Di dalam budaya Tiongkok kuno, ketat mematut diri dan toleran pada orang
lain merupakan salah satu prinsip seorang pria yang sejati. Hal ini digunakan
untuk mendisiplinkan diri sendiri dan memperlakukan orang lain di
masyarakat.
Ini merupakan manifestasi kebaikan dari seorang pria sejati. Ketat mematut diri adalah karakter yang mulia, mencakup perilaku yang benar dan peningkatan diri. Toleran pada orang lain berarti memiliki hati yang belas kasih dan pemaaf. Dalam filsafat Tiongkok kuno mengatakan bahwa, "seseorang yang berpikiran luas dan pemaaf seperti sebuah lembah yang luas dan dalam."
Oleh sebab itu seseorang yang bijaksana mencari kesalahan diri sendiri sedangkan orang picik mencari kesalahan orang lain. Orang bijak mengintropeksi diri sendiri, orang picik selalu menyalahkan dan tidak puas terhadap orang lain, melemparkan kesalahan pada pihak lain.
Han Qi adalah bangsawan Weiguo dan juga Perdana Menteri pada masa dinasti Song (960 -1279). Suatu saat ketika sedang memimpin pasukannya, dia meminta kepada penjaga malamnya untuk memberinya lilin sehingga ia dapat menulis surat.
Semua tamu sangat menghargai bangsawan Han Qi untuk pengampunannya yang besar.
Ini merupakan manifestasi kebaikan dari seorang pria sejati. Ketat mematut diri adalah karakter yang mulia, mencakup perilaku yang benar dan peningkatan diri. Toleran pada orang lain berarti memiliki hati yang belas kasih dan pemaaf. Dalam filsafat Tiongkok kuno mengatakan bahwa, "seseorang yang berpikiran luas dan pemaaf seperti sebuah lembah yang luas dan dalam."
Oleh sebab itu seseorang yang bijaksana mencari kesalahan diri sendiri sedangkan orang picik mencari kesalahan orang lain. Orang bijak mengintropeksi diri sendiri, orang picik selalu menyalahkan dan tidak puas terhadap orang lain, melemparkan kesalahan pada pihak lain.
Han Qi adalah bangsawan Weiguo dan juga Perdana Menteri pada masa dinasti Song (960 -1279). Suatu saat ketika sedang memimpin pasukannya, dia meminta kepada penjaga malamnya untuk memberinya lilin sehingga ia dapat menulis surat.
Penjaganya
ceroboh dengan lilin itu dan tanpa sengaja api mengenai rambut Han Qi.
Dia segera mengibaskan api dengan sarung tangannya dan meneruskan
menulis.
Segera
setelah mengetahui bahwa penjaga yang membawakannya lilin digantikan
dengan yang lain. Han Qi menguatirkan penjaga tersebut akan mendapatkan
hukuman, sehingga dia pergi menemui pimpinan penjaga dan mengatakan,
“Jangan ganti dia! Bawa ia kembali, karena ia sekarang dapat belajar
bagaimana memegang lilin yang benar.” Setiap orang di dalam pasukanya
mengagumi tindakannya.
Di
lain hari seorang pria membawakannya dua buah mangkuk giok yang sangat
berharga, dan mengatakan, “Seorang petani menemukan benda ini di parit,
benda yang indah, sungguh berharga.” Han Qi memberi imbalan orang itu
dengan banyak perak dan berterima kasih padanya. Dia sangat menyukai
benda itu. Setiap menyambut tamunya, mangkuk itu diletakkan di meja yang
spesial.
Suatu
hari dia mengadakan perjamuan, pelayannya ceroboh mengetuk mangkuk di
atas meja dan pecah. Han dengan tenang berkata, “Segala sesuatu memiliki
takdir. Kamu terpeleset dan tidak dengan sengaja. Bagaimana dapat
melimpahkan kesalahan ini padamu?”
Tidak ada komentar:
Write komentar