Prinsip
dasar untuk menjadi orang yang bisa dipercayai adalah bahwa kata-kata dari
dalam dan pikiran seseorang adalah sesuai dengan perbuatannya. Kepercayaan adalah kunci
kesempurnaan sifat manusia.
Dalam melakukan hal apapun, kepercayaan memegang peranan
penting. Seseorang yang telah kehilangan kepercayaan tidak dapat
diterima oleh masyarakat, melangkah satu langkah pun sulit.
Kepercayaan
lebih penting daripada nyawa, karena itu dalam pergaulan sehari-hari
kita harus bisa menjadi orang yang dapat dipercaya. Orang
bijak mengatakan, menjaga kepercayaan itu tak ubahnya seperti menjaga
kesehatan. Sekali kepercayaan itu cedera maka sangat sulit untuk
mengembalikannya. Kehilangan kepercayaan adalah kehilangan yang terbesar.
Dahulu ada seorang pemuda bermarga Zhang yang
berasal dari kota Qiangshu pergi ke Shanghai untuk bekerja. Karena
kejujurannya, majikannya sangat percaya kepadanya. Setiap akhir tahun
sebelum tahun baru majikannya selalu menyuruhnya menagih hutang ke
sebelah selatan kota. Pada hari itu dengan membawa sebuah tas kulit, dia
keluar dari rumah majikannya untuk pergi menagih hutang. Dari pagi sampai sore
dia menagih hutang dan uang yang ditagihnya berjumlah 18000 Yuan.
Karena sudah seharian berjalan dia merasa lelah, lapar dan haus, lalu
dia singgah disebuah kafe untuk beristirahat dan makan. Setelah itu dia
kembali kerumah majikannya. Setelah sampai dirumah majikannya dia sangat
terkejut karena dia tidak membawa tas kulit yang berisi uang tersebut. Oleh
karena rasa kaget dan paniknya, membuat dia tidak dapat mengingat kembali
dimana dia meletakkan tas kulit tersebut.
Majikannya curiga kepadanya dan mengira dia yang mengambil uang tersebut. Sehingga dengan suara keras majikannya memarahinya dan berkata, jika dia tidak mengembalikan
uang tersebut maka akan dilaporkan ke kantor polisi. Zhang tidak bisa berbuat
apapun, kecuali hanya bisa menangis dengan sedih.
Pada hari itu juga ada seorang pemuda bernama Jia yang juga berasal dari
kota Qiangshu. Karena usaha dagangnya gagal, dia menjadi sangat depresi
dan bermaksud pulang ke kampung halamannya dengan kapal. Setelah Zhang
keluar dari kafe tersebut, Jia singgah dan masuk kedalam kafe tersebut
duduk di meja bekas tempat duduk Zhang. Sambil menunggu kapal, dia
melihat ada sebuah tas kulit diatas meja. Lalu dia membuka tas tersebut yang di dalamnya penuh dengan uang.
Jia sangat terkejut dan gembira tetapi setelah berpikir sejenak,
didalam hatinya berkata, “uang yang demikian banyak ini, jika saya ambil
maka setelah pulang ke kampung saya tidak usah bekerja keras lagi.
Tetapi uang ini pasti ada pemiliknya. Jika orang ini karena kehilangan
uang ini maka akan kehilangan nama baiknya atau mungkin kehilangan nyawanya,
hati nurani saya akan merasa bersalah selamanya! Nasib manusia miskin dan kaya semuanya sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha
Esa. Hari ini saya menjumpai uang tersebut, saya harus menunggu sampai
pemiliknya datang dan mengembalikan kepadanya.”
Pada waktu itu sudah sore, tamu yang datang ke kafe ini sudah sangat
sedikit hanya ada 8-9 orang. Jia dengan teliti mempelajari tingkah laku
setiap tamu yang berada disana, tidak ada seorangpun yang sepertinya
pemilik tas itu. Akhirnya Jia hanya dapat duduk menunggu disana,
pandangan matanya terus mengamati pintu masuk, Ketika hari telah mulai senja, tamu dikafe
juga sudah mulai pulang semua. Kemudian ia melihat seseorang datang dengan tergesa-gesa dan
wajahnya pucat saat masuk kedalam kafe. Di belakangnya juga ada seseorang yang
mengikutinya. Rupanya majikan Zhang takut dia melarikan diri, sehingga tidak
membiarkannya keluar rumah. Setelah lama membujuk majikannya agar dapat
keluar untuk mencari tas tersebut, akhirnya majikannya menyuruh satpam
kantor untuk mengikutnya.
Jia dengan teliti memperhatikan mereka berdua, akhirnya dia yakin Zhang adalah
pemilik tas kulit ini. Dengan tersenyum dia bangkit dari kursinya
untuk menyambut mereka sambil berkata, “Apakah engkau orang yang kehilangan
tas kulit ? Saya sudah lama menunggu kalian.” Sambil berkata demikian dia
menyodorkan tas kulit tersebut kepada mereka. Zhang melihat tas kulit
tersebut sangat gembira dan terharu, dia tidak tahu bagaimana harus
mengucapkan terima kasih dan hanya dapat berkata,” Jika tidak ada
engkau, malam ini saya sudah pasti bunuh diri.”
Zhang akan memberikan kepada Jia 5 persen dari uang tersebut, tetapi Jia
menolak untuk menerimanya. Zhang lalu memberikan 1 persen, tetapi Jia masih tetap
menolak menerimanya. Akhirnya Zhang mengatakan akan mengundang Jia makan
dan minum anggur, tapi Jia menolaknya dengan halus dan mengatakan bahwa besok pagi-pagi dia sudah
harus naik kapal untuk pulang. Zhang berkata, besok pagi dia akan mengantar Jia ke pelabuhan. Jia
tidak bisa menolaknya lagi, akhirnya mereka berpamitan dan berjanjian besok
akan ketemu lagi.
Keesokkan paginya, Zhang datang menjemput Jia dan akan mengundangnya
sarapan sambil mengucapkan terima kasih. Tetapi begitu dia bertemu
dengan Jia, Jia dengan tergesa-gesa berterima kasih sambil berkata,
“Sungguh beruntung kemarin engkau kehilangan tas, sehingga nyawa saya
tertolong!”. Zhang bingung akan maksud kata-kata Jia.
Jia berkata, “Kemarin sore sebenarnya saya sudah mau berangkat dengan
kapal sore, namun karena menunggu kamu sampai malam baru tiba, terpaksa saya tunda. Hari ini saya mendapat kabar bahwa kapal
tersebut karena diserang badai tenggelam, semua penumpang kapal tersebut
tenggelam dan tewas!”
Karena kebaikan hati Jia, akhirnya dia menyelamatkan 2 nyawa. Orang
ramai yang berada disana setelah mendengar cerita dari Jia, mereka semua
memberi ucapan selamat kepada mereka berdua. Majikan Zhang setelah
mengetahui kejadian ini memuji Jia seorang yang jujur dan dapat
dipercaya. Kemudian dia pun mengundang Jia untuk bekerja menjadi manager ditokonya. Setelah beberapa
bulan bekerja disana, majikannya sangat menyayanginya. Saat putrinya
jatuh cinta dengan Jia, ayahnya merestuinya. Akhirnya Jia meneruskan dan
mewarisi semua harta mertuanya dan menjadi seorang pedagang yang
kaya.
Tidak ada komentar:
Write komentar