|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Rabu, 19 Oktober 2011

Seorang Satria Tidak Akan Tergoda Wanita Cantik

 

Peribahasa China Kuno mengatakan,"Seorang satria sulit untuk dapat melewati lintasan perempuan cantik.” Seorang pria bila tidak memiliki kemauan dan ketenangan yang kokoh, dia tidak akan mampu mengatasi godaan dan rayuan perempuan cantik. Sekalipun telah menjadi biksu, atau yang telah meninggalkan keinginan akan nama besar dan keuntungan duniawi, namun masih belum mampu meninggalkan secara tuntas kegemaran akan paras elok.
Dalam sejarah Tiongkok, Kaisar Tang Xuan Zong telah menelantarkan situasi politik pemerintahan karena terlalu memanjakan selir utamanya Yang, sehingga hampir menyebabkan pemberontakan An Lushan dan Shi Si Ming dan hampir saja kehilangan kekuasaan negara. 

Lu Bu (seorang jenderal pada masa akhir Dinasti Han) dalam Romance of The Three Kingdom, karena terlalu mempercayai ucapan seorang perempuan sehingga menjadi bimbang dan tidak tegas, akhirnya kehilangan kota yang dipertahankan dan nyawanya. Meskipun di dalam sejarah juga pernah ada catatan seorang satria Liu Xia Hui yang tidak mabuk oleh godaan perempuan cantik, namun jumlah pria yang tidak tergoda sangatlah sedikit.

Pepatah China kuno mengatakan, “Kecabulan merupakan hal paling utama dalam segala kejahatan”,  orang yang menggemarinya sangat mudah mabuk akan cinta birahi antar lawan jenis, sehingga tidak memiliki ambisi besar dan akan sulit berhasil dalam sekolah maupun kultivasi diri.

Sebelum kita berkultivasi, tentu akan banyak orang yang sangat menggemari perempuan cantik, bahkan mencari seribu satu akal untuk mengejarnya. Namun prinsip Maha Hukum Alam Semesta telah membuat kita memperoleh kesadaran yang sangat mendalam, peningkatan alam pikiran, untuk mengenali bahwa kecantikan batin barulah kecantikan sejati. Buddha Sakyamuni pernah memberi sebuah ulasan yang brilian tentang perempuan cantik.

Konon pada masa Sang Buddha masih ada di dunia, Brahmin membawa putri-putrinya yang sangat elok mengunjungi kediaman Sang Buddha.  Para murid Sang Buddha melihat putri-putri cantik tersebut, saling melontarkan pujian, bahkan ada yang terpikat. Brahmin dengan nada menantang berkata, “Buddha, silahkan Anda mencermati putri-putriku, apakah ada bagian yang jelek?” 

Sang Buddha menjawab, “Putri-putrimu sangat jelek, saya tidak melihat ada bagian yang cantik.” Mendengar ini, Brahmin merasa marah bercampur malu, dan tidak mengerti mengapa Sang Buddha mengucapkan kata-kata ini. Ananda yang berada di samping, berdiri bertanya kepada Sang Buddha, “Buddha, mereka cantik elok tiada tara, mengapa Buddha mengatakan mereka jelek?”

Sang Buddha berkata dengan tersenyum, “Yang disebut cantik, adalah seorang yang matanya tidak tamak akan keelokkan, telinga tidak tamak akan bunyi-bunyian, lidah tidak tamak akan cita rasa, tubuh tidak mengenakan perhiasan elok dan pelicin, barulah dia seorang yang benar-benar cantik anggun.”

“Tangan yang tidak merampas harta orang lain adalah tangan yang baik, mulut yang tidak melukai orang adalah mulut yang baik, kaki yang tidak berpijak pada hal yang haram adalah kaki yang baik. Perempuan pesolek di dunia fana, di luar dan dalam tubuhnya, keseluruhan inderanya, siang malam tiada hentinya dilewati hal-hal busuk, lalu apakah yang cantik? Hanya orang yang seluruh indera dan niatnya telah murni bersih, teguh menjaga moralnya, akan harum sampai di kejauhan, akan selalu memperoleh perlindungan dan mendapatkan berkah keselamatan.”

Dengan demikian dapat diketahui, manusia di dunia fana karena terpesona oleh ilusi kecantikan, tidak dapat melihat dengan jelas kecantikan yang sesungguhnya. Sebagai pria santun di dunia, melihat paras elok tidak hanyut terpesona merupakan standar moral dasar. Dengan tuntas meninggalkan kegemaran akan paras elok dan memiliki aspirasi yang tinggi pasti akan mampu menjadi seorang tokoh terkemuka. ( Guanming )

Tidak ada komentar:
Write komentar