Dahulu kala, ada seorang biksu yang telah berkultivasi hingga tingkat cukup tinggi. Dia tinggal bersama seorang biksu cilik. Suatu ketika, biksu senior saat bermeditasi, mendapat penglihatan bahwa biksu kecil itu hidupnya hanya tinggal tujuh hari lagi. Karena itu, si biksu senior lantas menyuruh biksu kecil agar pulang mengunjungi dan merawat orang tuanya.
Namun delapan hari kemudian, biksu kecil itu kembali. Biksu senior merasa sangat keheranan melihat biksu kecil itu tidak meninggal. Jadi ia pergi bermeditasi dan diam-diam mengamati apa yang terjadi.
Ternyata dalam perjalanan pulang, si biksu kecil itu melihat sebuah sarang semut yang akan diterjang banjir. Dia segera melepas jubahnya dan menaruh setumpuk tanah untuk memblokir air masuk ke sarang semut. Karena itu masa hidup biksu kecil itu diperpanjang 12 tahun.
Biksu senior dengan gembira mengatakan pada biksu kecil bahwa Langit telah menganugerahkannya kehidupan yang diperpanjang. Biksu kecil itu lebih rajin kultivasinya setelah mendengar ini. Pada akhirnya, si biksu kecil mencapai kesempurnaan sebagai Arhat.
Su Dongpo dan Burung-Burung
Su Shi atau Su Dongpo dari Dinasti Song membangun sebuah tempat belajar di lereng timur samping rumahnya sehingga dia bisa bermeditasi dan menulis literatur. Dia menyebut dirinya “Lereng Timur Buddha Berbaring”. Sedangkan “Dongpo” sendiri berarti lereng timur.
Di depan tempat belajarnya, ada banyak tanaman bambu, pohon cemara dan bunga. Seiring dengan waktu, halaman rumahnya dipenuhi dengan tanaman tersebut. Banyak burung membuat sarang di pohon yang tumbuh di halaman rumah. Su Dongpo melarang anak-anak dan pelayannya menangkap burung-burung itu.
Beberapa tahun kemudian, sarang burung itu malah dibuat pada cabang-cabang pohon yang rendah. Sehingga orang pun bisa melihat telur-telur di dalam sarang ketika berjalan melewati pohon. Dengan demikian, orang dan burung hidup bahagia bersama.
Seorang Guru di Biara Buddha berkata, “Orang-orang di dunia menemui kesengsaraan hidup, sebagian besar dikarenakan pernah membunuh kehidupan. Karena Anda mengambil nyawa mereka, mereka akan datang membunuh Anda untuk membayar kehidupan mereka yang hilang.
Jika Anda mengambil uang mereka dan menolak untuk membayar, mereka akan datang membakar rumah Anda atau memisahkan suami atau istri Anda. Karena di masa lalu, Anda menghancurkan sarang burung atau lebah. Ini disebut sebab dan akibat. Dan pembalasan sepadan adalah tepat, sehingga orang di dunia ini harus mendengarkan dengan seksama ajaran Buddha.”
Tidak ada komentar:
Write komentar