Menurut dongeng, pada zaman dahulu kala, ada seorang pemuda yang bernama Wan Nian (Selaksa Tahun), melihat catatan waktu tentang perubahan iklim alam sangat kacau, lantas mempertimbangkan bagaimana caranya menentukan secara tepat perubahan iklim tersebut. Pada suatu hari, ia pergi ke gunung mencari kayu bakar, ketika sedang istirahat duduk di bawah naungan pohon, melihat gerakan bayangan pohon, dia merasa mendapat inspirasi, lalu merancang sebuah instrumen waktu untuk mencatat perubahan iklim dengan berdasarkan pengukuran bayangan matahari.
Namun, instrumen waktu ini, di mana saat cuaca mendung dan hujan, menjadi tidak bermanfaat. Belakangan, ia mendapatkan ilham lagi dari tetesan mata air di lereng gunung, lalu dia membuat sebuah jam air 5 tingkat. Dan belakangan ia mendapati, bahwa setiap lebih dari 360 hari, panjang pendeknya iklim akan mengulang sekali lagi.Diwaktu yang sama, Raja Zuyi sedang mencemaskan bencana alam yang melanda negerinya. Ia yakin banyak penderitaan akibat bencana alam dapat dihindari atau setidaknya dikurangi efeknya jika saja dia tahu bagaimana memprediksi cuaca. Salah satu menterinya, Aheng yang ingin mencari muka dihadapan raja malah mengusulkan raja mengadakan upacara sembahyang pada langit ( Tuhan ), katanya Kaisar Giok ( Kaisar langit Dewa-Dewi orang Tionghoa ) minta sogokan atau kalau tidak akan diturunkan bencana. Raja Zuyi menerima usulannya, tetapi bencana alam tetap saja tidak dapat dihindari.
Tidak terdeteksinya iklim dan angin membuat Raja Zhu Yi, risau. Dan setelah Wan Nian mengetahuinya, lalu membawa jam matahari dan jam air menemui raja, menjelaskan prinsip peredaran bulan dan matahari. Raja Zhu Yi sangat gembira setelah mendengarnya, lalu menyuruh Wan Nian tinggal, membuat paviliun bulan dan matahari di depan kuil langit, membuat menara jam matahari dan pos jam air. "Mudah-mudahan kamu bisa mengukir secara tepat hukum peredaran bulan dan matahari, memperhitungkan secara tepat waktu fajar, dan membuat penanggalan, untuk kesejahteraan seluruh rakyat di dunia."
Wan Nian mengukir penanggalannya di atas tebing samping kuil langit :
Beberapa waktu kemudian, Raja Zuyi menyuruh A-heng untuk memeriksa hasil pekerjaan Wannian. Menteri tersebut pergi ke stasiun pengamat cuaca dan menemukan catatan-catatan Wannian di dinding, bahwa satu siklus waktu yang terdiri dari 360 hari, 12 siklus bulan dan 4 perubahan musim. Agaknya Wanian hampir merampungkan tugasnya. Khawatir kalau prestasi Wannian akan membuat dirinya tersingkir dari lingkaran pengaruh Raja Zuyi, kemudian A-heng mengirim pembunuh bayaran untuk menghabisi Wannian. Namun pembunuh bayaran tersebut tertangkap sebelum mencelakai Wannian. Ketika Raja Zhu Yi mengetahui keterlibatan Aheng dalam rencana pembunuhan tersebut, A-heng akhirnya dihukum pancung.
Terbit dan tenggelamnya matahari 360,
Berputar ulang dimulai dari awal.
Layu dan seminya tumbuh-tumbuhan dibagi empat musim,
Satu tahun terdapat 12 bulan.
Setelah itu Raja Zhu Yi sendiri yang naik ke atas paviliun bulan dan matahari menengok Wan Nian. Wan Nian menunjuk gejala langit, berkata kepada Raja Zhu Yi, "Sekarang tepat genap 12 bulan, tahun lama sudah berakhir, musim semi mulai lagi, mohon raja menetapkan suatu hari raya."
Raja Zhu Yi berkata, "Musim semi adalah awal tahun, jadi disebut saja hari raya musim semi." Kemudian, melalui pengamatan yang panjang dan perhitungan yang cermat, Wan Nian menetapkan penanggalan yang tepat. Ketika dia mempersembahkan penanggalan kepada raja berikutnya, ia sudah berambut putih kemilau.
Demi untuk memperingati jasa Wan Nian, maka raja memberi nama penanggalan tersebut sebagai " Kalender Wan Nian", dan menganugerahkan Wan Nian sebagai dewa panjang umur bulan dan matahari. Belakangan, saat tahun baru orang-orang menggantung gambar dewa panjang umur, dan konon katanya adalah untuk memperingati Wan Nian, maka hari raya tersebut lantas dinamakan " Festival Musim Semi."
Saat ini perayaan dilakukan dengan jamuan besar dan berbagai kegiatan. Di Taiwan dirayakan sebagai Festival Lampion. Di Asia Tenggara dikenal sebagai hari Valentine Tionghoa, masa ketika wanita-wanita yang belum menikah berkumpul bersama dan melemparkan jeruk kedalam laut. Dan secara umum saat ini pengucapan selamat pada perayaan imlek dengan menyebutkan Gongxi Facai (Bahasa Mandarin) atau Kung Hei Fat Choi ( Bahasa Kantonis ).
Cap Go Meh melambangkan hari kelimabelas dan hari terakhir dari masa perayaan Imlek bagi komunitas kaum migran Tionghoa yang tinggal diluar Negeri leluhurnya, dan sat itu merupakan bulan penuh ( purnama ) pertama di Tahun Baru tersebut.
Tidak ada komentar:
Write komentar