Seperti kata Confucius, " Memahami
bisa menguraikan kesalahpahaman, memahami bisa mempercepat untuk
menjadi mengerti. Bila bisa dimengerti oleh orang lain merupakan semacam
kebahagiaan, bisa mengerti orang lain adalah semacam kemuliaan. "
Diantara
manusia dengan manusia sering kali bisa terjadi kesalahpahaman. Yang
disebut kesalahpahaman adalah pengertian yang diterima secara salah,
atau dimengerti secara miring. Sebenarnya memahami dan kesalahpahaman,
hanya terpaut bagai seutas benang, karena tidak memahami lalu menjadi
salah paham merupakan fenomena yang umum terjadi.
Kalau
begitu, bagaimana seharusnya kita menghindari terjadinya kesalahpahaman? Pepatah dahulu mengatakan "Mendengarkan dari dua belah pihak
akan menjadi jelas, mendengarkan sepihak akan tidak jelas".
Kita
harus belajar berdiri di sudut pandang yang obyektif, melihat segala
permasalahan dari berbagai sudut pandang dan secara menyeluruh, secara
luas memahami fakta kenyataan, baru bisa membedakan mana yang benar dan
mana yang salah, untuk menghasilkan keputusan yang tepat.
Hanya
mendengarkan perkataan sepihak bisa menjerumuskan kita ke dalam pikiran
untuk memastikan berdasarkan pikiran subyektif kita, tidak memahami
fakta kebenaran, mudah terkelabui oleh kebohongan, mendapatkan
kesimpulan yang keliru, bisa salah paham dengan kebaikan, bahkan melukai
orang baik.
Orang
awam sering mengatakan "membaca buku bermanfaat", seorang terpelajar di
zaman Dinasti Xi Han bernama Liu Xiang mengatakan, "Buku bagaikan obat,
membaca buku dengan baik akan menyembuhkan kebodohan."
Benar adalah
demikian, hanya dengan Anda mencari fakta kebenaran, mendengarkan fakta
kebenaran, Anda baru bisa memahami fakta kebenaran, semua pendapat Anda
yang bersahaja dan kesalah pahaman akan terhapus setelah mengetahui
jelas fakta kebenarannya.
"Pertama-tama
kita harus yakin, orang yang bisa mengungkap dengan jelas fakta
kebenaran adalah seorang pemberani, telah mencerminkan sebagai orang
yang benar-benar tidak tertundukkan oleh kekerasan. Kedua, kita harus
menghormati mereka yang telah dituduh dan difitnah tetapi masih bisa
menjelaskan fakta kebenaran dengan tidak mengeluh dan mendendam, sebagai
suatu sikap seorang budiman yang mulia."
Akhirnya
Anda harus bisa menyayangi setiap fakta kebenaran yang dihantarkan ke
Anda, karena setiap pengungkapan fakta kebenaran adalah harus dilakukan
melalui usaha yang penuh susah payah.
"Fakta
kebenaran adalah teman yang merupakan anugrah Tuhan kepada kita, teman
telah datang di hadapan Anda, bukankah Anda harus bergembira?"
Timbulnya
kesalah pahaman terutama dikarenakan kita sendiri tidak jelas terhadap
kenyataan dan hakekat dari manusia atau hal ihwal itu, dan mempercayai
kabar angin, atau terkelabui oleh propaganda yang keliru, atau
diakibatkan oleh karena berpuas diri dan konservatif, serta memutuskan
dengan membuta. Kesalah pahaman bisa mengakibatkan salah memutuskan,
bisa membuat orang saling memusuhi, bahkan saling melukai.
Pada
masa akhir Dinasti Qing, banyak sekali masyarakat China yang salah paham
terhadap kamera. Pada 1860, tentara gabungan Inggris dan Prancis
menyerbu masuk ke Tian Jin, menyertai kedatangan mereka masih ada sebuah
hal yang baru yaitu kamera.
Para
pendatang dari Barat mengangkat kamera, memotret segala macam hal yang
mereka anggap "hal yang baru". Sedang bagi penduduk Tian Jin, benda yang
bisa dengan setia mencatat segala pemandangan yang pernah kita lihat
ini, memberi mereka suatu perasaan ingin tahu tetapi di samping itu juga
ada semacam rasa takut.
Desas-desus
bertebaran dari jalan besar hingga ke dalam kampung. Di kaca mata
masyarakat, kamera menjadi "kaca penyerap sukma". Masyarakat pernah
membicarakan tentang benda itu, "Benda apa yang sedang dibawa oleh orang
Barat ini? Kaca pemotret siluman?"
"Bukan
begitu, saya pernah mendengar kata tuan Zhang yang berada di sebelah
rumah saya yang mengatakan bahwa benda itu adalah senjata pembawa maut!
Dengan suara satu klik saja, sukma orang tersebut langsung hilang!"
Tidak ada komentar:
Write komentar