|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Senin, 04 Juni 2012

Memahami Bisa Menguraikan Kesalahpahaman

 

Seperti kata Confucius, " Memahami bisa menguraikan kesalahpahaman, memahami bisa mempercepat untuk menjadi mengerti. Bila bisa dimengerti oleh orang lain merupakan semacam kebahagiaan, bisa mengerti orang lain adalah semacam kemuliaan. "


Diantara manusia dengan manusia sering kali bisa terjadi kesalahpahaman. Yang disebut kesalahpahaman adalah pengertian yang diterima secara salah, atau dimengerti secara miring. Sebenarnya memahami dan kesalahpahaman, hanya terpaut bagai seutas benang, karena tidak memahami lalu menjadi salah paham merupakan fenomena yang umum terjadi. 

Kalau begitu, bagaimana seharusnya kita menghindari terjadinya kesalahpahaman? Pepatah dahulu mengatakan "Mendengarkan dari dua belah pihak akan menjadi jelas, mendengarkan sepihak akan tidak jelas". 

Kita harus belajar berdiri di sudut pandang yang obyektif, melihat segala permasalahan dari berbagai sudut pandang dan secara menyeluruh, secara luas memahami fakta kenyataan, baru bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, untuk menghasilkan keputusan yang tepat. 

Hanya mendengarkan perkataan sepihak bisa menjerumuskan kita ke dalam pikiran untuk memastikan berdasarkan pikiran subyektif kita, tidak memahami fakta kebenaran, mudah terkelabui oleh kebohongan, mendapatkan kesimpulan yang keliru, bisa salah paham dengan kebaikan, bahkan melukai orang baik. 

Orang awam sering mengatakan "membaca buku bermanfaat", seorang terpelajar di zaman Dinasti Xi Han bernama Liu Xiang mengatakan, "Buku bagaikan obat, membaca buku dengan baik akan menyembuhkan kebodohan." 

Benar adalah demikian, hanya dengan Anda mencari fakta kebenaran, mendengarkan fakta kebenaran, Anda baru bisa memahami fakta kebenaran, semua pendapat Anda yang bersahaja dan kesalah pahaman akan terhapus setelah mengetahui jelas fakta kebenarannya. 

"Pertama-tama kita harus yakin, orang yang bisa mengungkap dengan jelas fakta kebenaran adalah seorang pemberani, telah mencerminkan sebagai orang yang benar-benar tidak tertundukkan oleh kekerasan. Kedua, kita harus menghormati mereka yang telah dituduh dan difitnah tetapi masih bisa menjelaskan fakta kebenaran dengan tidak mengeluh dan mendendam, sebagai suatu sikap seorang budiman yang mulia." 

Akhirnya Anda harus bisa menyayangi setiap fakta kebenaran yang dihantarkan ke Anda, karena setiap pengungkapan fakta kebenaran adalah harus dilakukan melalui usaha yang penuh susah payah. 

"Fakta kebenaran adalah teman yang merupakan anugrah Tuhan kepada kita, teman telah datang di hadapan Anda, bukankah Anda harus bergembira?" 

Timbulnya kesalah pahaman terutama dikarenakan kita sendiri tidak jelas terhadap kenyataan dan hakekat dari manusia atau hal ihwal itu, dan mempercayai kabar angin, atau terkelabui oleh propaganda yang keliru, atau diakibatkan oleh karena berpuas diri dan konservatif, serta memutuskan dengan membuta. Kesalah pahaman bisa mengakibatkan salah memutuskan, bisa membuat orang saling memusuhi, bahkan saling melukai.
  
Pada masa akhir Dinasti Qing, banyak sekali masyarakat China yang salah paham terhadap kamera. Pada 1860, tentara gabungan Inggris dan Prancis menyerbu masuk ke Tian Jin, menyertai kedatangan mereka masih ada sebuah hal yang baru yaitu kamera. 

Para pendatang dari Barat mengangkat kamera, memotret segala macam hal yang mereka anggap "hal yang baru". Sedang bagi penduduk Tian Jin, benda yang bisa dengan setia  mencatat segala pemandangan yang pernah kita lihat ini, memberi mereka suatu perasaan ingin tahu tetapi di samping itu juga ada semacam rasa takut. 

Desas-desus bertebaran dari jalan besar hingga ke dalam kampung. Di kaca mata masyarakat, kamera menjadi "kaca penyerap sukma". Masyarakat pernah membicarakan tentang benda itu, "Benda apa yang sedang dibawa oleh orang Barat ini? Kaca pemotret siluman?"

"Bukan begitu, saya pernah mendengar kata tuan Zhang yang berada di sebelah rumah saya yang mengatakan bahwa benda itu adalah senjata pembawa maut! Dengan suara satu klik saja, sukma orang tersebut langsung hilang!" 

Tidak ada komentar:
Write komentar