Menghormati,
memperlakukan orang lain dengan baik, menyayangi orang lain sama dengan
menghormati, memperlakukan dengan baik, serta menyayangi diri kita
sendiri.
Oleh karena itu, kita harus menyayangi, menyayangi pertemuan dengan setiap orang dalam kehidupan kita ini, bahkan juga harus menyayangi benda-benda yang kita pakai setiap hari.
Dalam
hidup ini, semua akan sangat berharga bila kita bisa mengenal kepuasan.
Jika selalu ingin terus-menerus mengejar perolehan yang lebih, maka
kita tidak mungkin dapat menemukan kepuasan. Berbahagia atau tidak,
sering kali juga adalah semacam sikap. Sebesar apapun keberuntungan yang
dimiliki seseorang, jika tidak paham untuk menyayangi, juga akan
merasakan tidak bahagia.
Persis
seperti cerita dari seorang kaya dan seorang nelayan. Nelayan walaupun
hidupnya susah payah dan miskin, tetapi hidupnya bebas dan tidak
terikat, mempunyai kebebasan yang tidak sanggup dikejar oleh orang kaya.
Sedang
nama, keuntungan, kekayaan dan kedudukan atau berbagai kasih ikatan
perasaan antar keluarga, sahabat dan kekasih, setelah meninggal, semua
hal tersebut akan lenyap. Lantas mengapa harus berat hati untuk
meninggalkan, melepas, mengapa harus kuatir dan dipikirkan terus.
Ada suatu kisah kuno tentang cinta, dikatakan, "Demi berjumpa Anda, saya telah memohon pada Tuhan selama lima ratus tahun."
Mengapa
memohon dengan waktu yang begitu lama? Sebenarnya Tuhan sedang menunggu
manusia yang berada di bawah kakinya itu terbuka kesadarannya, untuk
bisa menyadari apa sebenarnya perasaan kasih itu di dunia ini.
Setelah
ditunggu lima ratus tahun, karena masih belum terlihat juga
kesadarannya, sang Budha terpaksa menggelengkan kepala dengan berkata,
"Begitu dungu sehingga belum tersadarkan." Kemudian Tuhan mengabulkan
permohonannya dan menjadikan dia sebagai sebatang pohon yang tumbuh di
pinggir sebuah jembatan.
Beberapa tahun kemudian, orang yang yang dicintai itu melewati jembatan, dan pohon itu melihat padanya.
Namun,
sang kekasih impiannya yang telah membuat dirinya tergila-gila, tidak
mengenal pohon itu. Hal inilah yang umumnya disebut orang sebagai gila,
tetapi justru seringkali merupakan perasaan kasih yang tidak dapat
dilepas oleh kebanyakan orang.
Di dalam
kehidupan ini, kita harus menyayangi setiap manusia atau materi (benda)
yang ada, harus bisa merasa puas. Jangan sekali-kali terobsesi mengejar
sesuatu yang tidak bisa kita dapatkan, meskipun di dalam mangkuk telah
ada lauk yang cukup enak, tetapi mata selalu melirik ke arah kuali,
jika demikian akhirnya hanya penyesalan yang bisa diperoleh, yang enak
pun tidak terasa nikmat.
Tidak ada satu alasan apapun yang memperbolehkan Anda bersikap
dingin terhadap orang yang menyatakan hormat kepada Anda, biar pun Anda
kelihatannya lebih luhur, dan orang itu kelihatannya sangat miskin.
Bagaimana
orang lain memperlakukan kita, itu adalah wujud taraf dan moralitas
dari orang lain. Bagaimana kita memperlakukan orang lain itu merupakan
wujud taraf moralitas kita! Hal ini tidak ada hubungan langsung dengan
orang lain itu.
Tidak ada komentar:
Write komentar