Kata moral mengacu pada baik buruknya manusia terkait dengan
tindakannya, sikapnya dan cara mengungkapkannya. Tolak ukur untuk
menilai baik buruknya seseorang disebut norma. Prinsip moral yang amat
penting adalah melakukan yang baik dan menolak yang buruk.
Orang bijak cenderung tidak bimbang, karena tahu menilai suatu hal
dengan melakukan analisa dan perenungan.
Kegunaan dari menilai adalah untuk membedakan betul-salah, asli-palsu, baik-buruk. Hasil penilaian membimbing kita pada satu tindakan untuk bisa mengembangkan yang baik dan menghancurkan yang tidak baik.
Orang baik-hati tidak cemas, karena ia memiliki cinta dalam hatinya, sehingga tidak perlu takut melukai hati orang lain. Ia cenderung disukai orang karena kebaikan hatinya.
Seorang pemberani cenderung tidak takut, karena ia memiliki prinsip dalam melaksanakan tindakan. Prinsip inilah yang memotori mereka untuk melakukan sesuatu yang menurutnya betul.
Bijak, cinta-kasih dan berani adalah "nilai" yang ada di dalam diri seorang manusia. Jika kita merasa kita kurang bijak, kurang cinta-kasih dan kurang berani mengambil satu tindakan, maka sudah seharusnya kita belajar lebih giat untuk mengembangkannya.
Kegunaan dari menilai adalah untuk membedakan betul-salah, asli-palsu, baik-buruk. Hasil penilaian membimbing kita pada satu tindakan untuk bisa mengembangkan yang baik dan menghancurkan yang tidak baik.
Orang baik-hati tidak cemas, karena ia memiliki cinta dalam hatinya, sehingga tidak perlu takut melukai hati orang lain. Ia cenderung disukai orang karena kebaikan hatinya.
Seorang pemberani cenderung tidak takut, karena ia memiliki prinsip dalam melaksanakan tindakan. Prinsip inilah yang memotori mereka untuk melakukan sesuatu yang menurutnya betul.
Bijak, cinta-kasih dan berani adalah "nilai" yang ada di dalam diri seorang manusia. Jika kita merasa kita kurang bijak, kurang cinta-kasih dan kurang berani mengambil satu tindakan, maka sudah seharusnya kita belajar lebih giat untuk mengembangkannya.
Seperti kata Konfucius, " Ketika kita melihat orang-orang dengan karakter yang bertentangan
dengan kita, kita seharusnya melihat dan menilai karakter diri kita
sendiri."
Di dalam hati
seorang yang baik ada kebajikan juga ada keegoisan, hati seorang yang
buruk ada keegoisan juga ada kebajikan. Seseorang dikatakan mutlak baik
atau dikatakan orang itu mutlak bejat, jika kedua pandangan tersebut terlalu
menyederhanakan masalah dalam menilai karakter manusia.
Seharusnya kita tetap mempertahankan sikap obyektif, jangan bereaksi
berlebihan terhadap kelakuan orang lain. Anda akan menemukan bahwa banyak
orang yang barangkali mempunyai cacat kecil dalam karakternya, akan tetapi
mereka tidaklah sebejat yang anda bayangkan.
Orang
yang memiliki pikiran bahwa “Pada dasarnya semua manusia adalah baik”
sepertinya terlihat terlalu polos, barangkali tidak mampu eksis di
masyarakat, akan tetapi orang yang berprinsip “Pada dasarnya semua
manusia adalah egois dan buruk”, juga agak terlalu pesimistis,
salah-salah akan menjalani sebuah kehidupan yang menyendiri tanpa
bantuan orang lain.
Sesungguhnya,
bagaimanakah masyarakat yang sebenarnya itu? Di dalam masyarakat ini,
ada orang baik juga ada orang jahat, dalam lubuk hati orang baik
terdapat kebajikan juga terdapat rasa ego, dalam lubuk hati orang jahat
terdapat ego juga kebajikan.
Orang
yang percaya konsep baik-buruk yang dibagi secara hitam-putih begini,
pada tatanan hubungan antar manusia terkadang mudah mengalami hambatan.
Misalkan saja, anda adalah orang seperti tersebut di atas tadi, ketika
melihat ada teman baik anda melakukan perbuatan egois yang menyusahkan
orang lain, maka anda akan agak sulit memaafkannya (umpama saja ia
karena tidak hati-hati membocorkan rahasia anda, menjadikan anda kambing
hitam dan lain sebagainya).
Karena
di dalam lubuk hati anda, orang tersebut sudah bukan lagi “orang baik”,
melainkan adalah seorang “jahat” sehingga anda sudah tidak ingin
lagi bersahabat dengan orang itu. Situasi yang lebih runyam lagi ialah
jikalau standar orang baik yang anda patok adalah sedemikian tingginya. Anda bisa menemukan, dunia ini sama sekali tak ada manusia yang patut
dipercayai, karena setiap orang pasti memiliki sisi egois dan buruk,
gejala semacam ini bisa disebut sebagai “noda dari spirit / mental”.
Pada
kenyataannya, dikala kawan anda memunculkan kelemahan karakter
manusiawinya, diharap anda jangan bereaksi berlebihan. Pada umumnya,
orang bereaksi berlebihan adalah karena ia sangat kekurangan rasa aman,
takut dilukai, Sesungguhnya anda semestinya secara rasional dan tenang
melihat permasalahan ini dan tetap melanjutkan kontak dengan kawan anda.
Boleh jadi semuanya itu hanyalah salah paham, maka kalian bisa tetap
melanjutkan persahabatan. Walaupun ia betul-betul agak egois, sebenarnya ia juga
hanyalah hendak melindungi diri, apakah ini juga salah?
Untuk itu, manusia hendaknya mengolah diri sebaik-baiknya agar kodratnya
yang baik mampu dipancarkan kepada sesama kita. Pendidikan yang
mencerdaskan hati mampu menghilangkan kejahatan yang disebabkan oleh
tindakan manusia. Yang
harus anda lakukan ialah bukan menggolongkannya sebagai orang jahat,
musuh, lalu untuk selamanya tidak berhubungan lagi dengannya, yang harus
anda pelajari ialah secara rasional dan kepala dingin menyikapi
permasalahan ini, memahami karakter kawan.
Namun,
tentu saja di lubuk hati juga harus menimbang sikon ini, maka dengan
demikian anda bisa memperkirakan, ketika suatu hari anda menjumpai sikon
seperti itu, bagaimana kawan anda akan bereaksi. Ketika ia memohon sesuatu, anda juga bisa berdasarkan pertimbangan ini hendak membantu kawan sampai ke taraf apa.
Jikalau
anda mampu tidak bereaksi berlebihan, kesalah-pahaman dalam pergaulan
atau melukai ringan (hati) orang lain bisa saja diabaikan, maka anda
akan menemukan sebetulnya banyak orang tidaklah begitu jahat, masih
bisa berteman dengan mereka (walau mereka tentu memiliki sisi yang
egois). Tetapi, apabila ada orang yang bertubi-tubi melukai anda dan
anda memastikannya sebagai musuh, selain itu hendak tidak berhubungan
lagi selamanya, hal ini masih masuk akal.
Tidak ada komentar:
Write komentar