Li Bai senang
ketika bertemu dengan Sima Zhen dan menyerahkan karyanya kepada
penganut Tao yang tersohor itu untuk meminta petunjuknya.
Pada mula-mulanya, Sima Zhen sudah terpikat oleh Li Bai yang terlihat tampan dan berkarisma, tubuhnya yang tinggi dan tingkah lakunya yang sopan santun. Apalagi setelah membaca karyanya yang memiliki corak tersendiri, Sima Zhen menjadi kagum dan terus memberikan pujiannya, "Orang ini ibarat Dewa dari kayangan, malah bakatnya dalam bidang sastra bisa menjadikannya sebagai teladan Dewa-Dewi."
Kata-kata dari Sima Zhen tersebut adalah pujian yang tertinggi terhadap seseorang yang berbakat menurut ajaran Tao. Maksudnya hampir sama dengan pujian yang diberikan oleh He Zhizhang (seorang penyajak yang tersohor) yang amat kagum dengan bakat yang di miliki oleh Li Bai dan langsung melontarkan kata "Zhe Xian Ren" yang berarti "Dewa yang hidup dalam pengasingan di masyarakat".
Sementara itu, Li Bai merasa sangat dianjurkan setelah diberi penghargaan yang begitu tinggi dari Sima Zhen. Penyajak itu memutuskan untuk mengejar cita-cita yang mulia, bahkan menjelajahi dunia yang penuh dengan fantasi yang digambarkan oleh Sima Zhen. Karena menurut pandangan Sima Zhen, dunia seperti itu sesuai dengan "Dewa yang berbakat" seperti Li Bai.
Dengan rasa gembira, Li Bai segera memproduksi sebuah "Fu" (sejenis bentuk sastra tradisional Cina pada zaman kuno) yang diberi judul "Da Peng Yu Xi You Niao Fu". Ia menyebut diri sendiri sebagai "Da Peng", Sejenis elang raksasa yang bergerak cepat. "Fu" itu merupakan artikel yang pertama yang membantu Li Bai menyebarkan namanya di negara Cina.
Jiangling merupakan kota pertama dalam penjelajahan Li Bai, sejak ia meninggalkan
kampung halamannya. Juga sebagai awal proses perjuangan penyajak itu
dalam arena politik dan awal riwayat hidupnya sebagai sastrawan untuk
menghasilkan karya-karya yang cemerlang satu demi satu.
Setelah meninggalkan kota Jiangling, Li Bai memilih berjelajah melalui kota Yueyang dan terus menuju ke selatan sampai tujuannya, Danau Dongting. Pada suatu hari, ketika Li Bai berjalan-jalan di Danau Dongting dengan menaiki perahu, seorang temannya yang bernama Wu Zhinan yang menemaninya sejak lama setelah ia meninggalkan kampung halaman di Provinsi Sichun, meninggal dunia secara mendadak akibat penyakit parah.
Li Bai merasa agak sedih dan terus berlutut di sebelah jenazah temannya. Kemudian, ia menangis sekuat-kuatnya sehingga membuat mereka yang berjalan kaki melalui tempat itu pun terharu.
Li Bai terpaksa menerima kenyataan yang sangat menyedihkan itu. Memang malang jika ditimpa kecelakaan seperti itu dalam perjalanan wisata. Beliau mengebumikan jenazah kawannya itu di pinggir Danau Dongting untuk sementara waktu, lalu melanjutkan penjelajahannya ke timur. Li Bai berencana memindahkan jenazah kawannya itu ke kampung halamannya, saat ia menyelesaikan penjelajahan ke daerah bagian tenggara negara ini.
Setelah itu, Li Bai tiba di Gunung Lu di mana ia menghasilkan sebuah
puisi yang sangat terkenal yang berjudul "Uang Lu Shan Pu Bu" yang
berarti "Melihat air terjun di Gunung Lu".
Bersambung ke : Dewa Penyair Li Bai ( 李白) Bag.7
Pada mula-mulanya, Sima Zhen sudah terpikat oleh Li Bai yang terlihat tampan dan berkarisma, tubuhnya yang tinggi dan tingkah lakunya yang sopan santun. Apalagi setelah membaca karyanya yang memiliki corak tersendiri, Sima Zhen menjadi kagum dan terus memberikan pujiannya, "Orang ini ibarat Dewa dari kayangan, malah bakatnya dalam bidang sastra bisa menjadikannya sebagai teladan Dewa-Dewi."
Kata-kata dari Sima Zhen tersebut adalah pujian yang tertinggi terhadap seseorang yang berbakat menurut ajaran Tao. Maksudnya hampir sama dengan pujian yang diberikan oleh He Zhizhang (seorang penyajak yang tersohor) yang amat kagum dengan bakat yang di miliki oleh Li Bai dan langsung melontarkan kata "Zhe Xian Ren" yang berarti "Dewa yang hidup dalam pengasingan di masyarakat".
Sementara itu, Li Bai merasa sangat dianjurkan setelah diberi penghargaan yang begitu tinggi dari Sima Zhen. Penyajak itu memutuskan untuk mengejar cita-cita yang mulia, bahkan menjelajahi dunia yang penuh dengan fantasi yang digambarkan oleh Sima Zhen. Karena menurut pandangan Sima Zhen, dunia seperti itu sesuai dengan "Dewa yang berbakat" seperti Li Bai.
Dengan rasa gembira, Li Bai segera memproduksi sebuah "Fu" (sejenis bentuk sastra tradisional Cina pada zaman kuno) yang diberi judul "Da Peng Yu Xi You Niao Fu". Ia menyebut diri sendiri sebagai "Da Peng", Sejenis elang raksasa yang bergerak cepat. "Fu" itu merupakan artikel yang pertama yang membantu Li Bai menyebarkan namanya di negara Cina.
Setelah meninggalkan kota Jiangling, Li Bai memilih berjelajah melalui kota Yueyang dan terus menuju ke selatan sampai tujuannya, Danau Dongting. Pada suatu hari, ketika Li Bai berjalan-jalan di Danau Dongting dengan menaiki perahu, seorang temannya yang bernama Wu Zhinan yang menemaninya sejak lama setelah ia meninggalkan kampung halaman di Provinsi Sichun, meninggal dunia secara mendadak akibat penyakit parah.
Li Bai merasa agak sedih dan terus berlutut di sebelah jenazah temannya. Kemudian, ia menangis sekuat-kuatnya sehingga membuat mereka yang berjalan kaki melalui tempat itu pun terharu.
Li Bai terpaksa menerima kenyataan yang sangat menyedihkan itu. Memang malang jika ditimpa kecelakaan seperti itu dalam perjalanan wisata. Beliau mengebumikan jenazah kawannya itu di pinggir Danau Dongting untuk sementara waktu, lalu melanjutkan penjelajahannya ke timur. Li Bai berencana memindahkan jenazah kawannya itu ke kampung halamannya, saat ia menyelesaikan penjelajahan ke daerah bagian tenggara negara ini.
Bersambung ke : Dewa Penyair Li Bai ( 李白) Bag.7
Tidak ada komentar:
Write komentar