Huang Daopo ( 黃道婆 ) merupakan seorang pembaharu teknik penenunan kain kapas yang ulung pada zaman abad ke-13 di Cina. Ia telah membuat kontribusi besar untuk perkembangan penenunan kain katun Cina.
Huang Daopo dilahirkan pada tahun 1245 Masehi dalam sebuah keluarga
petani yang miskin di Kampung Wunijing, Songjiang, yaitu Kota Huajing,
Shanghai pada masa ini. Masa itu merupakan akhir Dinasti Song, rakyat hidup dalam kondisi terpuruk dan masyarakat berada dalam pergolakan.
Ketika bencana alam terjadi, kehidupan rakyat menjadi sangat sulit.
Dalam masyarakat feodal Tiongkok, posisi kaum wanita rendah sekali dibandingkan dengan pria dan kehidupan kaum wanita tidak aman.
Karena keluarganya miskin dan orang tuanya kehilangan sumber rezeki, maka saat berusia belasan tahun Huang Daopo dijual oleh orang tuanya ke sebuah keluarga berada sebagai bakal istri anak lelaki keluarga itu. Setiap hari Huang Daopo terpaksa melakukan kerja berat, selain itu ia selalu mengalami kelaparan dan kedinginan malah selalu dicaci maki dan dipukuli oleh orang tua mertuanya. Huang Daopo terpaksa melarikan diri dari keluarga itu pada suatu malam. Akhirnya Huang Daopo telah tiba di Pulau Hainan di selatan Cina.
Iklim di Pulau Hainan amat sesuai dengan pertumbuhan kapas, di samping itu, industri penenunan kapas juga berkembang di sana.
Rakyat Etnis Li, salah satu etnis minoritas Cina yang hidup di Pulau
Hainan memiliki kepandaian yang tinggi dalam penenunan kapas dan barang
tenunan mereka sangat laris dijual di berbagai tempat di Cina.
Rakyat lokal bukan saja memberi layanan baik terhadap kehidupan Huang
Daopo, tetapi juga mengajarkan teknik penenunan yang maju kepadanya.
Huang Daopo bukan saja telah menguasai teknik penenunan Etnis Li,
tetapi juga telah memadukan keunggulan teknik penenunan kedua etnis
yaitu etnis Li dan Etnis Han. Dengan berbuat demikian, ia berangsur-angsur telah menjadi pakar penenunan yang terkenal.
Setelah menetap selama lebih 30 tahun di Pulau Hainan, Huang Daopo telah kembali ke kampung halamannya.
Berdasarkan pengalaman penenunan beliau di Pulau Hainan, Huang Daopo
telah memperbarui perangkat keras dan teknologi penenunan di kampung
halamannya.
Beliau telah membuat roda pintal baru yang pengendaliannya lebih sederhana tetapi keefisienannya lebih tinggi dua hingga tiga kali lipat dari roda pintal yang lama. Roda pintal yang baru tersebut telah dipopulerkan secara pesat di daerah aliran selatan Suangai Yangtze.
Di samping berusaha memperbarui peralatan penenunan, Huang Daopo juga telah memperkenalkan teknologi penenunan yang maju di kampung halamannya berdasarkan pengalaman penenunan beliau dalam waktu yang panjang. Ia telah memperbarui teknik penenunan dan pencelupan. Selain itu, beliau juga telah menyempurnakan teknologi berbagai tingkat dalam proses penenunan seperti pencungkilan biji kapas, penepukan bulu kapas, pemintalan benang kapas dan penenunan kain kapas.
Huang Daopo telah banyak mencampurkan gaya seni lukis Etnis Li ke dalam desain pola kain katun dan pakaian. Bentuk rumah, kondisi adat istiadat, simbol keagamaan, aktivitas produksi pertanian, keseharian, kisah sejarah dan konsep estetik Etnis Li telah dilukis dan dicetak oleh Huang Daopo pada kain yang ditenunnya. Kain yang ditenunnya semakin disukai oleh orang banyak dan sangat laris pada masa itu. Sehingga membuat banyak orang masuk dalam kedua industri penenunan. Usaha yang dijalankan oleh Huang Daopo telah mendorong kemakmuran dan perkembangan perusahaan penenunan di Cina.
Belum sampai 10 tahun sekembalinya ke kampung halaman, Huang Daopo telah meninggal dunia karena kelelahan.
Tidak lama setelah beliau meninggal. Kampung halaman Huang
Daopo yaitu Songjiang, telah menjadi pusat perusahaan penenunan yang terbesar di seluruh
Cina. Peringkat itu dipertahankan secara berkelanjutan selama beberapa ratus tahun. Pada abad ke-16, petani di sana bisa menenun sepuluh ribu gulung kain kapas.
Mulai abad ke-18 sampai abad ke-19, katun yang ditenun di Songjiang
telah dijual ke negara-negara Eropa dan Amerika dan disebut "kain
terbaik di dunia".
Ketika bencana alam terjadi, kehidupan rakyat menjadi sangat sulit.
Dalam masyarakat feodal Tiongkok, posisi kaum wanita rendah sekali dibandingkan dengan pria dan kehidupan kaum wanita tidak aman.
Karena keluarganya miskin dan orang tuanya kehilangan sumber rezeki, maka saat berusia belasan tahun Huang Daopo dijual oleh orang tuanya ke sebuah keluarga berada sebagai bakal istri anak lelaki keluarga itu. Setiap hari Huang Daopo terpaksa melakukan kerja berat, selain itu ia selalu mengalami kelaparan dan kedinginan malah selalu dicaci maki dan dipukuli oleh orang tua mertuanya. Huang Daopo terpaksa melarikan diri dari keluarga itu pada suatu malam. Akhirnya Huang Daopo telah tiba di Pulau Hainan di selatan Cina.
Beliau telah membuat roda pintal baru yang pengendaliannya lebih sederhana tetapi keefisienannya lebih tinggi dua hingga tiga kali lipat dari roda pintal yang lama. Roda pintal yang baru tersebut telah dipopulerkan secara pesat di daerah aliran selatan Suangai Yangtze.
Di samping berusaha memperbarui peralatan penenunan, Huang Daopo juga telah memperkenalkan teknologi penenunan yang maju di kampung halamannya berdasarkan pengalaman penenunan beliau dalam waktu yang panjang. Ia telah memperbarui teknik penenunan dan pencelupan. Selain itu, beliau juga telah menyempurnakan teknologi berbagai tingkat dalam proses penenunan seperti pencungkilan biji kapas, penepukan bulu kapas, pemintalan benang kapas dan penenunan kain kapas.
Huang Daopo telah banyak mencampurkan gaya seni lukis Etnis Li ke dalam desain pola kain katun dan pakaian. Bentuk rumah, kondisi adat istiadat, simbol keagamaan, aktivitas produksi pertanian, keseharian, kisah sejarah dan konsep estetik Etnis Li telah dilukis dan dicetak oleh Huang Daopo pada kain yang ditenunnya. Kain yang ditenunnya semakin disukai oleh orang banyak dan sangat laris pada masa itu. Sehingga membuat banyak orang masuk dalam kedua industri penenunan. Usaha yang dijalankan oleh Huang Daopo telah mendorong kemakmuran dan perkembangan perusahaan penenunan di Cina.
Tidak ada komentar:
Write komentar