mereka makanan? Apakah kamu ingin merebut mereka dari Yang Mulia?”

Kesalahpahaman seperti itulah yang ingin dihindari oleh Konfusius.

Dalam perjalanan ke negara lain, Zigong menebus orang senegaranya yang menjadi budak di sana, membawanya pulang, dan membebaskannya. Menurut hukum negara Lu, Zigong pantas dihargai. Namun ketika para pejabat memberinya penghargaan, dia menolaknya.

“Kamu salah, Zigong,” kata Konfusius. “Penghargaan itu dimaksud untuk memberikan insentif pada masyarakat untuk berbuat baik. Menerimanya tidak akan mempengaruhi reputasimu. Sebaliknya, penolakanmu bisa jadi menyurutkan niat orang lain untuk membantu rekan senegaranya dalam keadaan yang serupa. Jangan memberikan contoh yang sulit diikuti orang lain.”

Tidak ada komentar:
Write komentar