Sejak kecil lagi, Li Bai sudah pun memiliki sifat yang terbuka hati dan berminat pada kegiatan perdebatan. Aktivitas agama Tao agak makmur di Kawasan Mianzhou, yaitu tempat tinggal Li Bai. Kondisi itu sudah ada sejak akhir zaman dinasti Han yakni sekitar tahun 200 Masehi.
Pada masa remajanya, Li Bai selalu mengunjungi kuil Tao di Gunung Daitian untuk meminta petunjuk dari para penganut agama itu. Pada suatu masa ketika itu, Li Bai bersama seorang petapa yang dikenal bernama"Dong Yanzi" bertapa di Gunung Mian untuk memfokuskan segala perhatian terhadap pembelajarannya. Mereka tinggal di daerah gunung dan sudah lama tidak masuk ke kota.
Di kawasan hutan yang mereka huni, Li Bai dan Dong Yanzi telah memelihara banyak burung liar yang cantik, tetapi aneh-aneh. Burung-burung itu sudah biasa dengan kedua orang itu yang memberikan makanan kepada mereka dan secara pasti datang mencari makanan di tempat yang tetap ketika dipanggil oleh Li Bai dan Dong Yanzi dengan panggilan yang tertentu, malah seolah-olah burung-burung itu bisa memahami apa yang dituturkan oleh manusia. Kadang-kadang, burung-burung itu berani singgah di tangan mereka untuk makan padi yang tersedia, karena mereka sudah jinak.
Hal itu menyebar dalam jarak yang luas dan juga dianggap sebagai kabar aneh, sehingga banyak orang yang terpikat termasuk gubernur yang memerintah di daerah Mianzhou. Ia begitu tertarik, lalu memutuskan pergi ke kawasan gunung itu untuk melihat bagaimana burung yang dipelihara Li Bai itu mencari makan.
Setelah menyaksikan proses menemukan makanan yang dilakukan
burung-burung tersebut, gubernur itu menganggap Li Bai dan Dong Yanzi
sudah menguasai suatu kemampuan yang luar biasa yang hanya dimiliki
dewa, dan merekomendasikan mereka berdua mendaftarkan namanya untuk menduduki
tes sponsor pemerintah yang bersubjek Tao.
Namun, kedua petapa Li Bai dan Dong Yanzi terus menolak saran yang dikemukakan oleh gubernur itu.
Li Bai masih memiliki seorang lagi sahabat karib, yaitu Zhao Rui seorang ahli debat yang terkenal pada zaman itu. Pada tahun 716 Masehi yang juga dikenal sebagai tahun keempat zaman pemerintahan Raja Kaiyuan, Zhao Rui sudah menghasilkan sebuah buku yang berjudul "Chang Duan Jing" yang berjilid sepuluh. Li Bai baru masih berusia 16 tahun ketika itu.
Buku "Chang Duan Jing" ciptaan Zhao Rui itu berfokus pada penelitian
terhadap perbedaan antara enam kitab yang terkenal, memberikan analisis
yang teliti terhadap situasi saat itu dan menguraikan hukum-hukum tentang
pemberontakan atau kemerosotan negara. Buku yang mengutamakan perdebatan itu menimbulkan minat besar dari Li Bai.
Cerita yang terjadi selanjutnya membuktikan bahwa Li Bai benar-benar
terpengaruh oleh buku itu. Karena setelah itu, beliau lama-kelamaan
memupuk cita-citanya untuk mengembangkan karir yang mulia, dan berminat
menghebohkan pandangannya terhadap urusan politik.
Istri pertama Li Bai bernama Xu, dan beliau meninggal dunia agak awal. Setelah itu, Li Bai memperistri Zong. Li Bai memiliki tiga orang anak, diantaranya seorang anak lelaki dan seorang perempuan adalah anak dari istri pertama, Xu. Anak lelaki yang pertama bernama Boqin, dan selalu disebut "Ming Yue Nu" dalam keluarganya, sementara anak perempuan Li Bai diberi nama "Pingyang". Li Bai masih memiliki seorang anak lelaki lagi yang dilahirkan oleh istri keduanya. Pasangan Li Bai memberikan nama "Poli" kepada anak itu.
Bersambung ke : Dewa Penyair Li Bai ( 李白 ) Bag. 4
Pada masa remajanya, Li Bai selalu mengunjungi kuil Tao di Gunung Daitian untuk meminta petunjuk dari para penganut agama itu. Pada suatu masa ketika itu, Li Bai bersama seorang petapa yang dikenal bernama"Dong Yanzi" bertapa di Gunung Mian untuk memfokuskan segala perhatian terhadap pembelajarannya. Mereka tinggal di daerah gunung dan sudah lama tidak masuk ke kota.
Di kawasan hutan yang mereka huni, Li Bai dan Dong Yanzi telah memelihara banyak burung liar yang cantik, tetapi aneh-aneh. Burung-burung itu sudah biasa dengan kedua orang itu yang memberikan makanan kepada mereka dan secara pasti datang mencari makanan di tempat yang tetap ketika dipanggil oleh Li Bai dan Dong Yanzi dengan panggilan yang tertentu, malah seolah-olah burung-burung itu bisa memahami apa yang dituturkan oleh manusia. Kadang-kadang, burung-burung itu berani singgah di tangan mereka untuk makan padi yang tersedia, karena mereka sudah jinak.
Hal itu menyebar dalam jarak yang luas dan juga dianggap sebagai kabar aneh, sehingga banyak orang yang terpikat termasuk gubernur yang memerintah di daerah Mianzhou. Ia begitu tertarik, lalu memutuskan pergi ke kawasan gunung itu untuk melihat bagaimana burung yang dipelihara Li Bai itu mencari makan.
Namun, kedua petapa Li Bai dan Dong Yanzi terus menolak saran yang dikemukakan oleh gubernur itu.
Li Bai masih memiliki seorang lagi sahabat karib, yaitu Zhao Rui seorang ahli debat yang terkenal pada zaman itu. Pada tahun 716 Masehi yang juga dikenal sebagai tahun keempat zaman pemerintahan Raja Kaiyuan, Zhao Rui sudah menghasilkan sebuah buku yang berjudul "Chang Duan Jing" yang berjilid sepuluh. Li Bai baru masih berusia 16 tahun ketika itu.
Istri pertama Li Bai bernama Xu, dan beliau meninggal dunia agak awal. Setelah itu, Li Bai memperistri Zong. Li Bai memiliki tiga orang anak, diantaranya seorang anak lelaki dan seorang perempuan adalah anak dari istri pertama, Xu. Anak lelaki yang pertama bernama Boqin, dan selalu disebut "Ming Yue Nu" dalam keluarganya, sementara anak perempuan Li Bai diberi nama "Pingyang". Li Bai masih memiliki seorang anak lelaki lagi yang dilahirkan oleh istri keduanya. Pasangan Li Bai memberikan nama "Poli" kepada anak itu.
Bersambung ke : Dewa Penyair Li Bai ( 李白 ) Bag. 4
Tidak ada komentar:
Write komentar