|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Rabu, 13 Juni 2012

4 Kalimat Menjadi Orang Bijak

 

Ada sebuah pepatah kuno yang mengatakan, "Hanya dengan tidak mengejar kemuliaan dan kekayaan, seseorang bisa memiliki cita-cita yang luhur, hanya dengan berada di dalam kedamaian hati, seseorang bisa berpikir dan melihat jauh ke depan."

Mereka memandang ringan kemiskinan, kekayaan, dan kemuliaan, karena mereka melepaskan segala macam keinginan material dan keterikatan manusia, menjaga kedamaian hati mereka dan merasa puas serta bahagia.


Kebahagiaan mereka terwujud oleh pemahaman akan prinsip-prinsip Langit, menyelami kebenaran alam semesta dan makna hidup dan tercapainya masa depan yang cerah.

Terlepas dari situasi yang mereka hadapi, mereka teguh memegang karakter mulia mereka dan mengejar kebenaran tanpa mengendurkan diri. Mereka menjadi pelaku dan penyebar kebenaran dan prinsip-prinsip Langit, serta contoh teladan dari kultivasi diri.

Ada seorang pemuda yang melakukan kunjungan kepada seorang arif bijaksana yang telah berusia lanjut. Pemuda ini bertanya kepada orang tua yang arif ini, "Bagaimana saya bisa menjadi orang yang bisa bergembira dan pada saat yang sama juga bisa membawakan kegembiraan kepada orang lain?"

Orang arif ini memandang pemuda itu dan berkata, "Nak, di usiamu yang masih belia ini, Anda telah memiliki keinginan demikian adalah sungguh sangat luar biasa. Saya menyumbangkan empat kalimat untuk Anda. Kalimat pertama adalah, menganggap diri sendiri sebagai orang lain. Bisakah Anda mengatakan makna dari kalimat ini?"

Pemuda itu menjawab, "Bukankah kalimat itu berarti, ketika saya merasakan kepedihan dan kesengsaraan, saya menganggap diri sendiri sebagai orang lain, dengan demikian kepedihan dan kesengsaraan itu akan berkurang secara alami. Dan ketika saya merasakan histeria kegembiraan yang berlebihan, jika saya anggap diri sendiri sebagai orang lain, maka histeria kegembiraan itu akan berubah menjadi ramah dan agak netral?"

Sang arif mengangguk-anggukkan kepala dan melanjutkan berkata, "Kalimat kedua, menganggap orang lain sebagai diri sendiri."



Pemuda itu termenung sejenak lalu berkata, "Dengan demikian baru bisa benar-benar bersimpati atas kemalangan yang dialami oleh orang lain, mengerti dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh orang lain, bisa memberikan bantuan yang sesuai di saat orang lain membutuhkan bantuan dari kita?"
Kedua mata dari sang arif bersinar, dia melanjutkan berkata, "Kalimat yang ketiga, menjadikan orang lain sebagai orang lain."

Pemuda itu menjawab, "Bukankah kalimat ini berarti, harus sepenuhnya menghormati kemandirian dari setiap orang, di dalam situasi yang bagaimanapun juga tidak boleh mengganggu gugat hak asasi orang lain?"
Sang arif tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Bagus, bagus sekali. Anak yang dapat dibimbing!"

Kalimat yang keempat adalah, "Membuat diri sendiri sebagai diri sendiri. Kalimat ini sangat sulit untuk dipahami, Anda boleh perlahan-lahan mencoba memahaminya di kemudian hari." 

Pemuda itu berkata, "Keempat kalimat itu sendiri terdapat banyak tempat yang kontradiksi, dengan menggunakan cara apa baru bisa mempersatukan kalimat-kalimat itu?" 

Sang arif berkata, "Sangat mudah sekali, menggunakan waktu dan pengalaman seumur hidupmu." Pemuda itu lama sekali termenung, lalu bersujud untuk pamit.

Waktu berjalan terus, pemuda itu telah menjadi seorang paruh baya, selanjutnya berubah menjadi orang tua. Setelah waktu berjalan sekian lama, akhirnya dia pun berpulang meninggalkan dunia fana ini, namun orang-orang masih sering-sering menyebutkan namanya. 

Mereka semua mengatakan bahwa dia adalah seorang arif, karena dia adalah seorang yang selalu bergembira, juga membawakan kegembiraan kepada setiap orang yang telah menjumpai dirinya.  

Tidak ada komentar:
Write komentar