|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Minggu, 27 Mei 2012

Kitab Nan Hua Zheng Jing ( 南華真經) Bab 26

 

   


Kitab “Zhuangzi” juga dikenali sebagai Nan Hua Zheng Jing ( 南華真經 ), atau dipendekkan Nan Hua Jing ( 南華經 ) adalah kitab yang mengandungi pandangan dan ajaran beliau.

Kitab ini terbagi dalam tiga buku yaitu : Bahagian Asli, Bahagian Luaran serta Bahagian Umum; semuanya mempunyai 33 Bab. Bahagian Asli adalah hasil tulisan beliau sendiri, Bahagian Luaran adalah hasil pengikut yang mencatatkan kisah Zhuangzi dan Bahagian Umum adalah hasil pandangan pengikut beliau.
 
Bab 26 : BANJIR MUSIM GUGUR
 

Ayat 1 : Air Yang Menggelora
 

Waktu turun musim gugur, ratusan aliran air mengalir ke sungai kuning. Begitu besarnya sehingga airnya yang berlumpur menelan semua yang ada melalui tanggul di kedua tepi sungai. Hantu penguasa sungai merasa senang dan berkata : Ho ! Ho ! Ho ! Dari seluruh air yang ada di dunia, akulah yang terbesar.

Air mengalir sepanjang sungai sampai ke laut utara dan ketika hantu sungai melihat ke sekelilingnya, ia tak dapat melihat dari mana asal air itu dan berkata : Wah ! Benar-benar ini air yang terbesar di dunia !

Ia bertemu dengan Dewa laut utara dan bertanya : Aku benar-benar bodoh dan naif, bila aku tak datang kesini, aku akan benar-benar ditertawakan orang Tao.

Dewa laut utara berkata : Orang tak dapat berbicara tentang laut dengan katak di dalam sumur, orang tak dapat berbincang tentang salju dengan serangga musim panas. Orang tak dapat berbincang-bincang tentang Tao dengan orang sombong, karena kamu tahu tentang keterbatasanmu, saya mendiskusikan Tao denganmu.

Dari semua air di bawah langit, lautlah yang terbesar. Tapi dibandingkan dengan langit dan bumi, saya hanya seperti sebutir kerikil di gunung Tai San, saya bukanlah yang terbesar. Negara China di bandingkan dengan ruang antara empat lautan seperti sebuah padi dalam lumbung. Manusia dibandingkan dengan segala rambut pada tubuh kuda. Karena itu daerah kekuasaan lima kaisar, perjuangan tiga dinasti.

Keinginan manusia tentang kebajikan, kerja keras sama pentingnya dengan sebutir padi, sehelai rambut dan sebutir kerikil. Manusia menjadi sombong karena kebodohannya. Mereka terikat oleh keterbatasan pengetahuannya oleh karena itu tak mengetahui kebesaran Tao yang berada dibalik ilmu.

Maka dari itu ada pepatah mengatakan : Dari pada kita bicara dengan orang yang egois / sombong / fanatik / menafik / keras kepala / arogan, lebih baik kita bicara dengan sapi. Mengapa begitu ! Karena mereka tak akan mau mendengarkan kata-kata kita, apalagi kalau ia mencintai dirimu, mungkin ia justru akan sengaja melakukannya agar kita marah dan tersinggung.

Ayat 2 : Langit dan Bumi dan Ujung Rambut
 

Hantu sungai bertanya kepada Dewa laut : Bila kau menganggap langit dan bumi sebagai kebesaran ideal, dapatkan kita katakan ujung rambut sebagai kecil yang ideal ?

Dewa laut utara berkata : Tidak, apa yang kita jelaskan sebagai yang terbesar dan terkecil dianggap memiliki bentuk yang dapat dilihat. Bila suatu benda tak memiliki bentuk, bagaimana kita dapat mengukur dan mengambarkannya ?

Dewa laut utara berkata : Jagat raya tak berawal dan tak berakhir, ia akan tetap ada dalam keadaan terus-menerus berubah, karena itu manusia bijak tak akan menganggap jauh sebagai jauh dan dekiat sebagai dekat, ia tak akan menganggap yang besar itu lebih dan yang kecil itu kurang. Langit dan bumi tidaklah besar dan ujung rambut bukannya tak berharga.

Cepat dan lambat dalam ukuran waktu, panjang dan pendek dalam ukuran jarak, besar dan kecil dalam ukuran besaran. Semuannya diukur berdasarkan pengertian standar manusia, tak ada artinya untuk melihat suatu benda berdasarkan pengertian manusia. Sebab manusia hanya merupakan bagian dari benda yang ada, tetapi bila kita tak tahu bentuk dan sifat bagaimana kita menerangkannya.

Kalau kita tak tahu apa yang diinginkan dan apa yang diminta, bagaimana kita bisa menurutinya. Maka dari itu kadang kita harus mempunyai bukti dan kenyataan. Apa yang dibicarakan dan dilakukan bisa dijadikan kenyataan dan bukti, bila ia merubah-rubah terus dan tak menyatakan apa-apa itu akan membingungkan kita.

Kita manusia bukan Dewa, sedangkan Dewapun bisa salah kalau kamu mengubah-ubah keinginanmu. Jangan perdulikan orang tersebut biarkan saja anggap saja apa yang ia lakukan dan katakan adalah kemauannya, meskipun ia mempunyai maksud tertentu dan bersikap aneh biarkan saja. Manusia diberi mulut untuk berbicara dan berkumunikasi. Dengan bahasa kita mengutarakan maksud dihati, dengan tingkah laku kita menunjukkan ketulusan kita. Dengan begitu maka kita akan bisa dimengerti orang lain dan jangan coba-coba berpura-pura kalau tak ingin mendapat masalah. Bila ada orang yang sudah menunjukan lalu kita malah bermain-main / mempermainkan orang tersebut sama saja kita mencari masalah.

Hati, pikiran dan tingkah laku haruslah bersatu dan tak boleh sendiri-sendiri. Bila ada orang yang berusaha menutupi dan membohongi orang lain dengan tingkah lakunya, itu adalah kesalahan dirinya sendiri dan jangan salahkan orang tersebut bila ia berpikiran negatif.

Ayat 3 : Besar dan Kecil
 

Hantu sungai bertanya : Bisakah dikatakan bahwa benda yang terkecil tak berbentuk tubuh dan yang terbesar tak terukur ?

Dewa laut utara berkata : Tidak, bila kamu akan mengukur benda, sifat perbedaannya tak terbatas. Bila kamu akan mengukur waktu, ia tak pernah berhenti. Jadi tak ada yang lama dan sebentar, yang bisa diucapkan dengan kata-kata adalah kebesaran sebuah benda dan yang tak bisa diucapkan dengan kata-kata dan tak dimegerti oleh diskriminasi pikiran tak ada hubungannya dengan kebesaran / kehalusannya.

Apa yang disebut terbesar dan terkecil sebab bahasa mempunyai keterbatasan, pikiran yang picik tak bisa mengerti kebesaran Tao karena keterbatasan pengetahuannya. Orang yang mempelajari Tao akan dianggap orang gila / munafik / aneh / penuh tipuan oleh orang yang berpikiran picik / egois / fanatik / munafik, ia tak mengubah prinsipnya dan tak berusaha memanfaatkan orang lain.

Ia tak membutuhkan nama, kehormatan dan tak mengajari orang lain, ia tak mementingkan diri dan mengambil kesempatan dari orang lain, ia tak akan mengekang, tak menekan, tak iri hati, tak membuat susah dan tak mencari perhatian orang lain. Ia tak bercira berbelit-belit, tak suka mempermainkan orang lain, ia akan berkata apa yang ia katakan dan melakukan apa yang harus ia lakukan. Yang tak pantas tak dikatakan dan tak pantas dilakukan tak dilakukan serta tak menyakiti perasaan orang lain, ia hidup dengan ketoleransi tinggi dan tak menuntut apa-apa, hidup apa adanya dan menerima kenyataan apa adanya.

Ayat 4 : Berharga dan Tak Berharga
 

Hantu sungai bertanya : Adakah perbedaan antara benda berharga dan tak berharga ?

Dewa laut utara berkata : Menurut pendapat Tao tak ada yang berharga dan tak berharga, walaupun tiap orang mengganggap dirinya mulia dan merendahkan orang lain dan merendahkan orang lain. Sedangkan menurut pendapat umum berharga / tidaknya seseorang tak ditentukan oleh orang itu sendiri.

Orang Tao tak menganggap dirinya berharga dan mulia, ia tahu dan faham atas kondisi dan keadaan dirinya sendiri. Ia tak kecil hati dan tak merasa bangga / terhina dengan penilainan orang lain, ia mungkin dianggap bodoh dan tak berpengalaman / selalu mencari masalah / hanya membuat susah orang lain saja. Tetapi apa yang dikatakan dan dipikirkan orang lain, tak akan membuatnya kecil hati.

Ia akan melakukan seharusnya ia lakukan dan tak akan berubah, karena ia pun juga penilai yang baik dan merupakan orang yang dapat mengoreksi dan beradapatasi pada semua kejadian yang terjadi.  Tetapi bila ia menemukan hal yang membingungkan ia akan tak bertindak sembarangan dan bila ia mengerti dan mendapat bukti serta kenyataan dia akan mengambil keputusan dan tak akan menyesal di kemudian hari.

Ayat 5 : Tidak Memihak


Hantu sungai bertanya : Karena semua benda tak ada yang berharga maupun yang tak berharga, lalu apa yang harus saya kerjakan ?

Dewa laut utara berkata : Karena dalam pandangan Tao tak ada yang berharga maupun tak berharga.

Janganlah kamu membayangkan memiliki identitas diri yang berbeda. Jawablah dengan wajar pada kebutuhan situasi yang menuntut hasil. Ini yang disebut proses tak memihak alami.

Bagi orang yang mengerti arti hidup, pikirannya seperti cermin. Bila sesuatu muncul ia mengerti keadaannya dan menerimanya dengan sepenuh hatinya. Bila telah berlalu ia tak menyimpan apapun.

Jangan memperdulikan apa yang telah berlalu dan jangan menyesali apa yang terjadi sekarang ini. Ini semua adalah hasil dari masa lalu, bila kita tak menyesali apa yang terjadi hari ini kita akan dapat memulai memperbaiki masa depan. Itu di sebut memperbaiki masa sekarang untuk masa depan dan tak mengulangi kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Ia tak dapat di salahkan dan tak dapat dituntut, ia melakukan semua ini dengan bukti dan kenyataan.

Ayat 6 : Tidak Takut Api dan Air

Hantu sungai bertanya : Apakah yang sangat berharga dari Tao ?

Dewa laut utara berkata : Orang yang mengerti Tao akan dapat menyesuaikan diri terhadap berbagai keadaan dan bebas dari bahaya. Bila api melanda pegunungan dan melelehkan logam dan banjir mencapai langit, ia tak akan musnah, hanya orang Tao yang seperti itu ?

Pikiran orang Tao menyatu dengan keadaan, ia tetap tenang baik dalam kebahagiaan maupun bencana, menyatu dengan segala yang ada, masuk kedalam api dan air takkan melukainya. Jadi orang Tao dapat menenangkan pikirannya sendiri, ia tak tengelam dalam pikiran dari masa lalu dan impian / khayalannya sendiri, ia tak terbakar oleh emosi / kata-kata orang lain. Dengan berusaha menenangkan pikiran dan tak terpengaruh orang lain, ia akan menerima kenyataan dan mengikuti perubahan. Maka dengan kenyataan dan tak pengaruh orang lain, ia akan menerima kenyataan dan apa yang terjadi.

Ayat 7 : Kura-Kura Yang Berkubang Dalam Lumpur

Suatu ketika Zhuang Zi pergi memancing ke sungai Pu, ketika itu datang dua orang utusan raja Chu untuk menjemputnya dan berkata : Raja kita bermaksud untuk mempercayakan pemerintahan negara ini kepada tuan, maukah tuan pergi bersama kami ?

Zhuang Zi berkata : Saya pernah mendengar bahwa negara ada kura-kura suci yang telah mati dan meninggalkan tubuhnya untuk dihormati seperti itu ? Atau apakah ia akan lebih suka terus hidup dan berkubang dalam lumpur ?

Zhuang Zi berkata : Maka, sekarang kamu pulanglah. Sayapun lebih senang menghabiskan hidup saya dengan berkubang dalam lumpur.

Merugikan dan mengabaikan kebiasaan seseorang untuk kepentingan dunia merupakan kebodohan besar. Menduga-duga dan menekan orang lain tanpa tahu kebenarannya sama saja mencari masalah. Memaksakan dan mengatur orang lain tanpa adanya ikatan dan kejelasan, itu sama saja sok kuasa, berbicara berbelit-belit dan bertingkah laku penuh tipuan dan selalu mencari kesalahan orang lain dengan tujuan membuat orang bingung dan serba salah itu semua orang yang penuh tipuan dan egois.

Jadi jangan hormati orang yang tak perlu dihormati. Jadi jangan hormati orang yang tak perlu dihormati, jangan hargai orang yang tak bisa dihargai, jangan menyayangi orang yang tak mau disayangi, jangan perdulikan orang yang membingungkan, jangan turuti orang tak bisa dituruti / terlalu banyak permintaan / serba salah.

Bersambung ke : Kitab Nan Hua Zheng Jing ( 南華真經) Bab 27

Tidak ada komentar:
Write komentar